Rindu seperti jatuh dalam lubang yang tak ada dasarnya,mengetahui hal sebesar ini membuatnya shock.
Cerita yang didengar dari ibunya membuatnya tak percaya bila dia bukan anak kandung ayah dan ibunya,Rindu menyangka dia gadis yang paling bahagia,anak gadis yang paling sempurna hidupnya,namun kenyataannya dia hanya Anak gadis yang tak diinginkan oleh ayah kandungnya dan dipungut oleh kedua orang yang menyayangi memberikan segalanya dari kasih sayang,cinta dan segalanya yang Rindu butuhkan.
Kemudian tiba-tiba sosok yang tak Rindu kenal,mengatakan bahwa dia ayah kandung ingin membawanya pergi dengan dalih menebus waktu yang sudah lewat dengan menggantinya hidup bersama,mengganti dengan apa ferguso?,aku tidak butuh itu,kasih sayang dan cinta?aku sudah dapat dari kedua orang tua ku,walaupun aku bukan darah daging mereka,namun cinta kasihnya nyata,atau mengganti dengan materi?aku juga tidak butuh itu,aku bisa mencarinya,toh aku sudah bekerja orang tua ku juga berkecukupan apapun yang aku ingin pasti mereka memenuhinya, Ingin rasanya Rindu berteriak seperti itu.
"Nak,mau ya ikut dengan papa?",bujuk Sadewa membuyarkan pikiran Rindu,Rindu berdiri dan melangkah pergi memasuki kamar disusul bu Ratih.
"Berikan Rindu waktu Sadewa,ini mungkin mengejutkannya",ucap Suseno.
"Kenapa bang Seno tak mengatakan yang sebenarnya",ucap Sadewa menyalahkan Suseno.
"Mengatakan apa?mengatakan kalau Rindu bukan anak kandungku?,mengatakan bahwa ayah kandungnya tak bertanggung jawab,bila aku mengatakannya awal disaat usia labil nya itu bisa merusak psikisnya,dia pasti akan mencari mu,ya kalau keluarga baru mu menerimanya kalau tidak apa yang akan terjadi padanya?",ucap Suseno membalikan,Sadewa menghela nafas kasar.
"Apa Rindu sudah bekerja?",tanya Sadewa.
"Sudah",ucap singkat Suseno.
"Dirumah sakit mana?,Dokter specialis atau Dokter umum?",tanya Sadewa.
"Rindu itu seorang perawat bukan Dokter",ucap Suseno.
"Hanya seorang perawat?",ucap Sadewa terkejut.
"Itu cita-citanya,"ucap singkat Suseno.
"Kenapa tidak membujuk Rindu untuk menjadi Dokter,malah mendukungnya sebagai perawat,coba abang gunakan uang yang aku beri untuk menunjang pendidikannya,pasti Rindu sudah menjadi Dokter sekarang",ucap Sadewa seperti menyalahkan Suseno.
"Ini bukan soal uang Sadewa,ini soal kebahagian putri ku,aku bisa saja menjadikan Rindu seorang Dokter,pilot,polwan bahkan seorang model,tapi apa itu bisa membuat bahagia Rindu,apa itu bisa membuatnya nyaman,apa itu bisa membuatnya bangga tidak yang ada putriku tertekan,kebahagian putriku apapun profesinya itu yang membuatku bangga",ucap Suseno menekan kata putriku.
Sadewa berdecak kesal,setidaknya bila Rindu mempunyai gelar bisa membuat dirinya berbangga kepada Maya,agar tak menjadi bahan olokan oleh istrinya itu.
Didalam kamar.
Rindu memeluk ibunya,"Bu,Rindu ingin tetap disini saja,apa boleh?",tanya Rindu.
"Tentu boleh nak,kamu putri ibu",ucap Bu Ratih.
"Tapi bagaimana dengan orang tadi (papa Sadewa)?",ucap Rindu
"Apapun pilihan mu kami akan menerima dengan legawa nak",ucap Bu Ratih.
"Rindu sayang ibu",ucap Rindu sambil memeluk erat bu Ratih."Ibu juga sayang Rindu,ibu mencoba ikhlas bila Rindu memilih pergi,tapi ibu harap Rindu tetap disini menemani ibu sampai ibu tua dan memberikan ibu cucu yang lucu-lucu",ucap Ratih tak rela.
"Bagaimana sudah mendapat keputusan?",tanya Ratih pelan,Rindu mengangguk pelan.
"Ayo kita keluar,ayah dan papa mu sudah menunggu",ucap Ratih,menuntun putrinya itu.
Rindu menatap Sadewa dan Suseno secara bergantian.Rindu menghela nafas.
"Bagaimana nak?,kamu ikut papa kan?",ucap Sadewa tak sabar.
"Apa pun keputusan Rindu,ayah mendukung",ucap Suseno,sedang Ratih diam menahan tangis,dan sedih bila putrinya akan ikut papa kandungnya.
"Rindu masih ingin disini,disini rumah Rindu,dan terimakasih sudah menjadi ayah biologis Rindu",ucap Rindu.
"Tapi nak,aku papa kandung mu,apa kamu tidak mau merasakan dekat dengan papa kandung, walau sebentar",ucap Sadewa tak terima.
"Sadewa!!",tegur Suseno.
"Hargai keputusan putriku",ucap Suseno
"Dia juga putri ku bang!!,kalau bukan karena aku Rindu tidak akan lahir didunia ini",ucap Sadewa.
"Sudah cukup,kamu sudah dengar apa mau nya putri ku kan,keputusan putri ku mutlak ingin tetap bersama kami,kalau kamu sudah tak ada keperluan kembali silahkan pergi",ucap Suseno menarik Sadewa menuju pintu keluar rumah nya.
"Baik bang,baik saya pergi,tapi izinkan saya memeluk Rindu sebelum saya pergi",ucap Sadewa menyerah.
"Bolehkan,papa memelukmu nak?",tanya Sadewa menatap Rindu memelas.
Rindu menatap ibunya,Ratih hanya mengangguk.
Rindu mendekati Sadewa kemudian Sadewa memeluk Rindu erat.
Rindu tersentak dan segera melerai pelukan,"Papa pulang dulu,tapi tidak ayal papa akan mengunjungi mu lagi",ucap Sadewa mengusap pucuk kepala Rindu.
"Kalau begitu saya pamit bang Seno dan Ratih terima kasih sudah merawat dan membesarkan Rindu,saya pulang dulu,Assalamualaikum",ucap Sadewa.
"Waalaikumsalam",ucap Suseno,Ratih dan Rindu bersamaan.
Sadewa segera meninggalkan kediaman putrinya,namun sebelum itu didalam mobil dia menghubungi seseorang lewat sambungan telepon genggamnya.
Ratih menciumi wajah putrinya itu dengan terus berterima kasih.
"Sudah bu,wajah Rindu nanti bau jigong",ucap Suseno meledek istrinya.
"Biarin,yang penting putri ku tetap disini",ucap Ratih,memeluk erat Rindu.
"Bu,Rindu lapar",ucap Rindu.
"Lapar ya,ibu masak dulu,tunggu disini saja,eh tidak,Rindu ikut ibu didapur saja,ayo",ucap Ratih seperti tak mau jauh dari Rindu.
"Sudah,kalian berdua disini saja biar ayah yang memasak,special",ucap Suseno.
"Terimakasih ayah",ucap Ratih dan Rindu bersamaan.
"Sama-sama,bidadari-bidadari ku",jawab Suseno membuat senyum kedua wanita beda usia itu merekah kembali.
"Sadewa,aku tak akan membiarkanmu membuat putri dan istriku meneteskan airmata nya kembali",batin Suseno melangkah kedalam dapur.
Di sebuah rumah sakit.
"Ma,kapan papa dapat pendonornya,Karin lelah ma,sakit ma",ucap Karina dengan nada lemah.
"Sabar ya nak,nanti mama hubungi papa dulu",ucap Maya,mengambil ponsel genggamnya namun sebelum menghubungi suaminya sebuah kontak menghubunginya dahulu.
"Hallo jeng,ada apa?",ucap Maya
"....."
"Kecelakaan?",ucap Maya shock dan menatap Karina,Karina menjadi bingung.
"Ada apa ma?,siapa yang kecelakaan?",tanya Karina penasaran.
"Ma...
"Terimakasih sudah mengabari",ucap Maya sebelum mengakhiri panggilan.
"Siapa ma?,apa papa?",tanya Karina khawatir,Maya menggeleng pelan.
"Terus siapa ma?",tanya Karina tak sabar.
"Bara sayang,"ucap Maya,membuat Karina shock menutup mulutnya tak percaya.
"Tidak mungkin ma,tadi Bara masih mengirim pesan denganku",ucap Karina menyangkal,tak mungkin kekasihnya kecelakaan.
"Mama juga tidak tahu sayang,kamu yang tenang ya,Bara sudah ditangani oleh Dokter,kita tunggu kabarnya saja ya",ucap Maya menenangkan putri semata wayang nya itu.
"Tapi Karin ingin menemuinya,ingin melihat kondisinya?",ucap Karina.
"Kondisi mu saja masih lemah sayang,mama janji akan mengajakmu melihat kondisinya Bara setelah papa dapat pendonor untuk mu sayang",ucap Maya berusaha membujuk putrinya.
"Aku benci sakit ini,aku benci seperti ini",ucap Karina sesal dan menangis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments