Empat bulan berlalu setelah mendapatkan kitab Teknik Pedang Malam, Bai Liluo memfokuskan seluruh latihannya mempelajari teknik berpedang tersebut.
Teknik Pedang Malam memiliki lima belas gerakan yang bervariasi di dalamnya, Bai Liluo yang telah menghafalnya dalam sekali lihat mulai mempraktekannya satu persatu.
Kali ini Ratu membiarkan pria itu untuk belajar dengan sendiri, Ratu bukanlah seorang ahli pedang saat dia masih hidup sehingga pengetahuannya soal pedang amat terbatas.
"Anak ini... Dia bisa mempelajari apapun apa yang dilihatnya..."
Ratu menelan ludah, gadis itu tertegun melihat kemampuan berpedang Bai Liluo yang berkembang dengan pesat setiap waktunya.
Bai Liluo sedang berlatih di halaman gubuknya menggunakan Pedang Pembelah Langit yang masih tersarung, Ratu yang menyaksikan dari jauh sampai dibuat terpana karena gerakan pedang pria tersebut.
Menurut Ratu, Bai Liluo terlalu cepat untuk belajar sesuatu, beberapa bulan yang lalu ia tidak lebih dari seseorang pemula yang baru memegang pedang tetapi sekarang, Ratu melihat Bai Liluo seperti seseorang yang berpengalaman belasan tahun dengan pedangnya.
Ayunan pedang Bai Liluo sangat halus hingga tidak menimbulkan suara dalam setiap gerakannya, seolah tubuh pria itu tidak bergesekan dengan udara disekitarnya.
Bai Liluo berhenti mengayunkan pedangnya saat melihat Ratu yang menyaksikannya di udara, tubuh gadis itu perlahan turun hingga akhirnya mendarat di depannya.
"Nona Ratu, anda sudah kembali?"
Bai Liluo memamerkan senyum semangatnya, tubuhnya tampak berkeringat karena habis berlatih.
"Aku sudah mengumpulkan bahan-bahan untuk membuat Pil Embun Merah dan kini tinggal membuatnya." Ratu memperlihatkan bahan-bahan itu pada Bai Liluo dari kotak keranjangnya. "Sebaiknya kau harus bersiap-siap untuk mengonsumsinya nanti."
Bai Liluo mengangguk, ia kemudian pergi ke sungai untuk membersihkan tubuhnya yang basah oleh keringat. Bai Liluo kemudian kembali dan mendapati Ratu sedang sibuk membuat pil di atas tungku yang ia beli beberapa bulan lalu di pasar kota.
Bai Liluo duduk di dekat perapian itu, wajahnya kali ini jadi lebih segar.
"Kupikir sudah terjadi sesuatu pada Nona Ratu setelah pergi seminggu, syukurlah kalau Nona Ratu baik-baik saja." Bai Liluo memulai percakapan.
"Kau mengkhawatirkan Ratu yang hebat ini..." Ratu mendengus kecil. "Seharusnya aku yang lebih memperhatikan keselamatanmu."
Selama Bai Liluo memfokuskan belajar pedang, Ratu selalu pergi ke sekitar hutan untuk mencari bahan-bahan membuat Pil Embun Merah. Masalahnya gadis itu akan pergi selama berhari-hari jadi tidak heran Bai Liluo mengkhawatirkan keselamatan gadis itu.
"Nona Ratu, ada satu hal yang ingin kutanyakan, jika Nona Ratu bisa bergerak bebas sekarang kenapa Nona Ratu tidak langsung pulang?"
"Jika aku bisa melakukannya sudah sejak lama aku pergi, intinya aku tak bisa jauh-jauh darimu setidaknya lebih dari lima ratus meter."
Mulut Bai Liluo membentuk huruf 'O' lalu mengangguk-anggukkan kepalanya, beberapa saat kemudian pil yang dibuat Ratu telah selesai, gadis itu membuka tutup tungkunya lalu terlihat ada satu pil di sana.
Pembuatan pil menggunakan tungku dan periuk sangat jauh berbeda, memakai tungku membuat prosesnya bisa berlangsung lebih cepat.
Ratu kemudian menyerahkan Pil Embun Merah pada Bai Liluo yang segera dikonsumsi olehnya. Bai Liluo mengambil posisi duduk bersila sebelum menyerap khasiat pil tersebut.
Beberapa jam kemudian tubuh Bai Liluo diselimuti oleh petir yang menunjukkan pria itu telah menerobos.
"Pil ini sangat luar biasa, hanya mengonsumsi satunya saja aku langsung naik tingkatan lagi..." Bai Liluo berdecak kagum.
Selama empat bulan tersebut Bai Liluo telah menerobos hingga ke Alam Spirit Tahap 4, ia mengonsumsi Pil Embun Merah yang dibuat Ratu, setidaknya ia akan diberi satu pil selama dua bulan sekali oleh gadis itu.
Saat Ratu memberikan Pil Embun Merah, maka dirinya akan langsung menerobos. Bai Liluo semakin senang karena merasakan kekuatannya meningkat kembali, kali ini ia telah berada di tingkatan Alam Spirit Tahap 5.
"Nona Ratu, bukankah anda sebaiknya membuat pil ini lebih banyak, aku bisa terus meningkatkan kekuatanku bukan?" Bai Liluo merasa antusias.
"Meningkatkan tingkatan beladirimu adalah hal yang mudah bagiku tetapi sebaiknya kau harus memantapkan kemampuanmu terlebih dahulu."
"Eh, kenapa begitu, bukankah lebih baik aku meningkatkan kekuatanku lebih dulu sebelum memulai belajar teknik beladiri?"
Ratu menghela nafas pelan. "Memiliki kekuatan yang besar tanpa bisa mengendalikannya justru akan berakibat buruk padamu, sebaiknya kau menaikan kekuatan saat kemampuan sudah cukup..."
Saat itu Bai Liluo lupa bahwa pada umumnya, seorang ahli beladiri membutuhkan pemahaman beladiri untuk menerobos bukan seperti dirinya yang hanya menggunakan pil sumberdaya.
Pemahaman beladiri di dapat dari pertarungan, pengalaman, serta perjalanan seorang ahli beladiri dalam mengarungi dunia persilatan. Pemahaman beladiri bisa didapatkan seseorang dengan waktu lebih cepat atau bahkan sebaliknya.
"Kemampuanmu sekarang sudah cukup kuat untuk masuk ke pedalaman hutan ini, besok kau harus mulai berlatih di sana." Ujar Ratu memerhatikan kekuatan Bai Liluo.
"Nona Ratu, anda tidak berpikir aku harus bertarung dengan babi hutan itu lagi bukan."
"Babi hutan?" Menanggapi hal tersebut gadis itu justru tertawa kecil, "Ah, hewan itu, sebenarnya aku memang berencana untuk mempertemukan kalian kembali."
Bai Liluo tersenyum kecut mendengarnya.
"Hei, kau hanya berlatih sendiri di sini, kemampuanmu tidak akan pernah matang tanpa merasakan suasana bertarung yang sesungguhnya..." Ratu menunjuk tubuh Bai Liluo. "Lagi pula dulu kau sudah mengalahkannya, melawannya sekarang dia justru bukan lagi tandinganmu."
Bai Liluo menggaruk kepala, sebenarnya meski ia merasa sudah bertambah kuat Bai Liluo tidak mengetahui ukuran sekuat apa dirinya di dunia persilatan.
"Misi kali ini kau tidak boleh membiarkan babi hutan itu kabur, jika tidak bisa menangkapnya kau harus membunuhnya." Ratu ternyata belum selesai dengan perkataannya
"Nona Ratu, anda becanda bukan?"
"Sayangnya aku berbicara serius sekarang." Ratu tersenyum penuh arti.
***
Keesokan harinya Bai Liluo berangkat ke hutan sesuai yang diperintahkan Ratu, gadis itu memilih berdiam di alam dantian dan ingin melihat kemampuan Bai Liluo saat ini.
Bai Liluo pergi ke hutan melompati dahan-dahan pohon, pria itu mengerutkan dahi saat baru menyadari sesuatu.
"Seingatku aku tidak secepat ini saat bergerak?" Bai Liluo melirik ke arah kakinya.
"Itu karena kau telah melakukan penerobosan kemarin, ketika seorang ahli beladiri menaikan tingkatan beladirinya, tidak hanya kekuatanmu yang bertambah tetapi fisik, daya energi spiritual, dan lima indra di tubuhmu juga ikut meningkat." Jelas Ratu dari dalam.
Bai Liluo terdiam, setelah menerobos beberapa kali ia baru menyadari tentang fakta tersebut.
Bai Liluo terus melanjutkan langkahnya, menurut Ratu babi hutan yang dulu pernah dikalahkannya tidak jauh dari ladang kebunnya berada. Benar saja, tidak menunggu waktu lama hingga Bai Liluo bertemu dengan babi hutan tersebut.
"Apa perasaanku atau tubuh babi hutan itu tambah semakin besar?"
"Bukan perasaanmu tetapi memang kenyataan demikian, saat dia sudah menjadi siluman, pertumbuhan fisiknya akan berlangsung di luar kapasitasnya."
"Siluman?" Bai Liluo menelan ludah.
Bai Liluo pernah mendengar kata siluman dari Ratu, menurut gadis itu, siluman adalah evolusi dari hewan biasa yang tidak sengaja menyerap esensi alam disekitarnya ke dalam tubuhnya dengan selang waktu yang lama.
Yang membuat Bai Liluo terkejut adalah karena ia baru menyadari babi hutan yang selama ini mengganggu kebunnya ternyata merupakan siluman.
Ketidaktahuan Bai Liluo sebenarnya bisa dimaklumi, sederhana saja karena Bai Liluo belum pernah melihat ukuran babi hutan yang normal sehingga siluman babi hutan yang berukuran gajah dewasa itu ia anggap sebagai ukuran yang biasa menurutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Mcnya terlalu polos tapi mengasikan
2024-01-18
0