Akhirnya Mas Musa meninggalkan rumah Dwi dan terus pergi kerumah Istri mudanya dengan menggunakan Taxi Online yang ia pesan sebelumnya...
Sesampainya dirumah Istri mudanya,Mas Musa menceritakan tentang apa yang terjadi dirumah Dwi.
Mila hanya diam menyimak semua penuturan suaminya itu,ya Mila namanya Istri atau pelakor dari Mas Musa itu.
Wajah Mila sudah mulai pucat dan mengeluarkan keringat dingin dari dahinya,ia sudah merasakan ketakutan terhadap madunya itu. Karena pernikahannya dengan Mas Musa sudah di ketahui oleh Dwi,dan Dwi sudah pasti tidak akan tinggal diam dengan semua itu.
Dirumah Dwi..
Dwi tetap berkurung diri didalam kamarnya tanpa makan dan minum,ia merasa kenyang setelah mengetahui kebenaran dan pengakuan suaminya. Tangisan dan air mata terus mengalir dari matanya,hingga bantal yang sengaja dibuat alas untuk kepalanya saat tidur sudah mulai basah.
Sunyi kian mencekam,cacing didalam perutnya sudah mulai bernyanyi memberi tanda bahwa Dwi sudah lapar. Karena dari tadi siang Dwi tidak makan.
Dwi mencoba untuk bangun untuk pergi kedapur sekedar mau melihat masih adakah sisa makanan untuknya.
Sesampainya didapur,Dwi tidak menemukan apa apa. Lalu Dwi mencoba untuk membuka kulkas yang ia punya,karena siapa tau didalamnya masih ada sisa sisa buah yang biasa ia beli.
Karena dari semenjak ia menikah dengan Mas Musa,biasanya Mas Musa selalu membelikan Dwi buah buahan yang ia suka. Dan Dwi sendiri apabila gajian,ia selalu membeli buah buahan dan disimpan didalam kulkas miliknya.
Setelah ia buka ternyata cuma ada buah apel mirah itupun cuma sebiji,tampa berpikir panjang Dwi pun mengambil dan mengupasnya. Dengan lahapnya Dwi memakan,sampai sampai hampir tersedak dibuatnya.
Setelah habis,Dwi kembali kekamarnya dan terus merebahkan badannya yang lelah dan lemas keatas ranjangnya. Karena tenaganya sudah sudah terkuras habis oleh sikap suaminya yang selama ini ia sayangi dan ia cintai.
Tampa menunggu lama,Dwi pun terlelap hingga terdengar kukuk ayam yang menandakan bahwa malam sudah berlalu dan pagi sudah menjelma.
Dwi bangkit dari tidurnya,dan terus menuju kekamar mandi yang ada disebelah rumahnya. Setelah selesai melaksanakan Shalat Subuh,Dwi terus menuju kedapurnya untuk memasak ala kadarnya. Sekedar mengganjel perutnya yang sudah dari tadi malam menahan lapar karena ia akan pergi bekerja.
Seperti biasa,jam 07.00 pagi sudah waktunya para pencari uang di Negri Jiran itu harus berangkat kerja.Dwi pun dengan badan lemasnya ia tetap berusaha tegar,demi sebuah pekerjaan yabg ia tekuni dari dulu.
Dwi adalah sesosok orang yang rajin bekerja,karena dia memang sudah terlatih oleh nenek moyangnya dikampung. Selain ia berwajah cantik,budi pekertinya pun juga baik. Jadi banyak teman teman sekerjanya yang selalu dekat dengan Dwi,karena orangnya juga peramah.
"Hai Dwi...!" Sapa salah satu temannya sesampainya diatas bangunan itu.
"Hai juga Mbak Nur...!" Shut Dwi datar seraya membalikkan badannya dan menatap temannya itu.
"Kamu mau kerja Dwi? Apakah kamu sudah betul betul sehat?" Tambahnya Mbak Nur dengan rasa iba terhadap Dwi.
"Iya Mbak Nur aku mau kerja,siapa tau dengan bekerja ini aku sedikit bisa menghilangkan rasa sakit hati dan rasa benciku kepada Mas Musa si bajingan itu.."
"Memang Sumimu kenapa Dwi?" Mbak Nur sengaja menelisik apa sebetulnya tujuan Mas Musa menikah lagi.
"Tidak apa apa Mbak Nur,aku males untuk bicara...! Mending kita kerja yuk...!" Sahut Dwi seraya membalikkan badannya dan terus berlalu meninggalkan Mbak Nur yang mematung.
Hari terus berlalu,sedangkan Mas Musa sudah lebih satu minggu tidak datang menemui Dwi.
Dwi selalu berharap bahwa Mas Musa akan datang,bukan karena ia rindu atau apalah. Tapi ia akan meminta cerai dengan suaminya itu dan membagi harta yang dimilikinya.
Minggu pun berlalu tampa hadirnya Mas Musa,namun Dwi tetap tabah dan sabar. Bahkan setiap harinya ia terus bekerja dan bekerja,agar sedikit demi sedikit bisa menghilang rasa sakit hatinya kepada Mas Musa. Dan yang paling penting adalah untuk melupakan semua kenangan manis dan indah diwaktu bersama suaminya,suka duka yang ia alami dan ia jalani bersama suaminya sudah menumpuk karena sudah hampir sepuluh tahun ia menikah dengan Mas Musa.
Setelah hampir satu bulan Mas Musa tidak menemui Dwi,akhirnya dia datang juga disaat Dwi betul betul membutuhkannya. Karena Dwi sudah bulat dengan keputusannya sendiri,bahwa ia akan meminta cerai kepada suaminya.
Mas Musa datang dengan menggunakan mobil dan menyetir sendiri,entah dia meminjam pada temannya atau dia memang sudah membeli mobil sendiri. Namun Dwi tidak merasa tertarik dengan apa yang ia lihat,karena yang ada didalam pikirannya cuma menginginkan penceraian.
"Hai Dwi....!" Tegur Mas Musa seraya turun dari mobilnya.Dwi hanya melototi dan menatapnya dengan penuh kebencian.
Dwi bangkit dari duduknya dan terus masuk kedalam kamarnya,sedang Mas Musa mengikuti Dwi dari belakang. Setelah sampai didalam kamarnya,mereka duduk dan bermaksud untuk berbincang.
Dengan hati yang terlalu sakit,Dwi mengungkapkan kemauannya kepada Mas Musa Suaminya itu
"Mas...! Mumpung kamu datang kesini,aku ada hal yang ingin dibicarakan sama Mas....!" Dengan suara parau Dwi mengeluarkan suaranya.
"Iya Dwi....! Ada apa?"
"Tolong ceraikan aku Mas...! Aku tidak mau dimadu,jadi aku mengalah saja Mas..! Karena setelah aku pikir pikir,ngapain aku harus menerimamu lagi untuk menjadi suamiku...! Sedangkan kamu sendiri yang mengatakan kalau aku tidak akan pernah punya anak denganmu...!"
"Aku tidak akan pernah menceraikan kamu Dwi,karena walau bagaimanapun aku masih mencintaimu..! Jadi aku mohon sama kamu agar kamu mau dimadu...!"
"Tidak Mas.....! Aku sudah terlanjur sakit hati dan aku juga sudah tidak sudi lagi untuk disentuh olehmu...!"
"Dwiiiiiiiii.....!" Mas Musa membentak Dwi dengan suara laki lakinya yang membuat Dwi terkejut lagi.
Tapi kali ini,Dwi tetap berusaha kuat dan tidak meninggikan suaranya. Dwi sudah hafal dengan sikap Suaminya itu,jadi kalau Dwi meninggikan suaranya,sudah pasti Mas Musa tidak akan mau menceraikannya.
Lalu Dwi bersimpuh dihadapan suaminya dan memohon agar mau menceraikannya. Tapi lagi lagi usaha itu gagal,karena Mas Musa tetap bersikeras dengan keputusannya.
Dwi yang mulai tadi memelas,namun Suaminya masih tetap dengan keputusannya. Akhirnya Dwi bangkit dan berlari kedapur mengambil pisau pemotong sayur yang ada didapurnya,lalu kembali kepada suaminya dan menyodorkan pisau itu keleher Suaminya.
Dwi mengancam akan membunuh Suaminya itu,tapi dengan kekuatan yang tidak sebanding dengan kekuatan suaminya.
Maka dengan begitu mudah suaminya mengambil pisau yang Dwi pegang,dan karena rasa marah dan terkejut,Mas Musa sudah hilang kendali. Ia langsung menendang Dwi hingga membuat tersungkur kelantai.
Dwi menangis menjerit kesakitan,dan akhirnya Dwi pun pingsan lagi. Sedangkan Mas Musa yang tadinya memegang pisau,sekarang pisau itu sudah dibuang entah kemana. Mas Musa terus meraih dan merangkul Dwi yang sudah pingsan dan terus membaringkan diatas ranjangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Max >w<
Sejak membaca cerita ini, saya merasa lebih bahagia.
2023-12-27
0