"Hm, kau seharusnya yang terakhir disini..." Bai Liluo mencabut pedangnya dari tubuh seekor kelinci yang sudah tidak lagi bernyawa.
Walupun kelinci, ukuran tubuhnya sebesar sapi dewasa dan memiliki tanduk di kepalanya. Kelinci itu juga adalah siluman yang sudah berusia ratusan tahun.
Bai Liluo mengambil permata silumannya yang ukurannya besar lalu memasukkan jasad kelinci itu ke dalam cincin ruang untuk ia makan dagingnya suatu saat nanti.
Sudah empat tahun berlalu, Bai Liluo menghabiskan sebagian besar waktunya di hutan dan memburu para kawanan siluman. Bai Liluo telah menyisir seluruh kawasan hutan di sekeliling Gunung Suci, hampir tidak area yang belum terjamah olehnya.
Usia Bai Liluo sudah berkisar 14 tahunan, tubuh fisiknya tambah lebih berkembang dari usia yang sebenarnya, dia memiliki tinggi 172 sentimeter serta memiliki perawakan yang gagah, jika orang-orang tidak mengetahui usia aslinya mungkin mereka akan beranggapan Bai Liluo adalah seorang remaja berusia 17 tahun.
Sesudah membunuh siluman Bai Liluo kemudian bergegas pergi dari sana dan pulang menuju tempat tinggalnya, di sana Ratu sedang menunggunya.
"Nona Ratu, aku kembali..." Bai Liluo memamerkan senyum lebarnya.
"Bagaimana? Kau sudah mendapatnya?"
"Aku dapat tiga, ternyata Anggrek Bulan tumbuh cukup banyak di sana." Bai Liluo menyerahkan tiga tanaman itu.
Ratu mengangguk, mengambil tiga anggrek tersebut sebelum dijadikannya sebuah pil, dari tiga anggrek itu Ratu berhasil membuat lima Pil Bulan Perak yang segera di diserahkan pada Bai Liluo.
Bai Liluo menyerap seluruh khasiat lima pil itu namun ekspresi wajahnya memudar usai menemukan dirinya tidak mengalami penerobosan dalam tingkat beladirinya.
"Aku hanya merasakan kekuatan fisikku meningkat tapi untuk menerobos, rasa-rasanya aku tidak merasakannya sama sekali..." Bai Liluo menghela nafas panjang.
"Sudah sepatutnya demikian, dengan tingkatan kekuatanmu yang sekarang Pil Bulan Perak tidak terlalu banyak berdampak pada tubuhmu, kau membutuhkan pil yang memiliki khasiat lebih tinggi lagi." Ratu menggelengkan kepalanya perlahan.
Selama empat tahun tersebut kekuatan Bai Liluo telah mengalami kemajuan yang pesat sampai-sampai Pil Embun Merah dan Pil Bulan Perak yang sering dikonsumsinya tidak memiliki banyak efek lagi pada tubuhnya.
Bai Liluo tersenyum tipis, sebelumnya Ratu sudah berkata demikian kemarin tetapi ia bingung harus menjawabnya seperti apa.
Ratu menyarankan agar Bai Liluo harus mulai pergi dari tempat tinggalnya dan menjelajahi dunia, hutan yang disekeliling gubuknya telah ia eksplorasi dan dengan kemampuan Bai Liluo yang sekarang, hampir tidak ada siluman yang bisa menandingi kekuatannya.
Permintaan Ratu sebenarnya cukup sederhana tapi tidak bagi Bai Liluo yang mendengarnya.
Bai Liluo yang sudah hidup di gubuk ini sejak kecil merasa berat melakukannya, terutama ia tidak ingin meninggalkan makam kakeknya sendirian.
Seolah bisa membaca pikiran Bai Liluo, Ratu menghela nafas cukup panjang. "Aku mengerti perasaanmu tetapi jika kau ingin mencari petunjuk orang tuamu, cepat atau lambat kau juga akan pergi dari sini."
"Aku tahu Nona Ratu, aku hanya..."
"Kau tidak perlu buru-buru mengambil keputusan, memang tidak mudah meninggalkan sesuatu yang menurut kita berharga."
Meski Bai Liluo telah menjadi kuat tapi dengan kekuatannya ia masih belum cukup untuk membuka kotak kayu yang berisi informasi mengenai petunjuk orang tuanya.
Alasan Ratu menyuruh Bai Liluo keluar dari tempat tinggalnya karena gadis itu ingin Bai Liluo mencari bahan-bahan untuk membuat sebuah pil.
Adapun bahan-bahan itu tidak mungkin ditemukan di hutan ini, Ratu mengingatkan bahwa bahan-bahan itu sangat sulit ditemui namun andai Bai Liluo berhasil mendapatkannya, Ratu akan membuatkan pil yang memiliki khasiat luar biasa.
Dengan pil itu kekuatan Bai Liluo akan meningkat cukup siginifikan, setidaknya pemuda itu bisa membuka kotak kayu dari kakeknya.
Malam harinya Bai Liluo memikirkan keputusannya sementara Ratu tidak mendesaknya lebih jauh.
"Kurasa perkataan Nona Ratu benar, mungkin sudah saatnya aku memulai mengarungi dunia persilatan yang sesungguhnya jadi mungkin aku akan menerima saran Nona Ratu..." Keesokan harinya Bai Liluo akhirnya mengeluarkan hasil pemikirannya pada gadis itu.
Ratu tersenyum, "Kau tidak perlu khawatir, dari kepadatan esensi alam yang ada di dunia ini, kekuatanmu yang sekarang setidaknya cukup untuk melindungi dirimu ."
"Nona Ratu, apa menurutmu dunia di luar sana cukup berbahaya?"
"Aku tidak bisa mengatakan dalam satu pendapat atau dalam satu sudut pandang namun yang pasti kau akan menemukan banyaknya hal-hal baru diluar sana."
Bai Liluo menggaruk hidungnya, ia tidak mengerti sebagian perkataan Ratu tetapi dirinya juga tidak mau membahasnya lebih jauh, Bai Liluo pergi ke pusara kakeknya karena ia akan meninggalkan rumahnya maka kemungkinan besar dirinya juga tidak akan berkunjung kesini lagi.
"Kakek, hari ini Liluo akan pergi dan mungkin tidak akan kesini dalam waktu yang lama, meski begitu aku tidak akan melupakan Kakek, gubuk ini adalah tempat dimana aku merasa pulang sejauh apapun aku pergi nantinya..." Bai Liluo menyeka air matanya.
Ratu dari alam dantian menutup mata serta menutup hatinya, terkadang alasan seseorang enggan pergi meninggalkan rumahnya bukan karena tempat tinggalnya mewah atau besar tetapi karena ada kenangan berharga tersemat di rumah tersebut.
***
Keesokan harinya sebelum pergi Bai Liluo memasukkan seluruh hasil panennya ke dalam cincin ruang, meski dirinya disibukkan berlatih dalam empat tahun terakhir ini Bai Liluo masih menyempatkan waktunya untuk berkebun dan bertani.
Bai Liluo berencana menjual hasil panennya itu kepada Paman Lu dan uangnya nanti akan digunakan sebagai bekalnya dalam perjalanan ini.
Bai Liluo meninggalkan gubuknya mengendarai seekor kuda hitam miliknya, sebelum ia melangkah keluar dari pagar, Bai Liluo melihat ke gubuknya sekali lagi sebelum pergi memantapkan hati dan pikirannya.
"Nona Ratu, apakah suatu saat nanti aku boleh kesini lagi?" Bai Liluo bertanya.
"Aku tidak akan pernah melarangmu, sesudah kau menemukan empat tanaman yang kusebut sebelumnya, kau bisa kembali kesini."
"Tanaman itu, apakah benar-benar sangat langka?" Bai Liluo berkata dengan ragu.
"Seharusnya seperti itu karena di duniaku, tanaman yang sama memang sulit didapatkan."
Ratu menyuruh Bai Liluo mencari empat tanaman untuk membuat pil bernama Pil Teratai Emas, adapun tanaman-tanaman itu yaitu Bunga Salju Abadi, Teratai Matahari, Ginseng Bumi, dan terakhir Mawar Kematian.
Pil Teratai Emas adalah pil yang dimaksud Ratu agar Bai Liluo bisa mencapai kekuatan tertingginya sekaligus kekuatan yang dapat membuka kotak kayu itu.
Misi Bai Liluo dalam perjalanan mengarungi dunia persilatan ini yang tak lain adalah untuk mencari keberadaan empat tanaman tersebut.
"Nona Ratu, kira-kira seberapa kuat aku di dunia persilatan?" Bai Liluo kembali bertanya.
Ratu mengelus dagunya, "Aku tidak tahu dengan dunia persilatan di dunia ini, jika tebakanku tidak salah, seharusnya kau tidak akan mudah dikalahkan."
Bai Liluo tersenyum kecut, jawaban Ratu sama sekali tidak membuatnya merasa tenang, Bai Liluo memandang langit, meski lumayan keberatan dengan meninggalkan tempat tinggalnya, Bai Liluo sebenarnya cukup penasaran seperti apa dunia ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Semoga mendapat tanaman untuk membuat 💊💊 biar kekuatannya meningkat
2024-01-19
0
Pasaribu Hengky
MC nya udah ditingkat apa Thor kultivasinya.
2024-01-02
0