Eps. 2 — Nona Ratu

Tiga tahun berlalu semenjak kepergian kakeknya, Bai Liluo masih tetap menyendiri di Gunung Suci dan mengurusi ladang pertaniannya.

Bai Liluo tidak memikirkan gadis yang jatuh dari langit itu sesudah sebulan berlalu, ia memilih menyibukkan dirinya untuk bercocok tanam.

Usia Bai Liluo kini sudah menginjak 10 tahun, fisiknya tampak berkembang lebih cepat dari usia seharusnya. Bai Liluo memiliki perawakan seperti seseorang yang sudah berumur 15 tahun, tubuhnya berotot, fisiknya terlihat gagah.

Entah mungkin setiap hari ia hanya makan sayur dan buah atau karena tubuhnya yang sejak kecil sudah bekerja keras untuk mengurusi ladang sehingga pertumbuhan fisiknya begitu cepat.

Bai Liluo menjalani kehidupan bertaninya seperti biasa, ketika selesai bekerja ia akan pergi ke makam kakeknya, sekedar melapor tentang pekerjaannya atau agar kakeknya tidak kesepian.

Setiap panen tiba, Bai Liluo tidak menjual hasil panen tersebut ke kota seperti yang biasa dilakukan kakeknya. Bai Liluo memilih menyimpan dan memakan hasil panennya sendiri sehingga dalam kurun waktu tiga tahun tersebut ia tidak pernah meninggalkan pegunungan.

Di suatu pagi yang cerah, saat Bai Liluo keluar rumah membawa cangkul tiba-tiba sekujur tubuhnya bersinar kehijauan.

"Ini... Apa yang terjadi..." Bai Liluo terkejut melihat tubuhnya yang bercahaya, sinar hijau itu semakin terang hingga akhirnya menyelimuti tubuhnya.

Bai Liluo berpikir bahwa semua ini karena dirinya terlalu banyak makan bayam pagi itu sehingga berdampak pada tubuhnya tetapi beberapa detik kemudian ia menyadari bahwa dugaannya salah.

Dari tubuh Bai Liluo keluar sebuah bola cahaya berwarna kehijauan, Bai Liluo harus menutupi matanya untuk melihat bola cahaya tersebut karena menyilaukan penglihatannya.

Bola hijau itu perlahan membesar dan semakin membesar sebelum kemudian membentuk bingkai pintu gerbang.

Bai Liluo terpana, ia pernah melihat pintu gerbang di kota ketika bersama kakeknya namun baru kali ini ia melihat gerbang yang berwarna emas.

Gerbang itu mempunyai ukiran seekor mahluk yang bersayap, berkaki empat, dengan tanduk di kepalanya. Ukurannya sangat besar dan dari ukirannya mahluk itu sedang menyemburkan api dimulutnya.

Bai Liluo tidak mengetahui mahluk apa itu tetapi sepertinya ia sangat menyeramkan, saat Bai Liluo masih memperhatikan ukiran tersebut tiba-tiba pintu gerbang emasnya terbuka.

Seorang gadis bergaun ungu terlihat dan melangkah keluar dari gerbang tersebut, Bai Liluo kaget namun beberapa saat kemudian ia jadi tertegun.

Gadis yang keluar dari gerbang itu tampak begitu cantik dan muda, ia memiliki rambut hitam panjang sampai sepinggang dengan warna kulitnya yang seputih salju.

Gaun ungu yang dipakainya tampak serasi dengan tubuh gadis itu yang ramping, di kepala gadis itu ada semacam mahkota yang melingkar.

Tubuhnya tanpa lecet dan noda menambah keindahan gadis itu, setiap langkahnya membawa kesan keanggunan dan kelembutan.

Bai Liluo yang hanya pernah beberapa kali bertemu dengan perempuan sekalipun sampai terpana melihat kecantikannya, sulit dipercaya ada mahluk yang begitu indah seperti itu.

***

"Hm, aku yakin telah terjadi sesuatu padaku tetapi dimana ini?" Gadis bergaun ungu itu melihat sekitarnya, sebuah pemandangan yang berbeda dengan seharusnya ia ingat.

Gadis gaun ungu itu hanya melihat suasana pegunungan disekitarnya serta lahan pertanian yang dipagari. Butuh beberapa detik hingga tatapan Gadis gaun ungu tersebut tertuju pada Bai Liluo.

Gadis gaun ungu itu mengerutkan dahi, melihat dari bawah sampai atas pria tersebut. Dia tahu bahwa Bai Liluo sedang terpana oleh kecantikannya namun yang membuatnya heran adalah pria tersebut adalah seorang manusia.

"Anak manusia, apa kau bisa menjelaskanku dimana ini?" Tanya gadis itu.

Bai Liluo masih tertegun melihat gadis itu saat ia bertanya, pria itu bahkan hampir tidak berkedip memandangnya.

Gadis gaun ungu itu berdecak pelan. "Hei bocah, aku tahu aku cantik tetapi kau tidak perlu memandangku sampai seperti itu. Kau terlihat seperti seseorang yang tidak lama melihat wanita saja."

Bai Liluo kemudian tersadar dan merasa malu karena telah berbuat demikian. "Maaf Nyonya, aku tidak bermaksud seperti itu."

"Nyonya?" Mendadak urat leher gadis itu menegang, terlihat sangat kesal tetapi ia berusaha menahan emosinya. "Jawab saja pertanyaanku, dimana ini?"

"Ah, sekarang anda ada di ladang pertanianku..." Bai Liluo masih merasa canggung. "Menurut kakek, gunung ini disebut Gunung Suci."

"Gunung Suci, aku belum mendengarnya sama sekali..." Gadis itu memegang dagunya, tampak keheranan.

Gadis gaun ungu itu mulai berpikir keras sampai harus mondar-mandir di depan Bai Liluo. "Gunung suci... Gunung suci... Aku yakin ini pertama kali mendengar namanya tetapi kenapa aku bisa disini?"

Gadis itu mencoba mengingat-ingatnya namun selalu gagal, ia tidak memahami tempat ini dan alasan dirinya bisa disini.

Saat gadis itu sibuk dengan pikirannya sendiri disisi lain Bai Liluo memperhatikannya, Bai Liluo melihat penampilan gadis itu yang tidak terasa asing baginya.

"Ah, tunggu dulu, bukankah Nyonya adalah wanita yang jatuh dari langit itu!?"

Bai Liluo baru menyadarinya setelah melihatnya lebih teliti, meski sudah tiga tahun berlalu tetapi ia masih mengingatnya terutama aroma harum yang tercium dari tubuh gadis itu.

Perkataan Bai Liluo membuat gadis gaun ungu itu menoleh kepadanya, sedikit kebingungan. "Jatuh dari langit kau bilang?"

Bai Liluo mengangguk lalu menjelaskan tentang kejadian tiga tahun lalu dimana gadis itu datang ke ladangnya seperti bintang yang jatuh dari langit.

Bai Liluo juga menunjukkan dimana gadis itu terjatuh, kawah besar tempat gadis ungu tersebut mendarat masih ada sampai sekarang.

"Aku ingat sekarang..." Mendadak ekspresi gadis itu seperti mendapat pencerahan. "Saat sebelum aku tak sadarkan diri, aku bertarung dengan dua orang dari bangsa manusia dan terlempar ke robekan dimensi..." Gadis itu mengepalkan tangannya keras. "Sial! Jika aku tahu dua manusia rendahan itu sekuat ini, aku tidak akan berani melawannya walau mempunyai sepuluh keberanian sekalipun..."

Gadis itu mulai mengumpat serta memaki-maki dirinya tidak jelas, antara kesal atau marah, perilakunya yang demikian tampak tidak selaras dengan penampilannya yang manis dan anggun.

Bai Liluo memperhatikan gadis itu dengan kebingungan, "Nyonya, apakah anda baik-baik saja?"

"Jangan panggil Nyonya!" Gadis bergaun ungu itu mendengus kesal, "Aku belum menikah dan usiaku tidak setua itu!"

Bai Liluo menggaruk pipinya dengan canggung, ia sepertinya telah berbuat salah hingga membuat gadis itu marah padanya.

Bai Liluo akhirnya memilih diam sementara gadis itu melanjutkan umpatannya. Butuh waktu lima menit hingga emosi gadis itu akhirnya tenang kembali.

"Sudahlah, merutuki nasih burukku juga tidak mengubah apapun..." Gadis itu masih sedikit menggerutu.

Gadis gaun ungu itu kemudian menoleh ke arah Bai Liluo yang semenjak tadi menontonnya. "Anak manusia, mulai saat ini kau harus menjadi kuat."

Bai Liluo menjadi kebingungan, "Kuat? Untuk apa?"

"Agar aku bisa kembali ke dunia asalku!"

Terpopuler

Comments

Lanjut

2024-01-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!