"Iya Her...! Abi dan juga Ummi kamu mengharap kepulanganmu..!" Sambung Abi-nya lagi.
"Saya akan pulang Bi..!"
"Ya sudah ya Biii..! Saya mau lihat Dwi dulu..!"
"Oke Her,dan hati-hati disana..!"
"Baik Abi..!"
Lalu mas Hery mematikan Hpnya,dan terus masuk kerumah Istrinya.
Dwi yang sudah melihat Suaminya masuk,ia tersenyum bahagia. Namun Mass Hery hanya tersenyum tipis kepada Istrinya,seraya mendekati dan mengecup keningnya.
Dwi langsung meraih tangan Suaminya dan mencium punggungnya,Mas Hery terus mengelus rambut Istrinya dan sesekali mencium pipi Istrinya dengan bergantian. Seakan mengungkapkan rasa kesedihannya dan penyesalannya.
Setelah lama mengelus dan mencium Istrinya,Mas Hery menghembuskan nafas panjang seraya menyandarkan badannya kedinding rumahnya.
Dwi yang melihat suaminya seperti orang gelisah,ia mencoba untuk menelisik dan beratanya...
"Kenapa Mas?"
"Tidak ada apa-apa dek....!"
"Mas jangan bohong sama Adek...!"
"Siapa barusan yang bicara sama Mas...?"
"Ooooh...! Itu Abi Dek...!"
"Beliau menyuruh Mas untuk pulang Dek...!"
"Apaaaaaaa..?"
"Iya Dek...! Beliau menyuruh Mas pulang,karena Ummi Mas sakit...! Dan sakitnya karena telah mendengar tentang pernikahan kita...!" Mas Hery mencoba untuk menjelaskan kepada Dwi yang sedang berbaring.
Dwi yang mendengar itu langsung membalikkan badannya membelakangi suaminya,karena tidak tahan menahan rasa sedihnya. Dwi terus meneteskan air matanya,tampa suara tangis yang keluar dari mulutnya.
Mas Hery yang melihat Dwi membalikkan badannya,ia langsung merangkul badan dan menelentangkannya. Dwi langsung memeluk Suaminya dengan erat sambil menangis tersedu sedu,seraya meminta maaf kepada suaminya. Mas Hery yang merasa sesak dengan pelukan Istrinya,ia terus memperbaiki duduknya sambil mengelus rambut Istrinya untuk menenangkan pikirannya. Dan tampa terasa,air mata Mas Hery pun menetes karena terbawa oleh suasana sedih.
Mereka terus berpelukan selama yang mereka mau sekedar menumpahkan segala kesedihannya,dan setelah sama-sama merasa tenang dan nyaman. Mereka terus melepas pelukannya,dan sama-sama berbaring terlentang menatap langit-langit rumahnya.
"Apakah Mas Hery akan pulang?" Tanya Dwi selepas ia meluapkan kesedihannya,seraya menempelkan kepalanya keleher Mas Hery sambil memeluknya.
"Iya Dek...! Mas akan pulang,tapi percayalah bahwa kepulangan Mas hanya untuk kembali kepada Adek..!" Sahut Mas Hery sambil mengecup kening istrinya,seraya membalikkan badannya untuk memeluk istrinya.
"Tidak usah bicara seperti itu Mas..! Adek sudah siap kok kalau akhirnya Adek diceraikan oleh Mas...! Karena selain Adek sudah merebut Suami orang,Adek juga sudah membuat Ibu Adek sakit dikampung..!" Mas Hery yang mendengar itu, langsung terbelalak matanya seraya menjawab,
"Apaaaa...?"
"Iya mas...! Ibu Adek juga sakit dirumah,beliau pingsan waktu mendengar dari tetangga kalau Adek menikah dengan Suami orang.."
"Walaupun kenyataannya,Adek sudah nyaman hidup bersama Mas...! Tapi Adek tidak bisa berharap lebih dari Mas Hery,karena Mas juga punya Hak untuk memilih...! Di tambah lagi dengan Mas yang sudah mempunyai anak,adi Adek akan Ikhlas kalau seandanya Mas menceraikan Adek..!" Tambah Dwi lagi dengan suara yang parau karena bersedih,dan habis menangis.
Dwi mencoba untuk bertenang,walau dalam hatinya kecilnya begitu perih dan sakit. Seraya bergumam dalam hatinya, "Aku harus kuat" monolog menguatkan dirinya.
"Dek...! Mas juga sudah merasa nyaman bersama Adek,bahkan kalau Mas harus memilih...! Maka Mas akan memilih Adek untuk dijadikan pendamping hidup Mas sampai akhir hayat Mas,maka percayalah bahwa Mas pulang demi orang Tua Mas dan akan kembali untukmu Dek..!" Sahut mas Hery seraya memeluk istrinya,Dwi langsung diam dalam pelukan hangat suaminya. Ia merasa nyaman dan terharu dengan perkataan suaminya,hingga tidak terasa air matanya pun menetes membasahi pipinya.
Mas Hery yang menyadari akan tangisan Istrinya,ia terus mendongakkan kepala Istrinya itu dan terus mengecup keningnya. Seraya berkata,
"Adek jangan menangis lagi yaaa...! Mas sayang sama Adek,dan sampai kapanpun akan tetap seperti itu..!"
"Iya mas...! Adek percaya,karena Adek juga sayang sama Mas...!" Sahut Dwi datar sambil melepaskan pelukannya,Mas Hery yang melihat Istrinya sudah tenang,ia pun ikut tenang dan berbisik kepada Istrinya, "Yuk kita bikin anak dulu". Dwi yang mendengar bisikan Suami di telinganya,ia langsung melototi seraya tersenyum mengangguk menyetujui kemauan Suaminya.
Setelah Ritual itu selesai,mereka pun sama-sama pergi kekamar mandi untuk mensucikan badannya. Selepas itu mereka keluar untuk mencari makanan di luar,karena Dwi tidak masak hari ini.
Dirumah Bapak Ilham.
Bapak Ilham menghampiri Istrinya yang masih berbaring setelah ia bicara dengan Mas Hery,Bapak Ilham menceritakan kepada Istrinya tentang percakapannya dengan Mas Hery. Ibu Aisyah yang mendengar penuturan Suaminya itu tersenyum sumringah karena bahagia walau dalam keadaan pucat pasai,namun terpancar kebahagiaan di wajahnya.
Bapak Ilham yang melihat Istrinya tersenyum,ia pun ikut bahagia dan iapun pamit kepada Istrinya untuk melakukan Aktivitas lainnya. Ibu Aisyah hanya membalas pamitan Suaminya itu dengan anggukan kepalanya tanda menyetujui. Ia tersenyum sendiri,saat melihat Suaminya melangkahkan kakinya yang begitu memahami dengan apa yang dipikirkan dirinya.
Sedangkan dirumah Bapak Adam,
Bapak Adam terus mengharap Mas Hery untuk pulang,karena ia sudah tidak tahan lagi dengan segala beban yang ia tanggung. Ia merasa aib kerana Anak Bungsunya dimadu,dan di tambah lagi dengan Ibu Aira yang agak cerewet yang selalu memaksa dan meminta untuk secepatnya menyelesaikan masalah Yati dengan Mas Hery.
Yati sendiri,harus mengikuti kehendak orang tuanya untuk minta cerai kepada Mas Hery. Walau kenyataannya,dia sendiri masih mencintai Mas Hery dan tidak mau berpisah dengannya. Dan ditambah lagi dengan adanya Anak diantara mereka berdua.
Hati Yati begitu sakit,apabila orang tuanya selalu mendesak agar secepatnya minta cerai kepada Mas Hery. Yati selalu menangis dalam kamarnya sendirian,bahkan terkadang dia berniat untuk menyusul suaminya ke Negri Jiran demi memastikan apakah Suaminya itu betul-betul sudah beristri lagi. Tapi apalah daya,Anak yang ia punya masih terlalu kecil untuk di tinggalkan.
Yati hanya bisa pasrah dengan keputusan orang tuanya nanti kalau Mas Hery sudah pulang,karena ia merasa tidak ada pilihan lain selain mengikuti pilihan orang tuanya.
Mas Hery sendiri kini sudah bersiap-siap untuk pulang setelah lima hari memproses Paspornya untuk di bawa pulang,Mas Hery meminta izin cuti dua minggu kepada Bosnya.
Mas Hery yang sudah berada di rumah Istrinya, hanya menunggu Taxi datang untuk mengantar ke KLIA. Sedangkan Dwi yang sebentar lagi akan di tinggalkan untuk beberapa hari oleh Suami tercintanya,ia merasa bersedih dan sangat kehilangan.
"Mas pulang Dek...!" Kata Mas Hery setelah melihat Taxi-nya sudah terparkir di halaman rumahnya.
"Iya Mas...! Hati-hati disana...!" Sahut Dwi seraya meraih tangan suaminya untuk mecium.
"Iya Dek...! Adek juga hati-hati dalam bekerja Dek, dan jaga kesehatan Adek". Kata Mas Hery selepas mengecup kening Istrinya,lalu melangkahkan kakinya menaiki Taxi.
"Insya Allah Mas...! Mas pun begitu ya disana,jagan kesehatan dan hati Mas untuk Adek..!" Sahut Dwi megikuti langkah Suaminya dari belakang,mas Hery yang mendengar kata Istrinya seperti itu,ia tersenyum manis sambil membuka pintu mobil Taxi.
Dwi mematung sesaat,memerhatikan lambaian tangan Suaminya saat Taxi sedang berjalan. Ia terus mematung hingga mobil Taxi itu lenyap dari pandangannya,dan tidak terasa air mata kesedihannya pun tumpah membasahi pipinya.
Mas Hery diam dalam perjalanan,hanya sesekali menoleh kekanan dan kekiri melihat pemandangan sekedar menghilangkan rasa sedihnya karena meninggalkan Istri tercintanya.
Satu jam lebih Mas Hery sudah sampai ke KLIA,kini Mas Hery mengikuti liku-likunya jalan menuju keruang tunggu setelah proses Paspornya selesai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments