Eps. 3 — Ahli Beladiri

"Tidak mungkin, kau benar-benar seorang manusia biasa?!" Gadis bergaun ungu itu terlihat syok.

"Apa ada yang salah?" Bai Liluo menggaruk kepalanya, ia semakin tidak memahami dengan perilaku gadis di depannya, perubahan sikapnya terkadang selalu cepat-cepat berubah.

"Kau tidak akan memahaminya, saat hampir mati aku telah memindahkan api rohku ke dalam tubuhmu. Dalam artian lain, tubuhmu sekarang adalah tubuhku juga..."

Api roh yang dimaksud gadis itu adalah api berwana hijau yang menembus tubuh Bai Liluo tiga tahun yang lalu.

Gadis bergaun ungu itu sebelumnya memeriksa telapak tangan Bai Liluo namun saat menyadari pemuda itu tidak memiliki apa yang dicarinya, sikap gadis itu menjadi seperti ini.

"Seharusnya aku tidak buru-buru memindahkan rohku. Argh... Ini semua membuatku gila!"

Gadis itu terlihat semakin frustasi sementara Bai Liluo yang melihatnya tampak keheranan tetapi dirinya sadar ia telah mengecewakan gadis itu.

"Aku tidak mengerti maksud perkataan anda sebelumnya tetapi jika ada tindakanku yang membuatmu marah aku minta maaf, aku tidak bermaksud menyakitimu..." Bai Liluo meminta maaf dengan penuh penyesalan.

Tindakan Bai Liluo membuat gadis bergaun ungu itu tersadar atas perilakunya.

Gadis itu batuk pelan, "Aku tidak bermaksud menghinamu, aku hanya kesal pada nasib burukku..." Gadis itu menghela nafas pelan. "Sudahlah, semuanya juga terjadi, lagi pula aku tidak punya pilihan waktu itu untuk menyerahkan api rohku pada siapa... jadi untuk pertama-tama siapa namamu?"

"Ah itu, kakek selalu menyebutku dengan nama Bai Liluo."

"Bai Liluo, nama yang cukup bagus... kau lihat ini?" Gadis itu menunjuk mahkota yang melingkar di atas rambutnya. "Seperti yang kau perkirakan aku adalah seorang Ratu."

"Ratu?"

"Ya, tapi bukan dari dunia ini atau ratu dari bangsa manusia, aku adalah Ratu dari para Ras Naga." Gadis itu mengenalkan namanya dengan ekspresi sedikit bangga.

Gadis bergaun ungu itu yakin Bai Liluo akan terkejut atau bahkan terkesima setelah mendengar status besarnya namun satu hal yang ia tidak ketahui, Bai Liluo belum memahami sistem status kekuasaan yang ada di dunia ini.

Ekspresi Bai Liluo yang biasa saja membuat senyuman gadis bergaun ungu itu memudar, gadis itu kemudian meletakan kedua tangan di pinggangnya. "Hei, kenapa kau bersikap biasa saja?"

"Eh, apakah aku harus melakukan sesuatu?"

Perkataan Bai Liluo membuat Gadis bergaun ungu itu hampir terpeleset dari berdirinya. "Yang ada di depanmu sekarang adalah Ratu Ras Naga, di tempatku tinggal ada banyak orang yang ingin bertemu denganku dari berbagai penjuru maupun berbagai ras, kau seharusnya bangga bisa bertemu dengan Ratu ini secara langsung..."

Bai Liluo menggaruk kepalanya dengan canggung, ia tidak mengerti perasaan bangga seperti apa yang gadis itu maksudkan.

***

Beberapa hari berlalu setelah Bai Liluo bertemu dengan gadis bergaun ungu itu, hari-harinya jadi lebih berbeda terutama karena dirinya sekarang memiliki teman untuk diajak bicara.

Bai Liluo sering menyebut gadis itu dengan sebutan 'Nona Ratu' sementara gadis tersebut memanggil dirinya dengan nama lengkapnya.

Bai Liluo sadar Ratu bukan manusia sepertinya terutama ketika malam menjelang, gadis itu bisa menciptakan sebuah gerbang emas dari ruang hampa sebelum memasukinya.

Disudut pandang yang lain, Ratu kini mulai memahami kehidupan Bai Liluo sehari-hari.

Ratu hampir mengumpat ketika menemukan Bai Liluo hidup seorang diri di pegunungan ini sebagai petani dan tukang kebun, kali ini gadis itu mengerti kenapa Bai Liluo tidak terkejut dengan status yang besarnya.

'Anak ini, tidak hanya kebebasannya terbatas tetapi pengetahuannya juga terbatas...' Ratu menggelengkan kepala sambil menghela nafas panjang.

Ratu mengamati bagaimana Bai Liluo setiap harinya menanamkan benih tanaman-tanamannya, di suatu hari terkadang ia mencangkul, di suatu hari ia terkadang menyiram, di suatu hari terkadang ia memanen.

"Apa kehidupanmu seperti ini terus sejak kau kecil?"

Bai Liluo melompat kaget saat Ratu muncul di sampingnya secara tiba-tiba, Ratu baru saja keluar dari gerbang emasnya saat Bai Liluo sedang mencangkul.

"Nona Ratu, bisakah anda tidak mengejutkanku." Zhou Yuan tersenyum canggung sambil mengelus dadanya.

"Kehidupanmu demikian membosankan dan sepi, bagaimana bisa kau hidup menyendiri seperti setelah sekian lama?"

"Tidak juga Nona Ratu, berkebun juga sangat menyenangkan."

"Menurutmu menyenangkan tetapi tidak bagiku." Ratu mendengus pelan. "Apa kau akan menghabiskan waktumu disini sampai tua nanti."

"Eh, itu... Aku tidak tahu." Bai Liluo meletakkan cangkulnya, menyeka keringat.

Ratu menghela nafas pelan, "Terus terang saja, aku ingin kau menjadi seorang ahli beladiri daripada tukang kebun seperti ini. Kau bisa hidup bebas keluar sana, melihat banyak hal, bertemu banyak orang, kehidupanmu juga akan jauh lebih aman."

"Beladiri? Aku tidak yakin membutuhkannya." Bai Liluo menggaruk kepalanya.

Bai Liluo sudah hidup aman disini karena di sekitar ladangnya ada semacam pagar yang memisahkan antara ladang kebun dan hutan rimba yang mengelilinginya, setidaknya Bai Liluo akan aman selama tidak keluar dari pembatas pagar tersebut.

Bai Liluo juga bisa ke kota karena jalur yang dibuat kakeknya, meski harus melewati hutan rimba tetapi jalur yang dibuat kakeknya sangat aman dari ancaman hewan buas sekitarnya.

"Apa kau yakin, kau akan membutuhkan pelatihan beladiri untuk melawan itu?" Ratu menunjuk ke salah satu arah.

Pandangan Bai Liluo mengikuti apa yang ditunjuk Ratu, seketika wajahnya dipenuhi keterkejutan. "Tidak mungkin, bagaimana dia bisa ada disini?"

Bai Liluo menemukan ada babi hutan seukuran sapi dewasa mendekati pagar ladangnya. Bai Liluo jadi teringat keberadaan hewan tersebut setelah melihatnya secara langsung.

Setiap beberapa waktu sekali, di ladang pertaniannya memang kerap sekali di datangi babi hutan itu namun waktu itu, kakeknya yang masih hidup selalu mengusirnya dengan ramuan lengket dan berbau busuk.

Ramuan yang dimaksud didapat kakeknya saat berkunjung ke kota, karena Bai Liluo tidak ke kota selama tiga tahun terakhir sehingga ia tidak mempunyai ramuan bau busuk tersebut.

Dengan mudah babi hutan itu merusak pagar kayu yang dibuat kakeknya dengan sekali serudukan.

Bai Liluo menjadi waspada, ia tidak merasa takut tetapi harus melakukan sesuatu.

"Nona Ratu, sebaiknya anda pergi dari sini sekarang selagi masih sempat, aku akan mengulur waktu." Bai Liluo memegang cangkulnya untuk senjata, meski ia bingung harus menggunakannya seperti apa pada babi hutan tersebut.

"Kau menghawatirkanku saat nyawamu jauh lebih terancam..." Ratu menggelengkan kepalanya pelan, "Kau pria yang cukup pemberani juga ya?"

"Nona Ratu bukan saatnya kau memikirkan itu, cepat cari sembunyi di dalam rumah, ada ruangan bawah tanah yang aku gunakan untuk menyimpan hasil panen. Di sana akan aman."

Ratu tertawa kecil seolah perkataan Bai Liluo adalah hal yang lucu baginya. "Ini baru pertama kalinya ada seseorang menghawatirkanku sepanjang hidupku..." Tawa Ratu berubah menjadi senyuman lalu kemudian menoleh pada babi hutan tersebut, "Tapi kau tidak perlu khawatir karena saat ini ada Ratu Naga disini."

Bai Liluo mengerutkan dahi, tidak bisakah perempuan itu mengerti situasinya sekarang.

Ratu tersenyum tipis sebelum kemudian tubuhnya memancarkan aura kehitaman yang dahsyat, aura hitam itu tampak pekat lagi mencekam, tidak hanya babi hutan itu yang merasa terancam tetapi Bai Liluo juga merasakan hal serupa.

Babi hutan itu langsung berbalik dan berlari terbirit-birit melihat aura hitam Ratu, ia jadi tampak ketakutan.

Ratu tersenyum sebelum menarik auranya kembali, saat itulah ia menemukan sinar tatapan Bai Liluo sudah berubah terhadapnya.

Terpopuler

Comments

Lanjut dan tetap semangat

2024-01-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!