Orang orang yang yang telah mendengar pertengkaran mulut antara Mas Hery dan Pak Aji,mereka semua terus mengerumuni dan terus melihatnya. Sebagian ada yang menyindir tentang sikap Pak Aji karena memukul seorang perempuan,dan sebagian lagi ada yang berusaha untuk melerai keduanya.
Sedangkan Dwi. Yang dari tadi menahan malu dan rasa sakit,ia hanya menangis tersedu sedu dipangkuan Mbak Hos. Seraya mengusap pipinya yang memirah.
Mas Hery yang tujuannya baik baik mendatangi rumah Dwi,merasa geram dan kesal dengan sikap Pak Aji. Dan sesekali ia mengepalkan tangannya ingin memukul Pak Aji lagi,sekedar untuk memberikan pelajaran kepaadanya. Tapi ia urungkan karena sudah dilerai oleh tetangga Dwi.
Setelah semuanya aman,dan orang orang yang sedari mematung. Satu persatu dari mereka meninggalkan rumah Dwi,dan sebagian lagi masih mengobrol basa basi.
Malam sudah larut,orang orang pun sudah pulang semuanya. Kini hanya tinggal Dwi,Mbak Hos,Mas Hery dan Pak Aji.
Pak Aji yang sedari tadi hanya diam membisu,dan sekarang ia berniat mau pulang untuk istirahat. Tapi saat ia mau berdiri,tiba tiba Mas Hery mencegahnya.
"Mau kemana Pak Ji...?" Tanya Mas Hery,seraya memegang tangannya Pak Aji,sontak ia kaget lalu membalikkan badannya dan duduk kembali.
"Mau pulang karena sudah malam..!" Sahut Pak Aji dengan nada gemetar.
"Apakah Pak Aji masih berniat untuk mencelakai Dwi?" Tanya Mas Hery sambil menatap tajam penuh emosi kepada Pak Aji.
"Kalau sekali lagi Pak Aji menyakiti Dwi,maka aku tidak akan segan segan untuk membunuh Pak Aji..!" Bentaknya Mas Hery lagi,sedang Pak Aji yang mendengar ancaman dari Mas Hery. Tiba tiba mukanya menjadi pucat,ia tidak tau apa yang harus dijawabkan kepada Mas Hery. Karena disatu sisi,Pak Aji sendiri masih belum puas untuk menyakiti Dwi. Lantaran sakit hatinya kepada Dwi,dan penyesalannya terhadap kematian Mas Herman.
Dan disisi lain,ia takut dengan ancaman Mas Hery yang sudah pasti kalau orang MADURA tidak akan main main dengan ancamannya.
Pak Aji terus diam melamun,seraya memikirkan apa jawaban yang tepat untuk Mas Hery.
"Pak Ji.......!"
"A-a--Anu...! Aku tidak akan menyakiti Dwi lagi,asalkan Dwi bisa mengikuti aturanku.
Dia tidak boleh lagi mengundang tamu dimalam hari selain saudaranya,dan kalau bisa ia harus juga secepatnya menikah...!" Sahut Pak Aji dengan gagap karena takut,seraya memperjelas kepada Mas Hery.
Dwi dan Mas Hery sesaat saling tatap,entah apa yang ada dalam pikiran kedua orang itu. Namun yang pasti,ia sama sama berpikir bahwa kata kata Pak Aji itu ada benarnya juga. Karena keduanya bukan asli saudara,mereka hanyalah sama sama sekampung.
Selepas itu,Pak Aji pamit pulang kepada Mas Hery. Mas Hery pun mengiyakan kepulangan Pak Aji setelah ia membalas ucapan pak Aji dengan, "Oooh....!" Saja.
Dirumah pak Aji,
Setelah Pak Aji sampai kerumahnya,Istri Pak Aji yang sudah dari tadi menunggu kepulangan suaminya. Ia tersenyum sumringah,seraya mendenguskan nafas panjangnya karena melihat Suaminya masih baik baik saja.
Pak Aji yang melihat tingkah Istrinya itu,ia merasa tersindir dan kesal terhadapnya.
"Kenapa senyum senyum Ji...?" Tegur Pak Aji kepada Istrinya dengan ketus.
"Tidak ada apa apa..! Aku pikir kamu sudah mati,eh ternyata masih hidup...!"
"Makanya...! Kalau mau berani,yaaaa jangan nanggung nanggung...! Bar tidak maluuu...!" Tambah istrinya lagi,seraya membalikkan badannya dan meninggalkan Pak Aji diruang tamunya sendirian.
Pak Aji yang mendengar perkataan Istrinya,hanya mengerutkan dahinya karena kesal. seraya membaringkan badannya,Pak Aji pun terlelap hingga pagi tiba.
Sedangkan di rumah Dwi..
Setelah Pk Aji pulang,Dwi pun mulai tenang dan sesekali ia menyempatkan diri untuk melirik Mas Hery yang sedari tadi cuma mengotak atik Hpnya.
Mbak Hos terus menemani Dwi,karena takut terjadi apa apa yang bisa menimbulkan fitnah. Mas Hery yang melihat Dwi sudah tenang,ia berniat untuk pulang.
Setelah itu,ia pun pamit kepada Dwi karena waktu sudah jam 11 malam. Dwi pun cuma mengiyakan saja walau jauh didalam hatinya untuk tetap tidak mengizinkan.
Dwi yang melihat Mas Hery sudah berdiri dan ingin melangkahkan kakinya,tiba tiba Dwi memegang tangan Mas Hery dan menciumnya. Seraya berkata, "Terima kasih Mas,untuk malam ini dan atas kebaikan Mas Hery selama ini..!"
Mas Hery yang mendengar itu,cuma membalas dengan anggukan dan senyuman manis. Lalu ia melangkahkan kakinya,keluar menuju kemobil yang ia parkir.
Dwi terus menatapi Mas Hery dari kejauhan, dengan penuh harap agar Mas Hery bisa dan mau melamarnya. Walau Dwi sebetulnya sudah tau,kalau Mas Hery sudah mempunyai keluarga.
Mas Hery sudah lenyap dari pandangan Dwi,ia langsung berbaring untuk melelapkan tidurnya bersama Mbak Hos yang sudah berbaring duluan dikamarnya.
Pagi sekali,Dwi bangun karena ingin memasak untuk sarapan paginya sesudah ia melaksanakan Shalat Subuh. Dwi yang dulunya seorang peramah dan gampang senyum,pagi ini ia terlihat lebih cuek dan selalu diam. Hingga teman temannya pun saling berbisik,dan membicarakan Dwi.
Dwi terus menjalani pekerjaannya hingga sore tiba,walau badannya letih dan lesu.Dia tetap bersemangat demi dirinya dan ibunya dikampung.
Setelah seminggu berlalu,Mas Hery datang lagi kerumah Dwi di saat Dwi lagi bekerja. Mas Hery sengaja datang disiang hari,karena lagi cuti.
Dwi yang tau Mas Hery datang,ia terus pamit kepada kepala kerjanya untuk pulang. Dan ingin bekerja setengah hari saja,kepala kerjanya pun mengizinkannya
Dwi terus menuruni anak tangga dengan penuh rasa bahagia,tampa memikirkan keringatnya yang sudah membasahi bajunya karena berlarian.
"Mas maukah kamu melamar aku...?" Kata Dwi setelah sampai di depan mas Hery dengan nada ngos ngosan,seraya menghembuskan nafasnya.
Mas Hery yang mendengar itu,sontak kaget karena ia tidak pernah berpikir untuk melamar Dwi. Ia hanya menganggap Dwi sebagai teman biasa,ditambah lagi dengan dirinya yang satu kampung sama Dwi.
"Dek....! Apa yang kamu katakan?" Tanya Mas Hery lagi,dengan pura pura tidak mendengar.
"Iya Mas,maukah kamu melamar aku?" Sahut Dwi lagi,seraya membuka sepatu dan baju kerjanya.
Mas Hery hanya menggaruk kepalanya sesaat yang tidak gatal,karena harus berpikir panjang untuk menjawabnya
"Sekarang Adek mandi dulu,lepas itu kita bicara baik baik..!" Kata Mas Hery sekedar untuk mengalihkan pembicaraan,agar Mas Hery bisa berpikir dengan tenang.
Dwi yang mendengar kata Mas Hery itu,ia mengangguk saja sambil tersenyum tersipu malu seraya mengganti bajunya dengan sarung dan handuk.
Dwi terus melangkahkan kakinya,ia pergi kekamar mandi yang tempatnya aga jauh dari rumah kongsinya. Sedangkan Mas Hery,duduk sendirian dengan hanya mengotak atik Hpnya seraya menunggu Dwi datang.
Setelah lama menunggu,akhirnya Dwi pun datang dengan wajah yang segar berseri seri. Dwi terus berlalu di hadapan mas Hery,tampa menghiraukannya. Mas Hery yang secara tidak sengaja melirik kepad Dwi,hatinya pun bergetar karena kecantikan Alami yang Dwi miliki. Bahkan Mas Hery pun bergumam dalam hatinya, "Cantik juga orang ini,sayang kalau saya harus menolak kemauannya..!"
Dwi yang sudah berpakaian rapi dengan solekan yang menawan,dan ditambah lagi dengan keharuman khas yang ia miliki. Membuat mas Hery tidak bisa fokus,pikirannya pun melayang kemana mana.
"Mas Hery..! Kok melamun sih? Aku cantik ya...?" Goda Dwi seraya tersenyum dihadapan Mas Hery.
Mas Hery yang mendengar kata Dwi,ia jadi salah tingkah.
"Bagaimana mau tidak melamar aku?" Tambah Dwi lagi saat Mas Hery lagi bingung.
"Iya Dwi aku mau melamarmu..!" Sahut Mas Hery tiba tiba.
Dwi yang mendengar jawaban setuju dari Mas Hery,langsung gemetar kegirangan. Jantungnya bedetak lebih kencang,dan bulu romanya seakan berdiri merinding.
Mas Hery yang melihat Dwi seperti itu jadi serba salah,ia bingung apakah jawabannya di anggap main main atau beneran.
"Kenapa Adek bisa seperti ini?" Tanya mas Hery seraya meraih tangan Dwi,dan memegangnya. Dwi pun jadi kaget,dan berusaha untuk melepaskan tangannya dari pegangan Mas Hery.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments