Menggunakan Dukun

Dwi berbaring diatas ranjangnya sudah satu jam lebih,sedang Mas Musa sesekali mengompres badannya Dwi seraya menyesali perbuatannya yang gegabah telah menendang Dwi hingga tersungkur dilantai..

Setelah menunggu lama,akhirnya Dwi pun tiba tiba menggerakkan jarinya yang menandakan bahwa dia akan segera sadar. Mas Musa yang melihat itu sedikit tersenyum bahagia. Walau dalam hatinya masih ada rasa bimbang tentang keputusan yang telah ia buat sebelumnya..

"Dwi...! Kamu sudah sadar Dik...?" Dwi hanya melihat sesosok laki laki itu dengan menyipitkan matanya tampa berkata apa apa,karena bagi Dwi perlakuan yang dibuat suaminya sebelum ia pingsan sangat keterlaluan dan itu telah menambah kebenciannya terhadap Mas Musa.

"Dwiiiiiii.....!", Serunya Mas Musa lagi seraya memegang tangannya dan mengecup keningnya,namun bagi Dwi apa yang ia lakukan tidak akan membuat Dwi luluh apalagi menerimanya untuk dimadu.

Malah Dwi pun sebelumnya sudah merencanakan untuk mencari dukun,dengam melalui Mbak Nur teman baiknya itu agar Mas Musa bisa setuju untuk menceraikannya.

Setelah Mas Musa berkali kali memanggil Dwi,akhirnya Dwi pun membalikkan badanya seraya berkata "Mas...! Mendingan kamu pulang saja dulu,aku masih mau sendirian disini....! Lagian aku sudah muak melihat Mas Musa yang sok baik dihadapanku tapi dibelakangku Mas Musa menyakitiku...!"

"Aku datang kesini mau memperbaiki keadaan Dwi,maaf tentang apa yang aku lakukan barusan dan maaf juga karena aku sudah menikah lagi..."

"Pokoknya sekarang juga Mas Musa keluar dari sini,dan tolong ceraikan aku...!" Dwi yang mulanya tidur terlentang kini ia membalikkan badannya dan terus membelakangi Suaminya.

Mas Musa diam sejenak tampa kata,ia berfikir sejenak "Apakah aku harus tetap menemani Dwi atau harus pulang menuruti kata kata Dwi ya..?", Gumam Mas Musa dalam hatinya.

"Kenapa belum pulang mas?" Tiba tiba Dwi bertanya lagi dengan badan yang tetap membelakangi Mas Musa hingga membuat ia buyar dari lamunannya.

"Keluaaaaaaarrrrrrr.......!"

Dwi menangis tampa suara,ia hanya mampu mengeluarkan air matanya yang kian habis. Akhirnya Mas Musa pun keluar dari kamar Dwi dan berniat ingin pulang kerumah Istri mudanya.

Mas Musa berjalan dengan sempoyongan, menuruni tangga menuju kemana ia memarkir mobilnya tadi.

Sesaat ia sampai ke tempat parkiran mobilnya,tiba tiba ada suara yang memanggil namanya,. Dia menoleh dan mencari dimana tempat suara panggilan itu.

Mas Musa yang mulanya sudah mau menaiki mobilnya,kini dia mengurungkan niatnya,dan terus membalikkan badannya untuk menemui orang yang memanggil itu...

"Mbk Nur...!" Sapa Mas Musa yang tadi sudah memanggilnya.

"Iya Musa..! Aku ada perlu sama kamu,aku sengaja mengikutimu dari tadi karena aku mendengar teriakan Dwi menyuruhmu keluar...!" Dengan suara ngos ngosan mbak Nur menuturkan tujuannya seraya menelisik kepada Mas Musa.

"Tidak ada apa apa Mbak...! Dwi cuma menyuruh aku untuk pulang dan dia juga bersikeras minta cerai sama aku Mbak..!"

"Kamu sih Mas Musa...! Sudah tau Dwi itu orangnya baik tapi kamu masih juga menyakiti...!Sudah tau istrimu itu penyakitan,tapi kamu juga masih ingin menduakan...!"

"Iya Mbak aku tau itu...! Tapi aku juga punya alasan kenapa aku menikah lagi..!"

"Itu alasan kamu saja Mas...! Kamu itu memang laki laki yang tidak tau diuntung ya...! Terus sekarang bagaimana dengan Dwi?" Mbak Nur terus menelisik dan terus bertanya kepada Mas Musa.

Tapi mas musa memilih untuk diam,dan terus menaiki mobilnya seraya meninggalkan Mbak Nur setelah ia menyalakan mesin mobilnya.

Mas Musa pulang kerumah Istri mudanya dengan rasa bimbang dan kasihan,pikiranya mulai tidak terkontrol bahkan membawa mobilnya pun hampir menabrak kendaraan lain.

Setelah sampai dirumah Istri mudanya,Mas Musa pun menceritakan semua kejadian itu kepada Mila Istri mudanya itu. Sedang Mila hanya diam mendengarkan penuturan suaminya itu tampa ada rasa bersalah kepada Dwi,malah ia tersenyum sini mensyukuri kemenangannya karena telah mendapatkan Mas Musa.

Dirumah Dwi..

Sedari tadi Mbak Nur yang mematung karena ditinggal oleh Mas Musa,ia merasa jengkel dan geram kepadanya.

"Dasar bajingan Mas Musa itu,maunya menang sendiri saja..!" Gerutunya sambil melangkahkan kakinya setelah mobil yang Mas Musa bawa sudah tidak terlihat lagi.

Akhirnya Mbak Nur pun berniat untuk menemui Dwi yang dari tadi menyendiri didalam kamarnya.

Tooookk....!!

Tooookk.....!!

Tooookl.....!!

"Assalamu Alaikum Dwi..."

Mbak Nur memanggil nama Dwi dari depan pintu seraya mengetok pintunya..

"Waalaikum Salam Mbak...!" Sahut Dwi dari dalam kamarnya dengan suara seraknya karena habis menangis tampa mau bangkit dari tidurnya.

"Boleh aku masuk Dwi...!"

"Masuk saja mbak,pintunya tidak di kunci kok..."

Mbak Nur pun membuka pintu kamarnya Dewi dan melangkahkan kakinya mendekati Dwi yang berbaring itu.

Mbak Nur merasa kasihan saat melihat Dwi yang pucat,dan ditambah lagi dengan badannya yang sudah mulai mengkurus. Dan tidak terasa air mata Mbak Nur pun ikut menetes membasahi pipinya.

Mbak Nur mengambil wadah yang sudah berisi air hangat dari sampingnya Dwi dan mengompreskan kepada Dwi...

"Terima kasih Mbak....!" Dwi mencoba membuka matanya karena merasa ada yang mengompres badannya.

"Iya sama sama Dwi...!" Sahut Mbak Nur dan terus mengompresnya.

"Oh iya mbak,bagaimana tentang rencanaku yang tempo hari itu Mbak? Apakah Mbak sudah menemukan orangnya?"

"Kalau soal itu sudah ada Dwi..! Tpi Dwi kan lagi sakit,jadi tidak usah memikirkan itu dulu ya....!besok besok kalau Dwi sudah sehat kita kesana berdua..".

"Memang tempatnya jauh ya Mbak dari sini?"

"Tidak berapa jauh siiih,mungkin satu jam pun juga sudah sampai kok....! Tapi lebih baik sekarang Dwi istirahat dulu ya...! Dwi sudah makan belum?" Mbak Nur sengaja mengalihkan pembicaraan agar Dwi cepat sembuh.

"Dari tadi pagi aku belum makan Mbak,aku tidak punya selera untuk makan...! Yang ada cuma sakit hati saja...!"

"Dwi yang sabar yaaa...! Mau tidak aku buatin bubur sekedar mengganjel perutmu yang kosong itu?"

Dwi cuma menjawab dengan anggukan saja,lalu Mbak Nur pun bangkit dari tempat tidurnya Dewi dan pergi melangkah kedapur untuk memasak..

Setelah buburnya masak,Mbak Nur langsung kembali ketempat tidurnya Dwi itu. Tapi sebelumnya ia mengipasnya dahulu didapur itu agar bubur yang ia masak tidak terlalu panas.

Setibanya ditempat tidurnya Dwi,Mbak Nur melihat Dwi sudah tertidur. Dia bingung harus ngapain,apakah harus dibangunin atau dibiarkan saja.

Soalnya kalau dibangunin kasihan juga,karena tidurnya sampai mendengkur. Mungkin karena ia letih dan lesu,dengan musibah yang ia rasakan sekarang. Tapi kalau tidak dibangunin,sayang sama buburnya yang sudah masak itu.

Akhirnya Mbak Nur memilih duduk disamping Dwi,menunggu dia sampai bangun sendiri. Mbak Nur yang dengan ikhlasnya menunggu Dwi bangun,iapun ikut tertidur karena ngantuk.

Tidak lama kemudian,Mbak Nur dikejutkan oleh Dwi yang sengaja membangunkannya.

"Mbak...! Maaf ya ngerepotin Mbak Nur..!" Dwi membangunkan Mbak Nur seraya memegang tangannya yang melingkar dipergelangan tangan Dwi.

"Oh tidak apa apa Dwi,Dwi sudah bangun juga yaa....!" Sahut Mbak Nur seraya mengocek matanya.

Sesaat Mbak Nur meraih bubur yang ia masak dan disodorkan kepada Dwi,Dwi pun mengambil dan terus memakannya. Karena ia tau bahwa bubur itu sudah dingin.

Selepas Dwi menghabiskan makanannya,Mbak Nur pun berniat untuk pulang. Tapi Dwi tidak mengizinkannya,malah ia meminta Mbak Nur untuk tidur bersamanya.

Pagi menjelang,Dwi pun berniat untuk bekerja. Walau badannya masih sempoyongan,Dwi tetap berusaha untuk terus bekerja.

Hari terus berlalu,keadaan Dwi pun sudah sehat kembali. Dan pada hari cuti itu,Dwi dan Mbak Nur pergi kerumah dukun yang sempat dibicarakan tempo hari. Dengan niat,sekedar minta tolong agar Suaminya bisa menceraikan Dwi.

Setelah satu jam lebih,Mbak Nur dan Dwi pun menemukan rumah dukun itu. Lalu mereka berdua masuk dan menjumpai dukun itu,Mbak Nur terus menceritakan kepada dukun itu segala tujuannya. Setelah semuanya selesai dengan segala syarat yang diperintahkan oleh dukun itu, akhirnya mereka pamit pulang.

Terpopuler

Comments

Monir Monir

Monir Monir

pengalaman saya sendiri waktu di malaysia,,istri saya kerja sebagai kuli di bangunan tempat kerjanya. sedangkan saya kerja sebagai derever truk untuk sebagai pengantar barang,dan mobil yang saya punya adalah pemberian sementara dari bos. apakah itu tidak masuk akal.kamu punya otak atau tidak sih.? mikir dong mbak Endang supriati yang terhormat.

2024-05-05

0

Endang Supriati

Endang Supriati

cerita aneh, istrinya jd kuli! sedanh suaminya punya mobil! ino cerita utk org streds

2024-05-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!