Bai Liluo menampakkan dirinya saat dirasa tidak cara lain untuk mengalahkan babi hutan tersebut selain bertarung secara langsung.
Babi hutan itu dengan cepat menyadari keberadaannya namun saat melihat Bai Liluo, sikap babi hutan itu menjadi waspada.
"Oh, sepertinya dia masih mengenalmu?" Ratu mengelus dagunya menyaksikan reaksi babi hutan tersebut.
Bai Liluo tersenyum canggung namun sebelum ia merespon perkataan Ratu, babi hutan itu sudah mulai maju ke arahnya.
Bai Liluo yang telah mengetahui kelemahan babi hutan tersebut segera melompat ke atas, Bai Liluo mengalirkan energi spiritual ke kepalan tangannya sebelum melepaskan tinjunya.
Boom!
Krak!
Suara hantaman diikuti tulang yang retak terdengar usai pukulan Bai Liluo mengenai bagian atas kepala babi hutan itu.
Pukulan itu terasa jauh lebih kuat dari pukulan seingatnya, Bai Liluo yang melepaskan tinjunya sekalipun terkejut kekuatan pukulannya akan sehebat itu.
Bai Liluo tidak mempunyai waktu untuk terkejut, ia kembali melepaskan tinju lainnya tapi sesaat kemudian kepalan tangannya terhenti di udara.
Bai Liluo menemukan babi hutan itu sudah tidak lagi bernafas, pukulan Bai Liluo tidak hanya membuat tulang kepala babi hutan itu retak tetapi ia juga membuatnya kehilangan nyawa.
"Ini..." Bai Liluo mematung, ia tidak menduga kekuatannya sudah sebesar ini.
"Sudah kubilang babi hutan itu bukan lagi tandinganmu." Ratu mendengus kesal.
Bai Liluo menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal, ia sudah menyadari kekuatannya telah meningkat seiring dirinya menerobos namun penilaian kekuatannya saat ini termasuk masih meremehkannya.
Ratu kemudian keluar dari gerbangnya lalu melihat jasad babi hutan tersebut, gadis itu menjentikkan jarinya lalu dari kepala babi hutan itu keluar sesuatu yang berwarna kemerahan.
"Didalam tubuh setiap binatang yang telah berevolusi menjadi siluman akan tercipta yang namanya benda ini." Ratu mengambil benda kemerahan itu sebelum melemparkannya pada Bai Liluo. "Benda ini disebut sebagai permata siluman."
Bai Liluo memperhatikan permata siluman itu di telapak tangannya, ukurannya sangat kecil seperti kerikil.
"Babi hutan yang kau bunuh barusan adalah siluman yang masih berusia belasan tahun, masih cukup muda sehingga ukuran permatanya masih kecil."
"Apa kegunaan benda ini." Bai Liluo mengigit permata siluman itu. "Ini tidak bisa dimakan."
"Itu memang bukan makanan." Ratu berdecak kesal lalu mengetuk jari telunjuk ke kepalanya. "Itu sebabnya aku menyuruhmu untuk membunuh babi hutan itu, agar pengetahuanmu semakin bertambah..."
Ratu lalu menjelaskan kegunaan permata siluman yang bisa meningkatkan kapasitas Energi Spiritual pada seorang ahli beladiri. Permata siluman itu tidak untuk dimakan melainkan di serap oleh tubuh.
Daripada menjelaskan Ratu menyuruh Bai Liluo untuk mempraktekkannya secara langsung agar pria itu lebih cepat memahami.
Bai Liluo menggenggam permata siluman di salah satu tangannya sebelum kemudian mulai berkosentrasi untuk menyerapnya sesuai langkah-langkah yang dikatakan gadis itu.
Beberapa saat berlalu permata siluman di tangan Bai Liluo tiba-tiba mengecil sebelum akhirnya pecah berkeping-keping.
"Luar biasa, kau bisa memahaminya lebih cepat..." Ratu merasa puas dengan kinerja Bai Liluo.
"Aku bisa merasakannya Nona Ratu, selain aku bisa mengumpulkan energi spiritual lebih banyak, energi spiritual yang barusan aku gunakan untuk membunuh babi hutan itu telah terisi kembali."
Memang benar, selain meningkatkan kapasitas, permata siluman juga memiliki fungsi untuk memulihkan energi spiritual yang hilang.
Menurut Ratu, semakin padat dan besarnya permata siluman, semakin banyak pula kapasitas energi spiritual yang akan bertambah.
Bai Liluo mengangguk-angguk, "Aku jadi mengerti sekarang kenapa waktu lalu Nona Ratu pernah berkata mempunyai jumlah energi spiritual yang besar. Ternyata Nona Ratu sering menyerap permata siluman seperti ini..."
Gumaman Bai Liluo tersebut didengar Ratu. "Itu berbeda, dalam kasusku aku mempunyai daya energi spiritual yang besar karena bantuan pil dan tanaman roh."
Permata siluman hanyalah salah satu cara dari berbagai cara untuk meningkatkan kapasitas energi spiritual, pada umumnya seorang ahli beladiri lebih sering mengonsumsi pil sumberdaya daripada permata siluman jika mereka ingin melatih energi spiritual mereka.
Selain memakan pil lebih mudah didapati, pil juga tidak memiliki efek samping saat penyerapannya dibandingkan permata siluman.
"Efek samping? Apa ada efek samping menyerap permata siluman ini?" Bai Liluo terkejut setelah mendengar tersebut.
Ratu mengangguk. "Meski tidak membahayakan nyawa efek samping menyerap permata siluman cukup menganggu karena mereka akan merubah penampilan fisik seseorang seperti adanya tanduk, wajah seperti hewan, tumbuh bagian tubuh yang baru, dan lain sebagainya."
Ekspresi wajah Bai Liluo mendadak menjadi pucat. "Nona Ratu, kenapa anda tidak menjelaskan itu sebelumnya..."
Bai Liluo meraba dahi, wajah, dan tubuhnya, ia khawatir penampilannya sudah berubah.
"Jangan khawatir andai kau menyerap seratus permata siluman sekalipun kau tidak akan mengalami efek samping. Metode penyerapan permata siluman yang aku ajarkan sebelumnya memungkinkanmu tidak mengalami efek samping tersebut."
Bai Liluo menghembuskan nafas lega setelah mendengar penjelasan itu. Ratu lalu menyuruh Bai Liluo mengambil daging dari babi hutan tersebut dan disuruhnya untuk dimasak.
Daging siluman memiliki banyak khasiat jika dikonsumsi dan yang paling utama dagingnya dapat meningkatkan kekuatan fisik seseorang.
Menurut Ratu, Bai Liluo terlalu bergantung pada energi spiritual yang dimilikinya hanya untuk melepaskan satu pukulan saja, padahal jika kekuatan fisiknya sangat kuat ia bahkan tidak perlu membutuhkan energi spiritual untuk membunuh babi hutan tersebut.
Bai Liluo mulai memotong babi hutan itu lalu mengambil bagian daging yang bisa dimakan, dulu Bai Liluo tidak pernah memakan daging dan lebih suka memakan sayuran namun semenjak empat bulan terakhir ini, ia sering mengonsumsi makanan jenis tersebut atas suruhan Ratu.
Bai Liluo membuat api unggun dan mulai memasak, ia mengeluarkan peralatan serta bumbu-bumbu masakan di cincin ruangnya.
Sementara Bai Liluo memasak Ratu seperti biasa memburu tanaman-tanaman yang menurutnya bisa digunakan untuk membuat Pil Embun Merah.
Memasak daging siluman ternyata jauh lebih lama dari daging pada umumnya, setidaknya Bai Liluo membutuhkan lima jam hingga akhirnya matang.
"Daging siluman ini sangat keras sekali Nona Ratu, aku sulit menelannya..." Ucap Bai Liluo saat mengunyah daging tersebut di mulutnya.
"Nikmati saja, cepat atau lambat tubuhmu akan terbiasa memakannya dan di saat fisikmu semakin kuat karena terbiasa memakan daging siluman, kau mungkin akan mudah menelannya."
Bai Liluo menggaruk pipinya, terpaksa ia harus menghabiskan daging siluman yang seukuran genggamannya tersebut sampai mulutnya terasa lelah karena mengunyahnya.
Sesudah memakan daging siluman itu sampai habis, Bai Liluo memadamkan perapian lalu berbalik dan hendak pulang sebelum suara Ratu tiba-tiba menghentikan aksinya.
"Kau mau kemana?"
"Eh, tentu saja pulang, bukankah aku sudah membunuh babi hutan itu?" Bai Liluo merasa kebingungan dengan pertanyaan bodoh Ratu .
"Siapa yang menyuruhmu pulang, kau tidak boleh kembali selama belum mengumpulkan banyak sekali permata siluman."
Bai Liluo terkejut, ia baru sadar latihan sebenarnya yang diberikan gadis itu. "Itu berarti aku harus membunuh banyak sekali babi hutan seperti ini lagi, bagaimana bisa aku menemukannya?"
"Babi hutan bukan satu-satunya siluman disini, ada banyak hewan dengan jenis berbeda telah jadi siluman jadi kau tidak perlu khawatir."
Bai Liluo menggaruk hidungnya, "Berapa banyak permata siluman yang harus aku kumpulkan?"
"Tidak banyak, hanya segini." Ratu menunjukkan sepuluh jarinya.
"Sepuluh, baiklah, ini mungkin tidak akan lama."
"Bukan sepuluh, tapi seratus. Jariku tidak cukup banyak untuk menunjukkannya." Ratu mendengus kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments