Perjalanan pulang Bai Liluo terasa singkat dibandingkan ketika berangkat karena Bai Liluo memacu kudanya lebih cepat.
Selain karena beban di gerobaknya menjadi lebih ringan kali ini, Bai Liluo ingin sekali ke gubuknya untuk membuka kotak peti yang selama ini membuatnya penasaran.
Ratu keluar dari gerbangnya saat Bai Liluo tiba di gunung suci, sepertinya selain dirinya, gadis itu juga ikut penasaran.
"Nona Ratu, kira-kira apa yang tersimpan di peti kakek?" Saat Bai Liluo hendak memasukkan kuncinya, ia bertanya pada gadis itu.
"Kalau kau saja tidak tahu apalagi aku..." Ratu memutar matanya malas. "Yang pasti benda apapun itu ia pasti sesuatu yang berharga karena tidak mungkin dia menggunakan formasi sihir untuk menyimpannya."
Bai Liluo mengangguk pelan lalu memasukkan kunci itu, tak lama kemudian sesuatu terjadi pada peti tersebut, ia mulai bercahaya keemasan.
Jika Ratu mengatakan dirinya tidak perlu panik mungkin Bai Liluo segera menjauhi peti itu.
Peti itu bersinar hanya beberapa detik sebelum kembali menjadi normal, Bai Liluo perlahan membukanya dan terlihatlah beberapa benda di dalamnya.
Bai Liluo menemukan sebuah pedang hitam yang tersarung rapih di dalamnya, sebuah kitab, satu kotak kayu kecil, dan satu kotak kayu berukuran sedang.
Selain benda tersebut ada juga secarik kertas, Bai Liluo segera mengambil kertas tersebut karena di atasnya ada barisan huruf.
'Luo'er, jika kau telah membuka peti ini berarti kau sudah mendatangi Paman Lu, artinya kakek juga sudah tiada di sampingmu.
Peti ini berisi beberapa perbekalan untuk hidupmu, Kakek harap kau tidak menjadi tukang kebun seperti kakek dan menjalani kehidupanmu yang baru...'
Bai Liluo mengerutkan dahinya membaca tulisan tersebut, ternyata secarik kertas itu adalah pesan dari kakeknya.
Dari surat tersebut kakeknya ingin Bai Liluo menjadi seorang ahli beladiri sehingga kehidupannya bisa lebih aman, kakeknya juga berharap cucunya itu pergi dan menjelajahi berbagai tempat di dunia, bertemu banyak orang dan menemukan hal-hal hebat di dalamnya.
"Secara tidak langsung kakekmu memang ingin kau masuk ke dunia persilatan bukan? Kurasa keputusanmu waktu lalu sudah tepat..." Ratu ikut berkomentar, ia juga membaca surat itu.
Yang membuat Bai Liluo terkejut terdapat pada pertengahan surat itu, dituliskan bahwa kotak kayu berukuran sedang yang ada di peti itu adalah petunjuk mengenai keberadaan orang tuanya.
Sejak lama Bai Liluo memiliki keinginan kuat untuk bertemu mereka namun saat itu kakeknya enggan memberitahukan hal tersebut.
Jika kotak itu memang benar berisi petunjuk orang tuanya, Bai Liluo berharap besar bisa bertemu mereka namun sayangnya kotak berukuran sedang itu tidak bisa dibuka.
Meski sudah menggunakan seluruh tenaga sampai mengalirkan energi spiritual, kotak kayu berukuran sedang itu tak dapat dibuka bahkan ia juga tidak bisa dihancurkan.
"Kotak kayu ini hampir persis dengan petinya, ia tidak bisa dibuka secara paksa." Ratu mengamati kotak kayu itu.
"Apakah ada semacam formasi sihir?"
Ratu menggeleng pelan, "Tidak ada formasi atau semacamnya hanya saja kotak kayu ini bisa dibuka jika kau berada di tingkatan tertentu, kekuatanmu saat ini masih sangat lemah."
Ratu mengatakan bahwa sepertinya kakek Bai Liluo ingin agar cucunya berlatih menjadi kuat terlebih dahulu sebelum mencari keberadaan orang tuanya.
Disisi lain Ratu semakin yakin bahwa kakek Bai Liluo ini bukan orang biasa, terutama ketika melihat segel kotak kayu tersebut.
"Ini berarti kau harus berlatih dengan keras mulai sekarang..." Ratu menjelaskan ada kemungkinan Bai Liluo harus berada di ranah Alam Pendekar Murni atau lebih untuk membuka kotak kayu ini.
Bai Liluo mengangguk, sekarang ia memiliki motivasi tersendiri untuk menjadi lebih kuat, yaitu ingin bertemu orang tuanya
Bai Liluo kemudian membaca surat kakeknya kembali dan tiba di bagian akhir surat tersebut. Di bagian penutup kakeknya menjelaskan tentang item-item yang ada di peti itu.
Dimulai dari pedang hitam, menurut kakeknya pedang itu bernama 'Pedang Pembelah Langit'. Tidak ada penjelasan lain selain namanya namun Kakek Bai Liluo berpesan agar cucunya harus hati-hati saat menggunakan pedang tersebut.
Bai Liluo mengambil pedang itu lalu menariknya keluar, terlihat sebuah mata pedang yang berwarna merah darah, ternyata meski sarung pedangnya berwarna hitam namun di dalamnya ia memiliki mata pedang berwarna merah.
"Nona Ratu, lihatlah, pedang ini begitu indah..." Bai Liluo berseru takjub, warna merah pada mata pedangnya terlihat sedikit menyala.
"Indah kepalamu?!" Ratu berdecak pelan lalu menunjuk pedang itu, "Kau tidak menyadari ada energi jahat di pedangnya?"
"Eh?" Bai Liluo terkejut dengan reaksi Ratu.
Memang benar yang dikatakan Ratu, di sekitar pedang yang disebut 'Pedang Pembelah Langit' ada semacam energi kehitaman yang mengitari ketika mata pedang itu dikeluarkan.
Bai Liluo mungkin tidak mengetahuinya tetapi Ratu berbeda, ia merasa terancam saat pedang itu terlepas dari sarungnya seolah pedang merah darah tersebut akan mengancam nyawanya.
Saat Bai Liluo kebingungan dengan energi jahat yang gadis itu maksud tiba-tiba pandanga Bai Liluo berputar hingga ia hampir jatuh dari posisi berdirinya jika saja waktu itu Ratu tidak menahan punggungnya.
"Apa yang terjadi?" Bai Liluo merasakan kepalanya terasa pusing.
"Lihatlah energi spiritualmu, kau akan menyadarinya."
Mengikuti perkataan gadis itu, Bai Liluo terkejut ketika energi spiritual yang menyelimuti tubuhnya sudah mulai menipis. Bai Liluo terkejut sekaligus keheranan karena seharusnya ia tidak menggunakan energi spiritualnya namun beberapa detik kemudian ia tersadar bahwa Pedang Pembelah Langit telah melakukan sesuatu kepadanya.
Pedang Pembelah Langit menghisap energi spiritual Bai Liluo secara paksa ketika ia memegangnya, sontak saja pria itu kaget dan melempar pedang tersebut ke sembarangan arah.
"Sudah kuduga pedang ini cukup berbahaya..." Ratu mengamati pedang itu sambil menggeleng pelan.
"Nona Ratu, apa yang terjadi, kenapa pedang itu menghisap energi spiritualku?" Bai Liluo masih terkejut.
"Aku juga tidak tahu, baru pertama kali ini aku melihat situasi yang seperti ini." Ratu menghela nafas panjang. "Andai saat ini kau tidak memiliki energi spiritual, seharusnya ia akan menghisap energi kehidupanmu."
Bai Liluo menelan ludah, ia sadar Ratu tidak sedang berbohong sekarang.
Ratu kemudian menyuruh Bai Liluo untuk menyarungkan kembali pedang itu ke dalam sarungnya, Bai Liluo awalnya ragu namun setelah Ratu mengatakan bahwa selama Bai Liluo masih mempunyai energi spiritual, pedang itu tidak akan membahayakan dirinya.
Bai Liluo segera mengambil Pedang Pembelah Langit lalu buru-buru menyarungkannya. Bai Liluo kemudian menyadari saat pedang itu disarungkan, ia tidak menghisap lagi energi spiritualnya.
"Benar, pedang ini hanya menghisap energi spiritualmu saat ia terlepas dari sarungnya." Ratu menjelaskan sebelum Bai Liluo bertanya.
"Bukankah pedang ini berbahaya, kenapa kakek memberikan pedang seperti itu padaku." Bai Liluo tidak memahami, yang pasti ia bisa terbunuh hanya dengan memegang pedang tersebut. "Nona Ratu, haruskah kita membuang pedang berbahaya ini?"
"Membuangnya, untuk apa?" Ratu menaikan salah satu alisnya. "Tidak perlu, pedang ini justru sangat bernilai."
"Eh? Kenapa begitu?"
"Meski ia mempunyai energi jahat dan efek samping yang besar, Pedang Pembelah Langit memiliki ketajaman yang tidak bisa aku ukur..." Ratu sudah mengamati bagaimana tajamnya mata pedang merah tersebut saat Bai Liluo melepasnya, menurutnya Pedang Pembelah Langit bukanlah pedang biasa yang umumnya ada di dunia persilatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Nice
2024-01-18
0