"Apa itu berarti aku bisa menampung energi spiritual lebih banyak dan tidak akan kehabisan seperti tadi?" Tanya Bai Liluo.
"Benar, tapi kau harus ingat bahwa dalam pertarungan, banyak atau besarnya energi spiritual bukan faktor penentu kemenangan. Dalam dunia persilatan, teknik, pengalaman bertarung, serta senjata, juga sangat dibutuhkan bagi seorang ahli beladiri."
Bai Liluo mengangguk-angguk. "Nona Ratu, sepertinya anda sangat berpengalaman dengan dunia persilatan yang anda maksud?"
"Hmph! Tentu saja, wanita di depanmu ini tidak hanya cantik tetapi dia juga adalah seorang ahli beladiri terkuat yang ada di alam semesta ini." Ratu mendengus sambil tersenyum penuh kebanggaan.
Bai Liluo tertawa kecil, gadis itu sepertinya sudah melupakan sesuatu. "Nona Ratu, jika anda sangat kuat lalu kenapa tiga tahun lalu anda hampir mati?"
Pertanyaan yang dilontarkan dengan wajah polos itu membuat senyuman Ratu menghilang diganti dengan mata yang melotot pada Bai Liluo.
Bai Liluo menahan tawanya. "Maaf Nona Ratu, aku hanya ingin sedikit becanda denganmu."
Ratu mendengus pelan. "Kalau kau berada di istanaku, kepalamu sudah terpenggal sekarang. Dasar tidak sopan!"
Kali ini tawa Bai Liluo yang ikut menghilang bersamaan dengan wajahnya yang memucat, "Apakah di dunia Nona Ratu becanda adalah kejahatan? Aku sering becanda dengan kakekku dulu."
"Bukan seperti itu tapi... Ahh sudahlah, aku malas menceritakannya, hari ini aku terlalu banyak berbicara kepadamu." Ratu menggerutu.
Kehidupan Bai Liluo yang berada di pegunungan memang membuat pengetahuannya demikian amat terbatas, meski Bai Liluo sudah pernah ke pemukiman manusia saat kakeknya masih hidup, ia masih terlalu minim mengetahui dunia luar sesungguhnya.
Ratu tidak melanjutkan pelatihannya karena dirasa hari sudah gelap, Bai Liluo kemudian pergi membuat masakan, perutnya sudah mulai keroncongan.
"Aku dengar ras manusia seperti kalian bisa mengolah makanan yang disebut 'memasak', mengetahui dan melihatnya secara langsung demikian berbeda." Ratu melihat sup jagung yang dibuat Bai Liluo.
"Apa Nona Ratu tidak pernah memasak?" Bai Liluo bertanya, ia sedang mengaduk sup itu di atas periuknya.
"Kami Bangsa Naga hanya makan sekali dalam seratus tahun, kami tidak memilih dan memilah makanan, selama itu mengenyangkan perut maka kami akan memakannya." Ratu menguap lebar. "Sudahlah, aku lelah hari ini, berduaan denganmu membuatku terus berbicara."
Ratu kemudian mengayunkan tangannya di udara, sebuah gerbang emas tak lama kemudian tercipta dari ruang hampa. Ratu melangkah memasuki gerbang tersebut, pintunya perlahan menutup usai dirinya masuk lalu bingkai gerbang itu menghilang jadi butiran cahaya.
Bai Liluo memperhatikan semua itu, terkadang ia penasaran dengan tempat tinggal Ratu yang dirasanya terlalu aneh.
Gerbang emas Ratu tidak lebih seperti jalan menuju rumahnya, hanya saja Bai Liluo tidak melihat ada sebuah ruangan di dalam gerbang tersebut.
Bai Liluo tidak memikirkan itu lebih jauh karena sup jagungnya telah matang, ia lebih memilih menyibukkan dirinya mengisi perutnya yang kosong.
***
Beberapa minggu berlalu Bai Liluo menghabiskan waktunya dengan berlatih, pengendalian energi spiritualnya sudah semakin meningkat seiring berjalannya waktu.
Ratu hanya bisa tersenyum tipis melihat perkembangan anak muda itu, setiap kali latihan Bai Liluo selalu mengejutkannya berkat bakatnya yang di luar nalar.
Menurut Ratu pencapaian yang dilakukan Bai Liluo seharusnya membutuhkan waktu bertahun-tahun oleh orang biasa namun Bai Liluo bisa mempelajarinya hanya dengan beberapa minggu terakhir ini.
"Nona Ratu, kita akan pergi ke mana?"
Suatu pagi Ratu tiba-tiba menyuruh Bai Liluo pergi ke luar pagar yang membatasi kediaman kebunnya dengan hutan. Aksi Ratu jelas mengejutkan Bai Liluo karena menyadari begitu berbahayanya hutan yang ada di sekeliling kebunnya.
"Kali ini kau tidak perlu belajar pengendalian energi spiritual terlebih dahulu, ada hal yang ingin aku lakukan kepadamu."
"Apa itu ada hubungannya dengan kita ke hutan?"
Ratu mengangguk sebelum kemudian tubuhnya mulai melayang di udara, Bai Liluo tersenyum tipis melihatnya, ia hanya bisa berlari mengikuti kemana Ratu terbang.
Saat pertama kali melihatnya, Bai Liluo memang terkejut mengetahui Ratu bisa terbang seperti burung.
Awalnya Bai Liluo meminta diajarkan terbang seperti itu tetapi perkataan Ratu selanjutnya membuatnya mengurungkan niat tersebut.
"Di puncak kekuatanku dulu, aku telah menaklukkan salah satu hukum dunia yang membuatku bisa terbang. Kau tidak bisa hanya sebatas mempelajarinya, kau harus menjadi lebih kuat."
Ratu mengatakan bahwa selama Bai Liluo terus berlatih, terbang bukanlah hal yang mustahil baginya.
Bai Liluo mulai meloncat di antara dahan-dahan pohon, dengan mengalirkan energi spiritual pada telapak kakinya, lompatannya meningkat beberapa kali lipat jadi lebih tinggi.
"Nona Ratu, kata kakek kita tidak boleh ke tengah hutan lebih dalam, ada mahluk buas yang bisa membahayakan kita." Bai Liluo memperingatkan.
"Tenang saja, aku hanya sedang mencari sesuatu... Ah, itu dia!" Ratu menunjuk salah satu arah.
Bai Liluo mengerutkan dahi, karena Ratu yang berada di udara membuat pandangnya menjadi luas sehingga Bai Liluo tidak mengetahui apa yang gadis itu tunjuk.
Bai Liluo meloncat lebih tinggi hingga akhirnya sampai di dahan pohon yang paling tinggi di hutan itu. Ekspresi Bai Liluo berubah ketika melihat apa yang ditunjuk Ratu.
Tepat di bawah sana, ada seekor babi hutan yang dulu sempat masuk ke ladang pertanian Bai Liluo, babi hutan tersebut kini sedang memakan dedaunan di sekitarnya.
Ratu kemudian melayang mendekat. "Cepat atau lambat babi hutan itu akan kembali ke ladang perkebunanmu, kau harus mengusirnya atau lebih bagus membunuhnya."
"Nona Ratu, anda tidak berpikir..."
"Benar, kau harus bertarung dengan babi hutan itu, anggap saja ini sebagai latihan."
"Nona Ratu aku bahkan tidak memiliki pengalaman bertarung, apalagi anda juga belum mengajarkanku teknik beladiri..." Bai Liluo tersenyum kecut.
Bai Liluo bukannya takut pada babi hutan itu melainkan ia memperhitungkan segala kemungkinan jika bertarung dengan babi hutan tersebut.
"Tenang saja, menurut perkiraanku kau pasti akan menang melawannya, kalaupun kau kalah babi hutan itu tidak bisa berbuat banyak kepadamu." Ratu menjentikkan jarinya, dahan yang Bai Liluo pijak tiba-tiba patah dan jatuh ke bawah.
Bai Liluo belum siap tetapi ia segera meraih keseimbangannya ketika menginjak ke tanah, Bai Liluo ingin melayangkan protes pada Ratu yang kali ini tertawa cekikikan namun sebelum ia melakukannya, babi hutan sebelumnya sudah menyadari keberadaannya.
Babi hutan itu melirik Bai Liluo, dalam sekejap matanya mulai memerah, menatap Bai Liluo dengan buas.
Tanpa menunggu sedetikpun babi hutan itu langsung menerjang ke arah Bai Liluo dengan gading teracung ke arahnya.
Bai Liluo menghindari serudukan itu ketika jaraknya dengan babi hutan itu sudah dekat, alhasil babi hutan itu meleset dan serudukannya mengenai pohon yang ada di belakangnya.
Boom!
Serudukan babi hutan itu membuat pohon yang ditabraknya miring bahkan hampir terlepas dari tanahnya.
Babi hutan itu mendengus melihat Bai Liluo menghindar dan itu semakin membuatnya marah, babi hutan itu kembali menyeruduk Bai Liluo kali ini lebih beringas.
Menanggapi kemarahan babi hutan tersebut Bai Liluo hanya tersenyum canggung sambil terus menghindar, ia memfokuskan energi spiritual dimilikinya ke kedua kakinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Kasihan Bai.... tdk bisa beladiri sekarang melawan Babi hutan
2024-01-18
0