Pak Aji yang merasa kecewa dengan keputusan Dwi,terus menginjakkan kakinya meninggalkan rumah Dwi. Sedang Herman,masih menyempatkan diri untuk melirik kearah Dwi dengan lirikan sinis.
Namun bagi Dwi,apapun sikap mereka kepadanya ia tetap tidak menghiraukan. Karena Dwi,memang belum siap untuk Menikah.
Setelah Pak Aji sudah sampai kerumahnya,Pak Aji menggerutu sendiri sambil mengkerutkan dahinya.
"Dasar perempuan tidak mau diuntung,sudah tau Herman ini anak Orang Kaya,tapi masih menolak lamarannya...!"
Herman yang mendengar gerutunya Pak Aji langsung menyaut "Biarlah Pak Ji...! Siapa tau suatu saat nanti,dia bisa menerimaku...! Karena aku akan terus berusaha untuk mendekatinya..".
Pak Aji hanya diam,seraya duduk bersandar kedinding rumahnya dengan nafasnya yang berdengus kasar.
Dwi yang kini hanya sendirian,ia memilih untuk menonton TV didalam kamarnya seraya memakan buah kesukaannya.
Tidak terasa malam sudah larut,mulut Dwi pun menguap panjang karena rasa ngantuk. Ia berbaring dan terlelap dengan pulas,hingga pagi menjelang.
Pagi tiba,,,
Dwi pun sudah siap siap untuk berangkat kerja,seraya menunggu teman temannya. Dwi cuma mengotak atik Hp miliknya,sekedar melihat berita di Sosmed.
Setelah teman temannya datang berhamburan lalu lalang dihadapan rumahnya,Dwi pun mengikuti dan terus berangkat kerja.
Dwi berjalan dipaling belakang dengan menaiki tangga,dan tiba tiba ada suara yang memanggil namanya dari kejauhan. Dwi pun berhenti menoleh kebelakang,seraya mencari dari mana suara itu memanggil.
"Dwi.....! Tunggu sebentar,aku mau bicara sama kamu..!" Sapa Mas Herman,seraya mempercepat langkahnya untuk menghampiri Dwi yang sedang berdiri mematung karena merasa heran.
"Dwi...! Aku mau bicara sama kamu..!" Sambung Mas Herman,setelah ia dekat dengan Dwi.
Dwi masih saja mematung tampa kata,malah ia mulai mengernyitkan alisnya karena jengkel.
"Dwiiiiii......!!!!!
"Oh ya ada apa Mas?" Sahut Dwi sambil menggaruk ubun ubunnya yang tidak gatal.
"Dwi....! Kenapa kamu tidak mau menerima lamaranku? Apa kekuranganku? Sedangkan kamu pun tau,bahwa aku Orang Surabaya...!"
Dwi hanya menyimak semua penuturan Mas Herman yang membanggakan dirinya.
Dwi tersenyum saja,seraya bergumam dalam hatinya "Ngaku Orang Surabaya,tapi masih mau bekerja jadi kuli di sini",
"Dwiii.....!" Tegur Mas Herman lagi..
"Iya Mas...! Maaf sebelumnya,bukan aku tidak mau menikah lagi..! Tapi untuk saat ini,aku memang belum siap untuk menikah..! Jadi walaupun Mas Herman Orang Surabaya,itu tidak ngaruh buat aku...!"
"Sekali lagi maafkan aku mas,dan tolong mulai hari ini jangan menggangguku dan jangan berharap lagi tentang aku..."
Dwi menjelaskan segalanya tentang penolakannya,seraya membalikkan badannya untuk terus menaiki anak tangga menuju ketempat kerjanya. Dan terus meninggalkan Mas Herman sendirian,karena mau bekerja.
Herman pun kembali menuruni tangga,untuk kembali kerumah Pak Aji dan ingin menceritakannya tentang sikap Dwi.
Pak Aji yang lagi ngobrol dengan orang orang yang ada dirumahnya pun berhenti sesaat,karena melihat Herman yang bekeringat dan nafasnya yang terhembus kasar.
"Dari mana saja kamu Her...?" Tegur Pak Aji,setelah Mas Herman duduk didekatnya.
"Dari bangunan Pak Ji...!" Sahut Mas Herman datar,seraya menyandarkan badannya kedinding.
Pak aji pun tak mau bertanya lagi,karena ia tau bahwa Mas Herman itu pasti habis mengejar Dwi.
Sedang Dwi,sesampainya diempat kerjanya ia ditegur oleh teman temannya karena terlambat datang. Namun Dwi tidak menghiraukan teguran temannya,dia hanya melirik menatap sinis dan memilih diam lalu bekerja.
Sebulan telah berlalu dari penolakan lamaran Mas Herman,Dwi terus bekerja dan bekerja. Walau terkadang sesekali ia terserempak dengan Mas Herman,namun mereka tidak saling tegur.
Mas Herman pun sudah tidak mau mengingat lagi dengan penolakan Dwi,walau dalam hatinya tentu masih ada rasa kecewa kepada Dwi.
Sore itu,Dwi dan teman temannya menerima gaji dari bosnya. Dan sepeti biasa,Dwi akan selalu menyempatkan dirinya untuk mengirimi ibunya dikampung uang belanja secukupnya satu bulan.
Keesokan paginya,Dwi berangkat kepasar bersama temannya yang sudah janjian kemaren. Setelah selesai ngirim uang,Dwi berbelanja membeli buah kesukaannya,untuk di jadikan camilan dirumahnya saat nonton TV.
Namun disaat yang sama,dirumah kongsi yang Dwi tempati orang orang pada berlarian karena rumah mereka ada yang terbakar. Ada yang berlari untuk menyelamatkan barang barangnya,ada yang lari mencari air. Dan ada juga yang menangis terkejut,bahkan ada juga yang nangis karena sebagian barang berhaganya sudah hangus.
Dwi yang masih bolak balik di pasar bersama temannya mencari barang untuk di beli,tiba tiba di telpon oleh salah satu teman dirumahnya.
Krriiiiing....!!!
Krriiiiing....!!!
Krriiiiing...!!!
Temannya Dwi yang namannya Mbak Hos dengan cepat merogoh Hp yang ada didalam saku celananya.
"Iya halo Mira...!!!" Kata Mbak Hos kepada Mira yang ada disebrang sana.
"Mbak cepat pulang sekarang,Rumah kongsi Mbak Hos dan Mbak Dwi terbakar..!"
"A-a,Apaaaaaa.......?" Suara Mbak Hos tersentak kaget.
Dwi yang mendengar teriakan Mbak Hos pun merasa kaget,dan hampir menjatuhkan barang Belanjanya.
"Iya Mbak,makannya cepat pulang...!" Tambah Mira lagi.
"Oke Mir...! Aku akan segera pulang...!"
Bbiiip...
Mbak Hos langsung mematikan Hpnya,dan terus mengajak Dwi pulang. Sedangkan Dwi,hanya mampu mengeluarkan air mata penyesalan. Karena meninggalkan ruamhnya dengan begitu lama,ia menyesal setelah mendengar penuturan Mbak Hos itu.
Didalam Taxi keduanya tidak ada yang bicara,hanya dengusan kecil dan hembusan nafas pajang yang keluar dari mulut mereka.
Tetesan air matanya terus mengalir dari keduanya,seraya menyuruh Sopir Taxi itu untuk mempercepatkan kelajuan Mobilnya.
Kini mereka sudah sampai,kepada tempat yang tadi waktu ditinggal rumahnya masih utuh. Dan sekarang sudah menjadi abu,yang hanya menyisakan kayu karena belum habis Terbakar.
Dwi yang melihat rumahnya sudah terbakar,ia berteriak histeris dan langsung hilang kesadarannya. Dwi pingsan dihadapan semua orang,hingga barang barang yang ia beli semuanya jatuh berhamburan.
Sedangkan Mbak Hos,hanya panik dan tidak tau apa yang harus ia lakukan. Disatu sisi,rumahnya juga terbakar. Dan disisi lain,melihat Dwi sudah tergeletak ditanah dengan terlentang.
Orang orang yang ada di sekelilingnya juga belum ada yang mau mengangkat Dwi,karena mereka semua sibuk dengan urusannya sendiri.
Setelah sekian lama Dwi terlentang di tanah,akhirnya ada satu orang yang menghampiri untuk mengangkatnya. Namun disaat yang samaan Pak Aji melihat kejadian itu,lalu Pak Aji menghampiri dan menyuruh orang itu untuk membiarkan Dwi tergeletak ditempatnya.
Orang itu pun meninggalkan Dwi,sambil menggelengkan kepalanya karena heran terhadap sikap Pak Aji yang tidak mengizinkan untuk mengangkat Dwi. Sedang Pak Aji cuma menggerutu "Rasain kamu Dwi,siapa suruh kamu tidak mau menerima lamaran Herman dulu" Gerutu Pak Aji sambil melangkahkan kakinya seraya meninggalkan Dwi.
Dua jam lebih,Dwi pingsan yang hanya ditemani oleh Mbak Hos akhirnya sadar juga. Karena Mbak Hos sedari tadi sudah mengompres badannya dengan air hangat,setelah ia menyelesaikan masalah rumahnya yang terbakar.
Lalu Dwi pun melihat lagi keadaan rumahnya,sambil menangis seraya bangkit dari terlentangnya. Dwi duduk meratapi dan mengingat semua barang yang tersimpan di dalam rumahnya,karena sudah hangus oleh api.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments