Sadewa segera melajukan mobil mewahnya menuju bandara,sebelum itu Sadewa menyuruh seseorang untuk menulis surat untuk kedua orang tua Rindu dan dititipkan kepada Rosa kemudian ponsel milik Rindu,Sadewa buang agar jejak Rindu tak bisa dilacak.
Sekarang mereka berada didalam pesawat,"Maafkan papa nak",ucap Sadewa,menatap Rindu.
Sesampainya dirumah sakit,Rindu langsung dibawa keruang pemeriksaan untuk pencocokan dan tindakan operasi.
"Terimakasih pa",ucap Maya memeluk Sadewa.
Sedangkan Karina dan Rindu tengah menjalani transplantasi diruang operasi.
Rindu mengerjap karena merasakan perih diarea perutnya,,saat membuka mata suasana putih dan bau khas rumah sakit menusuk hidungnya,Rindu sudah menebak apa yang terjadi padanya."Ayah,ibu,Rindu sakit",lirih Rindu,sungguh tega ayah kandungnya meninggalkan Rindu seorang diri pasca operasi,Kemana orang itu?,akh Rindu tak perduli didalam hati Rindu sungguh benci,amat teramat benci dengan orang yang bernama Sadewa itu,"Aku harus kuat dan segera pergi dari tempat ini",gumam Rindu bertekad.
Dengan berjalan tertatih Rindu mencoba untuk keluar kamar rawat.
"Kenapa nak?,ada yang sakit?,muka mu sangat pucat sekali,mari aku bantu",ucap Farah.
"Tidak bu,terima kasih,saya hanya haus",ucap lemah Rindu.
"Oh,haus?,ini saya masih punya sisa air mineral,mau?",ucap Farah menyodorkan botol air mineral.
"Mau bu,"Lirih Rindu.
"Terima kasih",ucap Rindu setelah meneguk habis airnya.
"Anak ini mau kemana?,apa tidak ada pihak keluarga yang menjaga?",tanya Farah memapah Rindu.
Rindu meneteskan airmata saat Farah mengatakan keluarga,"Ayo ibu bantu kedalam lagi",ucap Farah mengantar Rindu diatas brankar.
Kemudian Farah menelepon seseorang.
"Sekarang istirahatlah dulu,nanti akan ada suster yang menemanimu",ujar Farah.
"Terimakasih bu",lirih Rindu
"Sama-sama,kalau boleh tau siapa nama mu nak?",tanya Farah penasaran.
"Rindu Hartanti",jawab Rindu.
"Nama yang cantik,sakit apa kalau boleh saya tau?",tanya Farah terus menatap gadis ayu didepannya.
"Loh,jeng Farah kok disini?",ucap Maya yang tiba-tiba masuk keruangan itu disusul oleh Sadewa.
"Ini jeng tadi gadis ini...
Rindu menggeleng kecil saat Farah menatapnya,Farah heran,"Ini tadi pintu ruangannya terbuka dan enggak tau kenapa saya ingin masuk kesini",ujar Farah kembali menatap Rindu sekilas dan beralih menatap Maya dan Sadewa.
"Ooh,seperti itu,jeng mau menjenguk Karina kan?,mari jeng",ucap Maya.
"I-iya,"ucap Farah.
Rindu ditinggal sendirian lagi,Sadewa,Farah dan Maya menuju ruangan Karina.
"Syukurlah kalau Karina sudah mendapat pendonor,semoga Karina cepat pulih dan bisa kembali beraktifitas seperti biasanya",ucap Farah.
"Kalau Bara bagaimana keadaannya jeng?",tanya Maya.
"Bara sudah sadar,namun begitu,dia jadi pemurung,hanya diam diatas kursi roda,mungkin setelah tau kabar Karina dia akan semangat lagi",ucap Farah.
"Iya",ucap Maya dan Sadewa saling menatap.
"Kira-kira siapa pendonor untuk Karina?",tanya Farah.
"Hanya gadis kampung yang butuh uang,jadi menjual salah satu ginjalnya",ucap Maya enteng.
Farah mengangguk.
Di rumah Suseno dan Ratih.
"Ayah akan menyusul Rindu bu",ucap Suseno,setelah mendapat sebuah surat.
"Ibu ikut yah,ibu khawatir dengan Rindu",ucap Ratih.
"Baik bu,ayah akan memesan tiket untuk hari ini,ibu tolong siap-siap dulu",ucap Suseno dan Ratih hanya mengangguk,Suseno pergi mengendarai sepeda motor.Rosa mendekati Ratih.
"Bibi,maafin Rosa ya",ujar Rosa merasa bersalah.
"Bukan salah mu Ros,sekarang bibi minta tolong kepadamu untuk menjaga toko dan rumah ini selama bibi dan paman pergi tolong dampaikan kepada kedua orang tua mu agar mengelola sawah dan ladang bibi",ucap Ratih.
"Baik bi,nanti Rosa sampaikan",ucap Rosa.
"Terimakasih",ucap Ratih,Rosa masih terdiam kemudian memeluk Ratih.
"Rindu pasti ketemu bi,Rindu itu kuat",ucap Rosa.
"Iya,bibi tau,sekarang pulanglah dan beritahu orang tua mu dulu",ucap Ratih.
Rosa mengangguk dan meninggalkan Ratih.
Ruang rawat
"Bagaimana keadaannya dokter?",tanya Sadewa saat Dokter memeriksa Rindu.
"Tak perlu ada yang dikhawatirkan,semua baik",ucap Dokter.
"Terima kasih",ucap Sadewa saat Dokter dan suster sudah selesai memeriksa Rindu.
"Perlu sesuatu nak?",tanya Sadewa.
"Pulang,aku ingin pulang om",ucap Rindu enggan memanggil Sadewa ayah atau papa.
"Om?,aku ini papa mu nak,panggil aku papa",ucap Sadewa.
"Papa atau ayah hanya sebutan untuk yang benar-benar pantas menyandangnya",ujar Rindu.
Sadewa menghela nafas,"Andai kamu bersuka rela ikut dengan papa,semua ini tak akan terjadi,maafkan papa nak",ucap Sadewa seolah menyesal.
Rindu mengernyit,orang ini selalu berubah-ubah,apa jangan-jangan mempunyai penyakit gangguan jiwa batin Rindu."Sekarang istirahatlah dulu,papa akan membeli kebutuhan untuk mu",ucap Sadewa.
Rindu tak bergeming,"Mau titip sesuatu?",tanya Sadewa.
"Tidak",ucap singkat Rindu.
Setelah Sadewa pergi,Rindu mencari ponsel genggamnya,"Ditaruh kemana barang-barangku",gumam Rindu mencari tas kecil nya.
Rindu sudah dua hari dirumah sakit,hanya dipagi hari saja Sadewa menemaninya,menyuapi makan dan mengupaskan buah layaknya seorang ayah yang menyayangi putrinya.
Rindu harus waspada,bisa jadi ini trik supaya Sadewa bisa mengambil yang ada pada dirinya,sekarang ginjalnya siapa tau besok jantungnya.
Rindu bergidik ngeri,"Ayo badan cepat sembuh",ucap Rindu sambil menguyah buah.
Sedangkan Suseno dan Ratih sudah berada di kota,dimana mereka berharap Rindu ada dikota yang sama.
"Rumah siapa ini yah?",tanya Ratih.
"Rumah keluarga ayah",ucap Suseno,Ratih menatap suaminya.
Suseno segera mendial beberapa nomor diponselnya.
"Bagaimana yah?",tanya Ratih,Suseno menggeleng,Ratih kembali menangis.
Suseno sungguh lemah dengan airmata,segera ia rengkuh tubuh istrinya yang terguncang sebab tangis.
"Sudah bu,kita pasti akan menemukannya",ucap Suseno,Ratih mengangguk.
"Dan terimakasih telah menemaniku serta menyayangi keponakan ku layaknya anak sendiri,dan maaf,karena keegoisan ku...
Ratih menghentikan dengan menempelkan jari telunjuk dibibir Suseno,Ratih menatap suaminya itu dan menggeleng perlahan,Suseno mengangguk dan menenggelamkan Ratih dalam pelukannya.
"Aku mencintaimu,gadis kampung ku",bisik Suseno,membuat Ratih memukul dada bidang suaminya,senyum kembali terukir dibibir Ratih.
Disebuah ruang.
"Ini hanya sebagian dari komisi,"ucap lelaki memberikan amplop coklat yang tebal.
"Tapi saya takut,"ucap seorang berseragam putih seperti enggan menerima.
"Tidak akan ada yang tau,tenang saja saya yang menjamin dan bertanggung jawab",ucap seorang lelaki meyakinkan.
"Baik,saya akan melakukannya,"ucap seorang berseragam putih mengambil amplop tersebut.
"Bagus,"ucap lelaki itu mengangguk puas.
"Tapi bagaimana dengan jabatan yang anda janjikan itu?",tanya seorang itu lagi.
"Gampang itu bagi saya,setelah rencana ini berhasil jabatan itu pasti menjadi milik mu",ucap lelaki itu tersenyum penuh misteri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments