Di Tampar

Satu minggu telah berlalu dari kematian Mas Herman,kini Pak Aji yang selalu mempunyai sifat dengki. Dan akan selalu menghalalkan segala macam cara untuk mencapai tujuannya. Ia hanya murung meratapi penyesalannya,karena telah mempengaruhi Mas Herman untuk selalu mengejar Dwi.

Dwi sendiri terus menjalani kehidupannya sebagai Janda muda,yang mampu mengusik iman laki laki karena kecantikan budi dan rajin dalam bekerja.

Namun walau begitu,Dwi yang sebagai manusia biasa. Ia juga merasa bersalah atas matinya Mas Herman,walau kenyataannya bukan Dwi yang mendorong Mas Herman hingga jatuh.

Dan ditambah lagi dengan sikap salah satu temannya,yang terus menerus menyalahkan Dwi. Dwi terus dipojokkan oleh teman temannya, dengan selalu mengatakan bahwa jatuhnya Mas Herman karena penolakan lamaran dari Dwi.

Dwi yang hidupnya jauh dari sanak saudara di Putrajaya,ia merasa takut dan gelisah dengan segala sikap atau ocehan teman temannya.

Terkadang Mbak Hos yang mendengar dan melihat Dwi dikatakan seperti itu,ia merasa kasihan sama Dwi. Hingga Mbak Hos selalu menyemangati Dwi,dan meminta Dwi untuk segera menikah.

Dwi tidak tau harus berbuat apa,karena memang ia belum mau menikah lantaran takut kalau pernikahannya akan gagal lagi. Mak Hos terus menerus membujuknya,hingga satu bulan lebih dari kematian Mas Herman pun Mbak Hos masih terur membujuk Dwi.

Tepat di malam 40 harinya Mas Herman,Dwi bermimpi didatangi Mas Herman dengan mengatakan, "Kau telah membunuhku Dwi..!". Dwi yang bermimpi seperti itu pun takut dan terperanjat,hingga ia terbangun dari tidurnya dengan peluh yang membasahi badannya.

Dwi yang gemetar sendirian karena rasa takutnya,Dwi tidak mau tidur lagi hingga pagi.

Pagi pagi sekali,Dwi terus mendatangi rumah Mbak Hos dan menceritakan mimpi itu kepadanya.Mbak Hos pun mendengarkan saja apa kata Dwi,seraya bergumam dalam benaknya. "Wah ini kesempatan aku untuk menyuruh Dwi agar segera menikah..!"

Maka dengan jailnya,Mbak Hos mengatakan kepada Dwi untuk secepatnya menikah agar tidak didatangi Mas Herman lagi dalam mimpinya. Dwi yang melihat keseriusan bicaranya Mbak Hos, membuat Dwi menyetujui untuk menikah lagi. Walau Dwi sendiri belum tau,dengan siapa ia akan menikah.

Setelah mengobrol dengan Mbak Hos tentang mimpinya,dan obrolan obrolan lain yang membuat mereka tertawa. Dwi terus pamit sama Mbak Hos,karena ingin bekerja.

Waktu istirahat tiba,

Seperti hari hari sebelumnya,Dwi terus mengambil kardus yang biasa ia pakai untuk alas berbaring. Dwi terus merebahkan badannya, karena rasa penat setelah bekerja dan lesu karena terlalu banyak beban pikirannya..

"Huuuuuuuffff.......!" Gerutunya di sela merebahkan badannya,seraya menghilangkan rasa penatnya.

Namun saat ia mau terlelap,tiba tiba ingat ia dengan perkataan Mbak Hos tadi pagi. Maka Dwi yang sudah berbaring itu terus duduk,dan menahan dagunya dengan tangan kirinya. Sedang tangan kanan Dwi,mencoba untuk mengotak atik Hpnya.

Setelah lama mengotak atik Hpnya,terlintas dalam benak Dwi untuk menghubungi Mas Hery. Sekedar ingin mananyakan kabarnya,dan ingin menceritakan tentang apa yang telah terjadi dirumahnya.

Sedangkan Mas Hery sendiri,masih sibuk dengan urusannya. Karena dia seorang sopir pengantar barang Kilang(Pabrik).

Mas Hery adalah orang sekampung dengan Dwi yang sudah mempunyai Istri dan satu Anak. Dia merantau ke Negri Jiran juga demi kebutuhan ekonominya yang serba pas pasan.

Kriiiiiing.....!

Kriiiiing......!

Kriiiiiing.....!!

Tiba tiba Hp Mas Hery berbunyi disamping Jok tempat duduknya saat menyetir,Mas Hery melirik ke Hp nya dan terus meraihnya. Ia terkejut saat melihat layar di Hpnya,karena tertulis Nama Dwi yang menghubungi.

Mas Hery memperlambat kecepatan mobilnya, dan terus menepikan seraya menggeser tombol hijau untuk menjawab.

"Iya halo Dwi...!"

"Iya Mas...! Assalamu Alaikum...!" Sahut Dwi dari sebrang sana.

"Wa Alaikum salam Dwi,ada apa?"

"Anu Mas,bisa tidak Mas Hery datang kerumahku?"

"Bisa Dwi...! Tapi bukan sekarang yaa,soalnya aku sekarang lagi mau nganterin barang nih..!"

"Dwi baik baik saja kan?"

"Alhamdulillah baik mas,memang kenapa?"

"Oh tidak apa apa,soalnya tumben saja Dwi menghubungi aku..."

"Ooooh kirain...! Kalau Mas Hery sendiri bagaimana kabarnya?"

"Alhamdulillah baik juga Dwi,ya sudah ya...! Aku mau berangkat nih,nanti kalau sudah sempat aku kasih tau kamu.."

"Oke Mas,terima kasih..!"

Lalu mas Hery mematikan Hpnya,dan terus menjalankan kendaraannya.

Di tempat Dwi,,

Dwi merasa senang karena Mas Hery berjanji akan datang,Dwi berbaring lagi karena ingin melanjutkan tidurnya dan iapun terlelap.

Setelah waktu kerja tiba,Dwi pun bangun karena sebelumnya sudah di kejutkan oleh Mbak Hos yang datang lebih awal kebangunan itu.

Waktu berlalu dengan cepat,hingga waktu pulang pun sudah sampai. Semua orang terus berhamburan menuruni anak tangga,tujuanya untuk pulang kerumahnya masing masing.

Dwi yang berharap Mas Hery akan datang malam itu,ia berdandan special untuk tamunya. Dan Dwi pun memasak lebih untuk dihidangkan kepadanya nanti.

Stelah Shalat Isyak,saat Dwi mau mengganti mukenanya dengan baju biasa. Mas Hery pun datang,Dwi yang bahagia dengan kedatangan Mas Hery. Ia menyambut dengan penuh antusias, karena bahagia.

Lalu Dwi keluar dari kamarnya,dan terus mempersilahkan Mas Hery untuk duduk. Dwi sendiri masuk kembali kekamarnya,untuk mengambil Teh dan hidangan lainnya.

Saat Ms Hery mau duduk,tampa ia sadari ternyata ada Pak Aji lewat dibelakangnya waktu pulang dari Mushalla. Pak Aji yang melihat ada tamu dirumah Dwi,ada sedikit geram terhadap Dwi karena dengan berani Dwi mendatangkan tamu laki laki dimalam hari.

Pak Aji yang berpakaian sarung,ia terus pulang untuk mengganti baju dan celana. Selepas itu,ia kembali mendatangi rumah Dwi. Dwi terus mengobrol menceritakan tentang Mas Herman yang jatuh dari tingkat dua,dan tentang teman temannya yang terus menyalahkan Dwi karena Mas Herman jatuh.

Dwi tidak perasan kalau Pak Aji sudah ada didekatnya,saking karena asiknya mengobrol dengan Mas Hery.

Dwi yang melihat Pak Aji datang tiba tiba,ia merasa terkejut dan wajahnya terus memucat.

Dan tampa diduga oleh Mas Hery ataupun Dwi,Pak Aji itu langsung menampar Dwi.

"Plaaaaaaak...."

Bunyi tamparan itu,wajah Dwi memirah seketika karena tamparan keras dari pak Aji. Dwi menjerit dengan begitu kuat,hingga tetangga dekatnya pun mendatangi rumah Dwi karena ingin melihat apa yang telah terjadi.

Air mata Dwi menetes membasahi pipinya seraya mengatakan, "Apa apaan ini Pak Ji..?" Sambil memegangi pipinya,dan terus mengeluh kesakitan.

Mas Hery yang melihat kejadian itu,ia langsung bangun memegangi Pak Aji dan terus merangkulnya dari belakang.

Pak Aji yang sudah dirangkul oleh Mas Hery,ia meronta ingin dilepas seraya mengatakan kepada Dwi, "Ini adalah hukuman kepadamu karena berani mendatangkan tamu laki laki di malam hari...!"

Mas Hery yang mendengar jawaban Pak Aji seperti itu,ia langsung membalikkan badannya Pak Aji dan memukulnya karena geram.

"Buuuuug....!"

Suara pukulan dari Mas Hery mengenai perut Pak Aji,Pak Aji meringis kesakitan dan berniat ingin membalas pukulan kepada Mas Hery.

Tapi karena kekuatan Pak Aji tidak sebanding dengan kekuatan Mas Hery,ia hanya bisa meronta namun tidak bisa berbuat apa apa. Dan ditambah lagi dengan bantuan orang orang yang dari tadi sudah ingin melerainya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!