"Kalau kau berpikir ingin menunggu babi hutan itu kelelahan sebaiknya kau lupakan rencana itu, butuh waktu seharian untuk melakukannya dan kuyakin staminamu akan terlebih dulu terkuras..." Ratu memberitahu setelah menyadari rencana Bai Liluo.
Lima belas menit berlalu, pertarungan Bai Liluo dengan babi hutan itu tidak ada yang berubah dimana Bai Liluo terus menghindar serta menjaga jarak dari babi hutan tersebut.
Apa yang dikatakan Ratu memang benar, Bai Liluo sedang berencana membuat babi hutan itu kelelahan sebelum akhirnya menyerangnya balik.
"Aku tidak punya rencana selain itu, apa Nona Ratu punya saran?" Bai Liluo berbicara dengan senyuman tipis, ia kembali melompat untuk menghindari serudukan babi hutan itu.
"Kau harus berpikir, ini adalah pertarungan pertamamu. Gunakan kekuatan serta otakmu!" Ratu mendengus pelan.
Percakapan Bai Liluo dan Ratu sebenarnya cukup keras karena jarak keduanya lumayan jauh, babi hutan itu terlihat kebingungan mendengar ada sumber suara lain dari atasnya tetapi ia tak bisa melihatnya.
Saat itulah Bai Liluo menyadari kelemahan babi hutan tersebut bahwa ia sebenarnya tidak memiliki tulang leher yang membuat mereka tak dapat menengok ke atas.
Bai Liluo mengambil celah ini dan langsung memanfaatkannya, ketika babi hutan itu kembali menyeruduk ke arahnya, Bai Liluo tidak menghindar ke samping melainkan melompat ke atas tubuh babi hutan tersebut sebelum mendarat di punggungnya.
Babi hutan itu terkejut dan menjadi panik, ia mulai menggerak-gerakkan tubuhnya agar Bai Liluo jatuh dari atas punggungnya namun sebelum itu terjadi Bai Liluo sudah melancarkan serangannya.
Bai Liluo mengalirkan energi spiritual pada kepalan tangannya sebelum melepaskan tinju ke punggung babi hutan itu.
Satu pukulan Bai Liluo sangat keras hingga hampir membuat tulang punggung babi hutan itu terlepas dari tempatnya, Bai Liluo tidak berhenti di sana, ia kembali melepaskan pukulan lainnya kali ini secara bertubi-tubi.
Babi hutan itu meronta kesakitan sambil berlari ke sana-kemari, menabrak apapun yang ada di depannya.
Melihat babi hutan itu membawanya ke kedalaman hutan yang lebih dalam Bai Liluo tidak punya pilihan selain melompat turun, Bai Liluo tidak bisa mengambil resiko, kedalaman hutan memiliki banyak hewan buas yang ganas sehingga ia terpaksa membiarkan babi hutan itu kabur darinya.
"Kau cukup cerdas bisa menyadari kelemahannya..." Sesudah babi hutan itu tidak terlihat lagi, Ratu mendekat ke arah Bai Liluo.
Bai Liluo menggaruk kepalanya, ia ingin mengatakan sesuatu pada gadis itu namun urung setelah melihatnya.
Bai Liluo menghela nafas, dalam pertarungan melawan babi hutan tadi ia menyadari pengalamannya dalam sebuah pertarungan begitu kurang. Bai Liluo mungkin merasa sudah menjadi lebih kuat dari sebelumnya tetapi kekuatan saja tidak cukup untuk melindunginya.
Seperti yang dikatakan Ratu, seorang ahli beladiri tidak akan menjadi kuat tanpa bertarung, kali ini Bai Liluo memahami kenapa gadis itu berkata demikian.
Saat Bai Liluo sibuk dengan pemikirannya Ratu sudah menginjakkan kakinya di tanah. Ratu mengambil sebuah rumput yang berwarna merah.
"Hm, sudah kuduga, tanaman ini akan tumbuh banyak disini..."
Gumaman Ratu membuat Bai Liluo tersadar dari lamunannya, Bai Liluo jadi keheranan menyaksikan gadis itu memetik beberapa rumput.
"Apa Nona Ratu tertarik dengan rumput itu?" Bai Liluo melihat Ratu menyimpan rumput itu pada sebuah kotak kayu.
"Bisa dibilang demikian, kau juga harus cari rumput merah ini lebih banyak."
Bai Liluo menggaruk pipinya tetapi ia tidak berkata lebih jauh. Bai Liluo mulai mengumpulkan rumput-rumput merah sesuai permintaan gadis itu.
Rumput merah bukanlah sesuatu yang langka di hutan ini dan Bai Liluo juga mengenalnya.
Setahu Bai Liluo, rumput merah dapat dikonsumsi dan memiliki khasiat baik untuk untuk aliran darah namun karena rasanya yang sangat pahit, rumput itu tidak terlalu dilirik oleh orang-orang sehingga di pasaran pun ia tidak memiliki harga.
"Nona Ratu, bolehkah aku bertanya untuk apa rumput merah ini?" Tanya Bai Liluo disela ia mengambil rumput.
"Aku akan membuat sebuah pil untukmu, sudah saatnya kau meningkatkan kekuatan."
"Meningkatkan kekuatan?"
"Akan kujelaskan nanti, untuk sekarang kau harus petik rumput merah sebanyak yang kau bisa." Ratu menjawab tanpa menoleh ke arah Bai Liluo, gadis itu sedang sibuk memetik rumput merah di sekitarnya.
***
Selain rumput merah yang diambil, Ratu juga mengambil tanaman-tanaman lainnya yang ada di hutan.
Bai Liluo tidak banyak bertanya meski ia sebenarnya penasaran, setiap tanaman yang diambil gadis itu terasa tidak penting menurutnya. Bai Liluo hanya menuruti apa yang diperintahkan Ratu saat disuruh memunguti tanaman-tanaman itu.
Saat dirasa cukup, Ratu dan Bai Liluo kemudian pulang kembali ke ladang perkebunannya. Hal pertama kali saat keduanya sampai yaitu Ratu menyuruh agar Bai Liluo membuat semacam perapian.
Selain membuat api, Ratu juga menyuruh Bai Liluo mengambil periuk lalu dimasukan air ke dalamnya, periuk itu nanti akan di letakkan di atas perapian.
Ratu mulai memasukan rumput merah serta tanaman-tanaman yang sebelumnya ia kumpulkan ke dalam periuk itu, gadis tersebut kemudian mengaduknya menggunakan pengendalian energi spiritual, selain menjaga ritme adukannya Ratu juga mengendalikan perapian agar tetap di suhu yang sama.
Membutuhkan waktu dua jam hingga Ratu menyelesaikan apa yang dilakukannya, ketika tutup periuk itu dibuka, satu buah pil berwarna kemerahan sudah muncul dibaliknya.
"Hm, tidak buruk juga..." Ratu mengambil pil merah itu, sedikit melihatnya lebih dekat.
"Pil apa itu Nona Ratu?" Bai Liluo yang sebelumnya menahan rasa ingin tahunya akhirnya bertanya mendekat.
"Pil Embun Merah, pil yang bisa membantumu dalam menaikan tingkatan kekuatanmu..." Ratu lalu menerangkan bahwa pil di tangannya memiliki kualitas yang lumayan tetapi memiliki khasiat tinggi bagi seorang ahli beladiri pemula seperti Bai Liluo.
Ratu kemudian menjelaskan bahwa seorang ahli beladiri memiliki ranah kekuatan yang disebut dengan tingkatan beladiri.
Dimulai dari tingkat paling dasar yaitu ranah Alam Spirit, lalu dilanjutkan ranah Alam Jiwa, Alam Raga, dan Alam Semi Pendekar dengan setiap ranah mempunyai tahapan 1 sampai 9.
"Sesudah di puncak Alam Semi Pendekar, kau harus mengubah energi spiritual menjadi sesuatu yang disebut tenaga dalam di tubuhmu sebelum akhirnya kau bisa naik ke tingkatan selanjutnya yaitu ranah Alam Pendekar Murni, di tingkatan ini kau bukan lagi seorang ahli beladiri melainkan seorang pendekar."
Ratu kemudian melanjutkan."Di tingkatan seorang pendekar, kebutuhan dasarmu untuk bertahan hidup akan semakin berkurang, misalnya untuk makan kau akan lapar selama beberapa bulan sekali karena tenaga dalam yang ada di tubuhmu, semakin besar kekuatanmu maka semakin lama kau bisa menahan lapar bahkan sampai bertahun-tahun..."
"Apa hebatnya seseorang tidak makan, kurasa itu seperti siksaan, dia tidak akan tahu begitu lezatnya sebuah masakan bukan?" Bai Liluo memotong penjelasan Ratu.
"Aku mengatakan kau bisa tahan lapar selama bertahun-tahun tetapi bukan berarti kau tidak bisa makan. Ditingkatan seorang pendekar, makanan hanya pemuas lidah, bukan untuk bertahan hidup." Ratu mendengus kesal.
Ratu menghela nafas pelan, "Setelah menjadi pendekar seseorang bisa menjadi lebih kuat lagi lagi hingga mencapai sesuatu yang disebut kultivator, jalan keabadian. Tapi aku tidak akan menjelaskannya sekarang karena itu akan membutuhkan waktu yang sangat lama hingga kau mencapai tingkatan tersebut."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Makin menarik Tor 👍👍👍
2024-01-18
0