Herman Jatuh

Di rumah Pak Aji.,

Pak Aji yang merasa kecewa dengan sikap Dwi,yang cuma membalas dengan anggukan. Ia tidak puas hati,dan berniat untuk menghasut Mas Herman agar terus mendekati Dwi lagi. Ia terus duduk bersandar di kursinya,seraya menghembuskan nafas kasarnya.

Lalu Pak Aji pun merogoh Hpnya dari dalam saku celananya,dan mencari kontak yang bernama Herman. Ia terus menghubungi Mas Herman,dan menyuruhnya untuk datang kekongsi rumahnya.

Mas Herman pun menyetujui permintaan Pak Aji,dan mendatangi rumahnya. Pak Aji yang merasa senang dengan kedatangan Mas Herman,ia terus menceritakan terlebih dahulu tentang apa yang telah terjadi kepada Dwi dan Mas Hery.

Mas Herman hanya mendengar,dan sesekali menganggukkan kepalanya saja karena sebelumnya pun Mas Herman sudah mendengar kabar itu.

Setelah berbasa basi dengan semua kabar angin itu,Pak Aji langsung meminta Mas Herman untuk mendekati Dwi lagi. Mas Herman awalnya pura pura menolak permintaan Pak Aji,karena ia tau bahwa Pak Aji cuma mau menjebak Dwi atas kebenciannya. Sedangkan Mas Herman sendiri,sudah berniat untuk memiliki Dwi dan ingin mendapatkannya dengan cara baik baik.

Tapi karena dipaksa dan terus dipaksa oleh Pak Aji,Mas Herman pun akhirnya mau melakukan apa yang Pak Aji suruh.

Mas Herman pun terus pamit kepada Pak Aji untuk pergi ketempat Dwi bekerja,setelah Pak Aji menyuruhnya. Pak Aji yang melihat Mas Herman sudah melangkahkan kakinya untuk berangkat,ia tersenyum lebar seraya menggerutu, "Rasakan kamu Dwi..."

Dwi sendiri,masih terus mengangkat semin untuk diberikan kepada teman temannya yang lain. Dengan peluh yang sudah membasahi bajunya,Dwi terus bekerja dan bekerja tampa mengenal lelah.

Mas Herman yang melihat itu semua,merasa kasihan dan iba kepada Dwi. Tapi Dwi sendiri merasa terganggu dengan kedatangan Mas Herman,bahkan sesekali Dwi melirik dengan tatapan sinis karena risih.

Mas Herman yang sejak awal sudah tau dengan sikap Dwi,ia tetap tidak menghiraukannya. Malah sesekali ia bersiul dan bernyanyi didekatnya.

Teman teman Dwi yang melihat kelakuan Mas Herman itu ada yang hanya tersenyum,dan ada juga yang mengernyitkan hidungnya.

Hingga waktu istirahat tiba,Dwi masih saja diawasi oleh Mas Herman. Karena ia tau,bahwa Dwi tidak akan pulang kerumahnya.

Setelah semua dari teman teman Dwi satu persatu menuruni anak tangga,kini hanya tinggal Dwi dan Mas Herman saja yang tinggal disana. Dwi yang merasa terganggu dan kesal kapadanya,akhirnya Dwi pun memberanikan diri untuk bertanya.

"Kenapa Mas Herman tidak mau turun? Apa yang Mas Herman mau dariku? Bukankah dari kemaren sudah aku katakan kepada mas,bahwa aku masih belum mau menikah lagi...! Jadi tolong Mas Herman turun dari sini dan tinggalkan aku sendirian karena aku tidak mau difitnah lagi..!" Ucap Dwi dengan nada kesalnya seraya membersihkan kardusnya yang selalu dipakai untuk berbaring.

Mas Herman diam sejenak,seraya berpikir apa yang harus dikatakan kepada Dwi.

"Dwi.....! Aku tau kamu tidak menyukaiku ada disini,tapi aku benar benar ingin menikahimu...! Jadi aku mohon sama kamu,terimalah lamaranku....!"

"Tidak Mas,sekali tidak tetap tidak..! Dan sekarang Mas Herman segera turun dari sini karena aku mau tidur..!" Sahut Dwi membentak,seraya membalikkan badannya membelakangi Mas Herman sebelum Mas Herman sempat melanjutkan perkataannya.

"Baik Dwi....! Kalau kamu mau aku turun dari sini,maka aku akan turun dari sini..! Tapi aku akan turun dengan meloncat,bukan turun dengan melalui tangga...! Karena bagi aku,lebih baik mati daripada aku tidak bisa memilikimu..."

Dwi yang mendengar perkataan Mas Herman itu,tiba tiba membalikkan badannya lagi dan menatapnya dengan penuh heran. Mas Herman hanya tersenyum saat melihat reaksi Dwi seperti itu,ia merasa bangga karena sudah berhasil mengelabuhi Dwi.

Dwi yang awalnya takut dengan kata kata Mas Herman,kini ia cuma bilang "Huuuuuuuh...", dan memeramkan matanya.

Mas Herman akhirnya pulang dengan tangan kosong,menuruni anak tangga satu persatu untuk menjumpai Pak Aji. Yang sekarang lagi sibuk melayani pembeli,dikantin rumahnya.

Sedangkan Dwi..

Ia membuka kembali matanya,melirik kekanan dan kekiri untuk melihat disekitarnya.Karena takut,masih ada Mas Herman disampingnya.

Setelah Dewi menoleh kekanan dan kekiri sudah tidak Mas Herman,iapun terus tidur.

Pak Aji sendiri,ia terus disibukkan dengan semua pembeli yang keluar masuk dikantinnya tampa menoleh kepada Mas Herman yang sudah dari tadi duduk bersantai di dekatnya. Dan setelah pembeli sepi,ia terus medekati Mas Herman dan menanyakan apa yang dibicarakan sama Dwi.

Mas Herman pun menceritakan semuanya,bahkan ia berbohong kepada Pak Aji kalau dia sudah mendapatkan nomer Hp Dwi. Pak Aji yang mendengar penuturan dari Mas Herman,ia merasa senang dan bahagia.

Setiap hari Mas Herman terus menerus mendatangi tempat dimana Dwi bekerja,sedangkan Dwi terus menerus menjauh dan selalu menghindarnya.

Satu minggu telah berlalu,namun Dwi tetap dengan keputusannya. Walau terkadang temannya ada yang menyuruh untuk menerima lamaran dari Mas Herman..

Mas Herman yang keyakinannya sudah menipis untuk mendapatkan Dwi,dan sudah mulai malu untuk menjumpai Dwi. Kini ia hanya berkeliling ditepi tepi bangunan,untuk melihat Dwi dari kejauhan.

"Graaaaaabak......!!!!"

Suara barang jatuh pun terdengar dari kejauhan,yang membuat semua orang panik dan terus mendatangi dimana tempat suara itu berbunyi. Seraya berteriak dengan berlarian.

Sungguh tidak terduga sama sekali oleh semua orang yang mendatangi tempat itu,bahwa yang jatuh dari bangunan adalah Mas Herman. Mas Herman tergeletak di atas tanah,dan badannya ditumpuki sisa sisa kayu patah yang ia pijak sebelum jatuh.

Orang orang yang melihat kejadian itu,ada yang menangis histeris. Dan ada yang berteriak minta tolong karena melihat Mas Herman yang sudah berlumuran darah. Darah segar terus mengalir dari hidung dan telinganya,sedangkan badannya sesekali hanya menggelinjang. Dan jari jarinya, hanya bergerak mengikuti hembusan nafas kecilnya.

Pak Aji yang paling awal mendatangi tempat kejadian itu,ia merasa bersalah kepada Mas Herman. Dan dengan tergesa gesa,ia langsung memanggil Ambulance dan pihak yang berwajib disana.

Setelah Ambulance datang,Mas Herman pun diangkat dengan keadaan pingsan dan berlumuran darah. Setelah itu,Mas Heman terus dibawa ke rumah sakit Putra Jaya.

Sedangkan Dwi sendiri,ia tetap berdiri terpaku diatas bangunan seorang diri,karena terkejut dan kaget. Ia tidak mampu untuk berlari,karena kakinya yang gemetar dan detak jantungnya yang sudah tidak teratur.

Setelah sampai dirumah sakit,Mas Herman pun di masukkan keruang UGD untuk pemeriksaan. Pak Aji yang merasa cemas dengan keadaan Mas Herman yang kritis,hanya mundar mandir didepan pitu. Seraya berdoa kepada Tuhan,agar nyawa Mas Herman bisa tertolong.

Jelang beberapa jam kemudian,seorang Dokter keluar dari ruangannya. Dan menjelaskan kepada Pak Aji,bahwa Mas Herman tidak bisa diselamatkan.

"Herman meninggal...?" Sahut pak Aji kepada Dokter itu,seraya tidak percaya dan shok.

Wajah Pak Aji tiba tiba pucat,badannya menjadi lemah. Dan tampa terasa,ia juga mengeluarkan air mata penyesalan karena rasa bersalahnya kepada Mas Herman.

Mas Herman kini sudah berbaring di kamar mayat,untuk ditindak lanjuti oleh Pihak Kepolisian disana. Selepas itu,mayat Mas Herman akan dipulangkan ke kampung halamannya. Dan setelah semua proses selesai,mayat Mas Herman akhirnya dikirim ke Surabaya dengan pesawat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!