Toko Rindu
Orang tua Rindu mengelola sebuah toko sembako yang lumayan besar,dari sinilah kebutuhan Rindu dicukupi.
"Bisakah tidak menempel terus dengan istri ayah",ucap Suseno yang melihat putrinya itu bergelayut manja kepada Bu Ratih.
Rindu pura-pura tak mendengar dan tetap menempel dilengan Bu Ratih,mengikuti sang ibu beranjak.
"Rindu,ayah ini cemburu loh",ucap Suseno berhasil membuat Rindu melepaskan Bu Ratih dan menatap sang ayah.
"Ayah ini,sudah tua kok cemburu,biarkan saja kenapa sih,ibu saja enggak keberatan kok",ucap Ratih membela sang putri,Rindu mengejek sang ayah.
"Kan,daripada disini mondar mandir enggak jelas,lebih baik istirahat dirumah gitu loh bu,"jelas Suseno.
"Iya,biar ayah dan ibu berduaan kan",ucap Rindu sambil menyipitkan mata.
"Itu tau",ucap Suseno,bagi ayah satu ini tak afdol baginya satu hari saja tak menjahili putri kecil nya itu,walaupun sekarang tak kecil lagi.
"Mana ada berduaan,itu Siti sama Mail kan ada",ucap Bu Ratih.
"Tapi Rindu masih ingin peluk ibu yah,enggak tahu kenapa,"ujar Rindu membuat Suseno dan Ratih hanya saling pandang.
"Apa putri ayah ada masalah?",tanya Suseno,Rindu menggeleng.Ratih memeluk putri satu-satunya itu dengan kasih sayang.
"Sudah tenang belum?,apa mau ibu ninabobo kan?",tanya Bu Ratih.
"Ck,ibu ini,Rindu sudah besar,sudah gadis ini sudah siap menikah juga,kalau ada yang minang hehehe",ucap Rindu menikmati elusan ternyaman didunia.
"Husst,ngomong apa sih,"ucap Suseno.
"Upps",Rindu menutup mulutnya,Bu Ratih mengelus surai putrinya sambil berucap
"Walaupun anak ibu sudah besar,bagi ibu dan ayah...
"Rindu tetap gadis kecil putri ayah dan ibu",sambung Rindu.
"Pinter",ucap Suseno mengacungkan jempolnya,membuat gelak tawa mereka pecah,yang mendengar sendau gurau mereka pun pasti akan ikut tersenyum.
"Makin betah kerja ya mak kalau denger keluarga juragan lagi bercanda",ucap pak Mail kepada Siti.
"Heeh,jadi ikutan seneng",balas Mak Siti.
MALAM HARI.
Sebuah mobil mewah membelah malam yang sunyi melewati jalan yang sepi,hanya terdengar suara hewan malam sesekali.
Didalam mobil tengah ada seoeang lelaki paru baya,tengah menyusun kata demi kata untuk mengambil kembali milik nya.
Miliknya?,bahkan hampir dua puluh tahun dia tak pernah melihatnya,apa pantas bila dia datang dan mengambilnya.
Hanya helaan nafas yang terdengar dari sang empu hingga dia tak menyadari bila fajar sudah menyingsing.
Suasana desa yang tentram,udara yang segar tanpa polusi,perlahan Sadewa menurunkan kaca cendela mobilnya.
"Sudah hampir dua puluh tahun",gumam Sadewa,menatap sekeliling saat memasuki sebuah desa.
"Berhenti",ucap Sadewa saat melihat plang sebuah toko yang sangat besar.
"Terus pak",ucap Sadewa kepada supirnya,ada perasaan yang tak menentu saat melihat plang toko itu.
Antara rasa rindu dan bersalah bergelayut didada,namun rasa itu ditampik,dia harus mengeraskan hatinya ada putri yang menunggunya,ada putri yang berjuang untuk hidup.
Hingga mobil mewahnya berhenti didepan rumah minimalis,Sadewa memasok oksigen banyak-banyak sebelum turun dari mobil mewahnya.
Tok tok tok.
"Assalamualaikum",Ucap Sadewa kembali mengetuk.
"Waalaikumsalam",Sahut tuan rumah dari dalam.
Saat pintu terbuka,"Sadewa?",kaget Suseno saat melihat siapa tamu nya.
"Siapa yah?",tanya Ratih,kemudian membeku saat melihat siapa tamu nya.
Diruang tamu sederhana hanya ada keheningan mereka larut dalam pikiran masing-masing.
Hingga dering ponsel menggema,"Aku angkat telepon dulu",ucap Sadewa menjauh dari Suseno dan Ratih.
"Hallo pah,bagaimana?mau kan anak mu itu mendonorkan ginjalnya untuk putri kita?",ucap Maya dalam sambungan telepon.
"Sabar mah,papa saja baru sampai",ucap Sadewa.
"Jangan buang waktu pah,bila anak mu tidak mau ancam saja,ingat putri kita disini sedang bertaruh nyawa",ucap Maya.
"Ya enggak bisa begitu dong mah,main ancam-ancam yang ada tambah masalah",ucap Sadewa.
"Pokok nya mama enggak mau tau,kalau perlu ungkit biaya yang sudah kita keluarkan untuk mereka,untuk menghidupi anak mu itu,agar anak mu mau mendonorkan ginjalnya,toh cuma minta satu ginjalnya,bukan jantungnya",ucap Maya membuat Sadewa pusing.
"Iya mah,sudah dulu ya",ucap Sadewa mematikan ponselnya sepihak.
"Kok dimatiin sih",dengus Maya kesal.
Bu Ratih dan Ayah Suseno mencoba tenang,saat Sadewa kembali dan duduk dikursinya.
"Ada perlu apa kamu kesini Sadewa?",tanya Suseno dengan tenang.
Sadewa berdehem untuk menghilangkan rasa groginya."Saya ingin bertemu dengan putri ku,apa itu harus dipertanyakan?,apa salah bila seorang ayah menemui putrinya",ucap Sadewa.
Suseno senyum mengejek,"Putri?putri yang mana,putri yang menurut mu bisa menghambat keberhasilan mu,dan ayah?ayah mana yang menghilang hingga dua puluh dua tahun tanpa kabar dan tanpa tau tumbuh kembang anaknya,apa pantas kamu disebut ayah?",ucap Suseno.
Sadewa kikuk,namun tak menyerah."Maka dari itu,saya ingin menebus waktu dua puluh dua tahun itu untuk bersama Rindu sebagai sosok ayahnya,izinkan saya membawa Rindu",ujar Sadewa,membuat Ratih kaget.
"Tidak bisa dong kak,kamu seenaknya mau membawa Rindu,Rindu itu putri kami",ucap Ratih emosi.
"Tapi kan,aku ayah kandungnya Ratih,kalian kan hanya mengasuhnya,bahkan biayanya juga aku yang menanggungnya hingga dia kuliah",ucap Sadewa.
"Masalah biaya,tunggu...
"Uang dari kakak masih utuh dalam rekening ini,sepeser pun tak pernah kami gunakan",ucap Ratih melempar buku rekening diatas meja tepat didepan Sadewa.
"Kakak boleh cek itu,bawa itu dan pergi dari sini",ucap Ratih mengusir Sadewa.
"Bu,tenang dulu",ucap Suseno menenangkan istrinya.
"Tenang bagaimana yah,lelaki ini tiba-tiba datang ingin mengambil putri kita,putri kita yah,Rindu putri kita huhuhu",ucap Ratih menunjuk Sadewa sambil menangis,entah mengapa Ratih merasa akan kehilangan Rindu
Suseno memeluk Ratih menenangkannya.
"Iya Rindu putri kita",ucap Suseno membawa Ratih kembali duduk.
"Tapi aku juga ingin bisa merasakan dekat dengan Rindu bang,aku juga ingin dipanggil ayah oleh Rindu,aku juga ingin mencurahkan kasih sayang ku untuk Rindu,"ucap Sadewa.
"Benarkah?,tidak ada maksud yang lain?",tanya Suseno,membuat Sadewa menggeleng.
"Aku ingin menebus waktu saja bang,izinkan aku membawa Rindu,izinkan aku membahagiakan putri ku",ucap Sadewa.
"Yah,Rindu tak boleh pergi,ibu tidak mau kehilangan Rindu",ucap Ratih,gelisah,Ratih tak bisa bila jauh dari putrinya,walaupun Ratih menyadari Rindu bukan darah dagingnya.
"Lebih baik kak Dewa pergi dari sini,kami tak mengizinkan Rindu kakak bawa",ucap Ratih.
"Bu..",tegur Suseno.
"Tapi yah..
"Lebih baik kita tanyakan dulu pada Rindu,apa dia mau ikut dengan Sadewa atau tidak",ucap Suseno memberi jalan tengah.
"Tapi bang..
"Tidak ada tapi-tapian itu jalan yang terbaik,Rindu bukan lagi anak kecil dia juga sudah bisa menentukan jalan hidupnya sendiri,kita harus bisa menerima keputusannya nanti,mau ikut dengan mu atau tetap disini bersama kami",ucap tegas Suseno,walaupun berat tapi ini jalan yang terbaik.
Sadewa diam namun otaknya tetap menyusun sesuatu rencana,harapan tipis bila harus Rindu sendiri yang memilih,pastinya Rindu akan tetap tinggal bersama dengan mantan kakak iparnya itu.
Sedangkan Ratih dan Suseno terlalu berat bila melepaskan Rindu,walau tak dipungkiri mereka bukan orang tua kandung namun cinta dan kasih sayang mereka tak tanggung-tanggung.
Hingga suara salam membuyarkan lamunan mereka.
"Assalamualaikum,eh ada tamu",ucap Rindu.
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments