Permintaan Maaf

Setelah itu,Pak Aji pun berniat untuk menyebarkan berita itu kepada semua orang orang yang dekat dengannya,agar Dwi dibenci dan dihina.

Dwi yang tidak tau apa apa tentang fitnah itu,sudah bersiap siap untuk berangkat kepekerjaanya. Sementara menunggu teman temannya datang,ia cuma mengotak atik Hpnya.

Jelang beberapa menit saja,teman temannya pun sudah berlalu lalang didepan rumahnya. Dwi pun mengikuti dari belakang,dengan penuh semangat karena sudah punya baju dan celana kerja.

Sedang Pak Aji sendiri,ia terus mondar mandir didepan rumahnya seraya menunggu Dwi lewat. Setelah melihat Dwi lewat,Pak Aji langsung menyamberi dengan tatapan sinis dan penuh benci.

"Dwi.....!" Panggil Pak Aji,sambil mendekati Dwi. Dwi yang mendengar panggilan itu,langsung berhenti dan membalikkan badanya untuk menghadap Pak Aji.

"Ada apa Pak Ji...? " Sahut Dwi datar,setelah berhadapan dengan Pak Aji.

"Apa benar kamu tadi malam kedatangan tamu laki laki dan tidur dikongsimu?" Dwi yang mendengar pertanyaan itu langsung kaget,wajahnya pucat dan mengeluarkan keringat dingin dari dahinya.

Dwi diam sejenak seraya berpikir, "Kk Pak Aji tau ya? Siapa yang ngasih tau Pak Aji ini?"

"Dwiiiiii...!" Panggil Pak Aji lagi.

"Iya benar Pak Ji...! Namanya Mas Hery,dia tetangga jauhku dikampung. Dan dia datang kesini,hanya mengantarkan baju dan pakaian lainnya untukku...!" Sahut Dwi menjelaskan dengan nada lesu,karena takut akan terjadi fitnah.

Pak Aji yang mendengar tuturan Dwi,hanya tersenyum dan menyunggingkan hidungnya karena tidak percaya.

"Kenapa Pak Ji?" Tanya Dwi sambil menatap tajam kearah Pak Aji,karena seakan dilecehkan oleh Pak Aji.

"Tidak ada apa apa,sekarang kamu berangkat saja..!" Sahut Pak Aji sambil membalikkan badannya,dan terus meninggalkan Dwi. Sedang Dwi,langsung berangkat menyusul teman temannya yang sudah berangkat duluan.

Pak Aji yang meniggalkan Dwi,menggerutu mengikuti langkahnya, "Dasar perempuan gatal,awas yaaaa nanti..."

Dwi kini sudah sampai keatas bangunan tingkat 20,temannya yang melihat Dwi dengan nafasnya yang sudah ngos ngosan. Karena penat lantaran ia sedikit mempercepat langkahnya,ada yang ketawa cengengesan. Namun Dwi tidak menghiraukan semua itu,ia hanya memilih diam dan mengambil peralatan kerjanya.

Setengah hari sudah berlalu,kini waktu istirahat sudah sampai. Ada sebagian temannya yang pulang untuk makan siang,dan ada juga yang cuma untuk membeli minuman dingin diwarungnya Pak Aji. Sedangkan Dwi,terus tiduran yang hanya beralaskan kardus seadanya.

Di warung Pak Aji....

Pak Aji yang merasa senang,karena melihat salah satu temannya Dwi sedang membeli air. Ia pun langsung menghampiri dan mengatakan,kalau Dwi sudah tidur dengan seorang laki laki tadi malam. Temannya Dwi yang mendengar semua penuturan Pak Aji itu,awalnya merasa tidak percaya. Namun karena Pak Aji terus meyakinkan teman Dwi itu,maka akhirnya ia pun percaya.

Pak Aji yang merasa puas dengan tuduhannya,ia tersenyum lebar karena merasa berhasil memfitnah Dwi. Malah ia terus menerus menceritakan kepada semua orang yang sedang membeli disana.

Temannya Dwi kini kembali menaiki semua anak tangga untuk sampai ke tingkat 20,dengan rasa heran dan tidak percaya ia terus memikrkan hal yang diceritakan Pak Aji tadi. Sambil menggerutu, "Apa benar yaaa Dwi melakukan semau itu?" Hingga iapun tidak menyadari,kalau sudah sampai ketempat kerjaannya.

"Hey Mbak,kenapa bengong?" Tegur salah satu teman Dwi yang sudah duluan sampai.

"Eeeeh tidak apa apa kok...!" Sahutnya sambil menoleh kepada Dwi yang sedang berbaring.

"Iya ada apa Mbak?" Timpal Dwi seraya mengubah posisinya untuk duduk.

"A-a,anu Dwi... Anuuuu....!"

"Au anu apa Mbak..?" Tambah Dwi semakin heran kepada temannya itu.

"Tapi maaf ya Wiiii...! Tadi aku dengar dari Pak Aji,kalau kamu tadi malam tidur dengan seorang laki laki.."

Dwi yang mendengar cerita itu,langsung kaget dan gemetar. Wajah Dwi langsung pucat,dan badannya pun menggigil. Salah satu temannya yang melihat Dwi seperti itu jadi panik,sedangkan yang satunya lagi bingung tidak tau harus berbuat apa. Badan Dwi terus melemah,dan iapun pingsan diatas bangunan.

"Tolooooong....!"

"Tolooooong....!"

"Tolooooong....!"

Teman temannya yang melihat Dwi pingsan,mereka terus berteriak minta tolong kepada siapa saja yang mendengarnya.

Lalu orang orang yang mendengar teriakan dari atas bangunan itu,terus berhamburan berlarian untuk mendekati Dwi. Lalu sebagian dari orang itu menggendongnya,dan terus membawanya pulang.

Setelah sampai kerumahnya,Dwi langsung dibaringkan didalam kamarnya. Ada sebagian dari temannya yang memasak air untuk mengompres Dwi,dan ada juga mengipasinya dengan kardus.

Satu jam lebih Dwi pingsan di dalam kamarnya,akhirnya iapun sadar dan mencoba untuk mengontrol nafasnya yang ngos ngosan.

"Dwi....kamu sudah sadar? " Tegur Mbak Hos seraya mengompres badan Dwi,Dwi yang mendengar pertanyaan itu pun merasa bingung. Karena yang ia ingat tadi sedang tiduran diatas bangunan,malah sekarang sudah ada di dalam kongsinya.

"Kenapa aku Mbak,dan kenapa aku bisa ada disini?" Ucap Dwi parau dengan mata yang buram sambil melihat kesekelilingnya.

"Kamu pingsan tadi Dwi,makanya sekarang kamu ada disini.."

"Tuh lihat banyak orang kan disini..!" Sahut Mbak Hos,seraya menudingkan telunjuknya kepada mereka yang masih ada disana.

Dwi pun termenung,dan mencoba untuk mengingat tentang kejadian sebelum ia pingsan.

Sedangkan mereka yang sudah melihat Dwi sudah siuman,mereka pun memilih untuk pergi. Satu persatu dari mereka terus meninggalkan Dwi,kini hanya tinggal Dwi dan Mbak Hos saja.

Mbak Hos yang sedari tadi cuma diam sambil mengompres,kina ia mau bertanya kepada Dwi setelah melihat Dwi sudah tenang tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Dwi pun mencoba untuk mengingat semuanya,setelah ia ingat. Ia langsung menceritakan semuanya kepada Mbak Hos tampa mengorangi dan menambahi semua kejadian itu. Mbak Hos yang mendengar penuturan Dwi,akhirnya tersenyum lega dan menyemangati Dwi. Dia juga mengatakan sama Dwi kalau fitnahan Pak Aji itu,sangat keterlaluan.

Mbak Hos dan Dwi terus mengobrol apa adanya,sampai rasa ngantuk dari Mbak Hos datang. Akhirnya Mbak Hos tidur dikamar Dwi sampai pagi.

Sedangkan Dwi sendiri,pikirannya mulai gelisah. Dia tidak bisa melelapkan matanya,karena memikirkan semua ucapan Pak Aji tentang dirinya yang difitnah.

Pagi tiba...,

Dwi mencoba untuk tenang,dan mencari cara bagiamana ia bisa menghindar dari fitnah itu. Lalu Dwi mencoba meraih Hp nya yang ada diatas bantal,dan mencari nomer kontak yang bernama Hery.

Setelah di temukan,dia langsung menekan tanda panggil untuk menghubungi Mas Hery. Dan dalam beberapa panggilan saja,Mas Hery sudah menjawab dari sebrang sana. Dwi lansung menceritakan semua apa yang terjadi kepada Mas Hery,dan meminta Mas Hery untuk datang kerumahnya.

Tampa berpikir panjang,mas Hery pun setuju dengan permintaan Dwi. Dengan tujuan ingin memperbaiki keadaan,dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Setelah Mas Hery datang,iapun langsung menuju kewarung Pak Aji dan menjelasakan semua apa yang sebenarnya terjadi.

Pak Aji awalnya berdalih bahwa dia tidak tau apa apa,tapi karena bentakan dan sekaligus diancam oleh Mas Hery. Akhirnya dia mengakui kalau apa yang dikatakan tentang Dwi kepada orang orang karena benci terhadap Dwi,lantaran lamarannya ditolak. Pak Aji akhirnya minta maaf kepada mas Hery,dan berjanji akan minta maaf juga kepada Dwi.

Setelah masalah fitnah sudah selesai,dan berbicara basa basi sekedarnya. Mas Hery akhirnya pamit pulang kepada Pak Aji,Pak Aji langsung mengiyakan saja,karena masih ada rasa malu terhadap Mas Hery.

Lalu Mas Hery pun menginjakkan kakinya,dan meninggalkan Pak Aji diwarungnya. Setelah itu,Mas Hery terus mampir kerumah Dwi dan menjelaskan tentang semua apa yang dikatakan Pak Aji.

Dwi pun akhirnya tersenyum bahagia,kerana sudah tidak ada fitnah lagi. Lalu Mas Hery pun pamit pulang kepada Dwi,Dwi pun mengiyakan saja.

Setelah mas Hery pulang,Dwi berniat untuk berangkat kerja walau sudah siang. Namun saat ia ingin mengganti baju kerjanya,tiba tiba Pak Aji datang kerumah Dwi. Lalu Pak Aji mendekati Dwi,dan meminta maaf atas semua kesalahannya.

Dwi yang mendengar ucapan minta maaf dari Pak Aji,akhirnya Dwi pun memaafkannya. Walau dalam hati kecilnya Dwi,masih ada rasa kecewa dan kesel terhadap Pak Aji itu.

Lalu Pak Aji pamit pulang,yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Dwi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!