Eps. 13 — Cincin Ruang

"Jadi aku tidak boleh membuangnya, tapi aku juga tidak mau menggunakan ini..." Bai Liluo menggaruk kepalanya.

Setelah mendengar penjelasan Ratu bahwa pedang itu bisa menyerap energi kehidupannya, Bai Liluo jadi tidak merasa nyaman memegang apalagi menggunakannya.

Ratu menghela nafas, "Andai pedang di tanganmu itu diketahui oleh dunia persilatan, mereka akan berbondong-bondong merebutnya darimu, kau sadar seberapa berharganya pedang itu..."

Bai Liluo terkejut, membuka tutup mulutnya namun tidak ada kata-kata yang keluar, ia lalu memandang Pedang Pembelah Langit di tangannya dengan perasaan takjub. "Jadi pedang ini sungguh sangat-sangat bernilai..."

Ratu menggelengkan kepala, terkadang menurutnya laki-laki di depannya itu memang terlalu polos.

Bai Liluo lalu mengambil item selanjutnya yaitu sebuah kotak kayu yang berukuran kecil, Bai Liluo merasa ragu membukanya karena sejauh ini benda tertutup yang diberikan kakeknya selalu tidak bisa ia buka.

Bai Liluo tidak berharap banyak, ia hanya sedikit mengeluarkan tenaganya untuk membuka kotak kayu tersebut dan ternyata hal tersebut berhasil.

"Eh, kenapa kotak kayunya bisa dibuka?" Bai Liluo sampai terkejut.

Di dalam kotak kayu berukuran kecil itu terdapat sebuah cincin kehijauan yang tersimpan, Bai Liluo merasa takjub karena keindahan cincin tersebut sementara Ratu memiliki reaksi berbeda.

"Cincin ruang?!" Ratu refleks menyebutkan namanya.

"Nona Ratu, apa kau tahu tentang cincin ini?" Bai Liluo menoleh.

"Di duniaku, cincin seperti ini adalah hal yang umum dimiliki oleh semua ahli beladiri tetapi aku pertama kali melihat Cincin Ruang berwarna kehijauan seperti ini..."

Memang selain warnanya yang kehijauan, di cincin tersebut ada ukiran bertuliskan huruf-huruf kuno.

Ratu menjelaskan Cincin Ruang yang ia maksud pada Bai Liluo, sebuah cincin yang bisa menyimpan benda apapun di dalamnya tanpa memandang bentuk maupun ukuran.

Jelas saja Bai Liluo terkejut serta merasa tidak percaya, bagi logikanya hal itu sangat mustahil, itu seperti membungkus gentong berukuran besar ke dalam kantong kulit berukuran kecil.

Merasa Bai Liluo tidak percaya Ratu kemudian menyuruh pemuda itu mengenakan cincin tersebut lalu mengalirkan energi spiritual ke cincinnya sebelum kemudian memegang Pedang Pembelah Langit.

Pedang Pembelah Langit yang disentuh tiba-tiba menghilang di tangan Bai Liluo dan laki-laki itu bisa merasakan pedangnya tersimpan ke dalam cincinnya.

"Mustahil! Bagaimana mungkin?!" Bai Liluo sampai mundur dua langkah karena saking terkejutnya.

"Kau bisa menyimpan benda apapun ke dalamnya selama yang kau mau, untuk mengeluarkannya kau tinggal membayangkan benda tersebut."

Mengikuti instruksi Ratu, Bai Liluo membayangkan Pedang Pembelah Langit lalu kemudian pedang itu muncul kembali di tangannya.

"Ini benar-benar keren Nona Ratu!" Bai Liluo merasa bersemangat.

Bai Liluo mencoba menyimpan benda-benda lain yang ada di sekitarnya dan itu berhasil, seperti yang dikatakan Ratu, tanpa peduli ukuran dan bentuk Cincin Ruang bisa menyimpan apapun ke dalamnya.

Ratu mengatakan bahwa Bai Liluo juga tidak perlu menyentuh benda untuk menyimpannya ke dalam Cincin Ruang, hanya dengan mendekatkan cincinnya saja pemuda itu bisa menghisapnya.

"Kalau begini, aku bisa menyimpan hasil panenku disini bukan?" Bai Liluo mengelus cincinnya.

"Itu terserahmu, aku tidak peduli." Ratu memutar matanya. "Daripada itu aku sebenarnya memikirkan hal lain, aku belum melihat jenis Cincin Ruang yang seperti ini."

"Nona Ratu tidak mengetahuinya?"

"Cincin Ruang yang aku kenal berwarna perunggu, perak, emas, dan ametis. Umumnya meski menyimpan benda apapun ke dalamnya Cincin Ruang tetap memiliki batas penuhnya..."

Dari penjelasan Ratu diketahui bahwa Cincin Ruang memiliki berbagai jenis, dari keempat jenis tersebut Cincin Ruang perunggu memiliki ruang paling kecil di antara jenis yang lain sementara berjenis ametis mempunyai ruang yang paling besar.

Ratu dulu mempunyai Cincin Ruang berjenis ametis semasa hidupnya, namun yang membuatnya heran ia belum menemukan Cincin Ruang berwarna kehijauan seperti di tangan Bai Liluo.

Hal ini membuat Ratu semakin yakin bahwa Kakek Bai Liluo bukanlah orang biasa meski ia tidak mengatakannya secara langsung pada lelaki tersebut.

'Semua benda dari kakeknya hampir tidak ada yang biasa... Mungkinkah kakek Bai Liluo ini seorang pendekar tingkat tinggi, atau jangan-jangan dia sudah menjadi kultivator?' Ratu memikirkan segala kemungkinan.

Saat Ratu sibuk dengan pemikirannya, Bai Liluo mengambil item terakhir dari peti tersebut yaitu sebuah kitab.

Menurut surat dari kakeknya, Kitab tersebut ia dapatkan dari seseorang yang pernah diselamatkan olehnya.

Dalam sampul kitab tersebut tertulis nama 'Teknik Pedang Malam.' Bai Liluo membaca beberapa halaman awal sebelum ia mengerti bahwa buku tersebut menjelaskan tentang teknik berpedang.

"Kurasa itu sangat cocok untukmu..."

"Apa menurut Nona Ratu aku sebaiknya belajar pedang?" Tanya Bai Liluo.

"Jika kakekmu meninggalkan kitab itu artinya dia memang ingin kau belajar pedang, lagi pula kalau kau tidak mempelajarinya, pedang yang diberikan sebelumnya akan jadi tidak berguna bukan?"

Bai Liluo mengangguk, perkataan Ratu masuk akal. Dia tidak menduga bahwa kakeknya sudah mempersiapkan semua ini untuk dirinya.

Selama ini meski sering berlatih, Bai Liluo belum mempelajari teknik beladiri apapun karena Ratu memang ingin Bai Liluo menguasai pengendalian energi spiritual terlebih dahulu sebelum ke teknik beladiri.

Bai Liluo membaca kitab itu, selain huruf dan penjelasan, kitab yang sama juga mempunyai gambar yang membuat orang awam seperti Bai Liluo bisa lebih memahami seni berpedang yang sebenarnya.

"Teknik Pedang Malam memiliki nama lain yang disebut Teknik Pedang Hitam, titik pusat teknik pedang ini berfokus pada gerakan ayunan pedang yang lembut..." Gumam Bai Liluo mulai membaca kitab tersebut.

Setidaknya Bai Liluo membutuhkan waktu tujuh jam hingga menghantamkan keseluruhan isi kitab itu dan mencatat semuanya dalam kepalanya.

Bai Liluo keluar dari gubuk untuk mulai latihan praktek, kali ini ia sudah lebih memahami Teknik Pedang Malam, Bai Liluo hendak menarik Pedang Pembelah Langit dari sarungnya namun Ratu tiba-tiba mencegahnya.

"Tunggu dulu, apa kau tidak punya pedang yang lain untuk berlatih?"

Menanggapi hal itu Bai Liluo secara polos menggelengkan kepalanya.

Ratu menepuk jidatnya lalu menghela nafas panjang, ia lupa bahwa pemuda itu hanya seorang tukang kebun yang tidak mungkin memiliki pedang, Ratu memang menyuruh agar Bai Liluo menyimpan Pedang Pembelah Langit tetapi menggunakan sebagai latihan bisa dibilang tindakan yang sangat berlebihan.

"Pedang Pembelah Langit sangat berbahaya untuk dipakai seseorang, kau hanya boleh menggunakannya jika dalam keadaan darurat saja." Ratu menjelaskan sekaligus memperingati dengan nada serius. "Selain itu aku juga khawatir jika kau memakainya, kau akan terpengaruhi energi jahat di pedang tersebut."

Bai Liluo menelan ludah, perkataan gadis itu semakin menjelaskan begitu berbahaya pedang yang ada di tangannya.

"Lalu bagaimana aku belajar pedang jika aku tidak boleh menggunakan pedang ini?" Bai Liluo menggaruk pipinya.

Ratu menghela nafas kembali sambil memijat kepalanya, ia kemudian menyarankan agar Bai Liluo mengikat Pedang Pembelah Langit dengan sarungnya menggunakan tali agar mata pedangnya tidak tercabut.

Sarung pedang dari Pedang Pembelah Langit memiliki kegunaan khusus yaitu untuk membatasi energi jahat dari pedang itu agar tidak keluar, dengan demikian Bai Liluo bisa menggunakannya secara laluasa.

Terpopuler

Comments

Tetap semangat tor

2024-01-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!