Pindah Rumah

Setelah sampai kerumahnya,Dwi dan Mbak Nur langsung menghempas badannya keatas ranjang yang Dwi miliki,sekedar untuk melepas rasa lelah dan penat. Karena perjalanannya yang jauh,mereka sama sama terlelap dan tidur dengan pulasnya.

Keesokan harinya,Dwi meminta tolong kepada Mbak Nur untuk mencari dan membeli semua persyaratan yang disuruh oleh dukun itu. Mbak Nur pun pergi kepasar terdekat untuk membeli kebutuhannya,sesudah semua keperluan yang ia beli sudah semua,Mbak Nur pun berniat untuk pulang.

Tapi disaat Mbak Nur menunggu taxi datang,tidak sengaja Mbak Nur melihat sepasang suami istri yang sangat ia kenal disebrang jalan sedang turun dari mobilnya. Mbak Nur terkejut dan mencoba untuk menghindar dari mereka,karena takut barang yang ia beli akan ketahuan oleh Mas Musa dan Mila.

Mbak Nur dengan tergesa gesa,menyetop dan terus menaiki taxi itu. Sesampainya dirumah Dwi,Mbak Nur pun menceritakan kepada Dwi apa yang ia lihat tadi.

Dwi hanya tertawa terbahak bahak,karena merasa lucu dengan tingkah Mbak Nur itu.

"Kok Dwi ketawa sih..! Ada yang lucu ya sama aku?" Seraya mengerutkan alisnya,Mbak Nur bertanya sama Dwi yang tidak berhenti tertawa.

"Tidak kok Mbak..! Aku cuma heran saja sama mbak Nur,yang bisa takut karena melihat Mas Musa dengan istrinya itu. Padahal kan yang punya masalah aku sama mereka Mbak...!" Dwi menjelaskan kepada mbak Nur sambil tersenyum meperlihatkan gigi jarumnya.

Setelah itu,mereka berdua mengeluarkan barang dari kantong pelastiknya untuk dipilih dan dicampur sesuai dengan petunjuk dukun yang mereka datangi kemaren.

Setelah semuanya selesai,Dwi pun menyuruh Mbak Nur untuk menyimpan barang itu agar Mas Musa bisa melangkahi barang yang ia pasang.

Mbak Nur terus menghubungi salah satu saudara dekatnya,yang dekat dengan rumah Mas Musa dan Istrinya. Dan tidak seberapa lama,saudaranya pun datang.

Lalu Mbak Nur menyuruh untuk menaruh barang tersebut,dan meminta agar dirahasiakan kepada orang lain. Saudaranya pun menyanggupi,dan dia pun terus pulang.

Di hari hari berikutnya Dwi dan Mbak Nur terus menerus menunggu kabar dari Mas Musa,setelah satu bulan lebih penantian yang Dwi tunggu tunggu pun masih belum juga ada kabar.

Akhirnya Dwi pun pasrah,dan berniat untuk pindah rumah. Karena selain Mas Musa tidak mau menceraikan,diapun tidak pernah datang lagi kerumah Dwi untuk menemui Dwi setelah kejadian itu.

Setelah gajian,Dwi akhirnya pindah rumah dari daman sara menuju putrajaya.

Tempat kerja baru teman baru,membuat Dwi merasa tidak betah. Tapi demi tekat dan kemauan yang kuat,Dwi terus bertahan dan memulai dengan pekerjaan barunya.

Sesekali Dwi selalu menyempatkan diri,untuk menghubungi teman baiknya Mbak Nur walau sekedar saling tanya kabar.

Dirumah Mas Musa...

Mas Musa sendiri kebelakangan ini selalu merasa gelisah,jiwanya hampa pikirannya pun kosong.

Sesekali terlintas dalam pikiranya untuk melepaskan Dwi,tapi disaat yang samaan Mas Musa merasa bahwa dirinya akan sangat kehilangan kalau harus menceraikan Dwi.

Karena terlalu banyak kenangan manis yang ia lalui bersama Dwi,Mas Musa menganggap dirinya menjadi tukang borong rumah,karena berkat dukungan dan sokongan dari Dwi.

Mas Musa dan Dwi berangkat dari nol untuk mencapai kesuksesan yang ia miliki sekarang,mareka sama sama saling mendukung dan saling mendoakan. Tapi karena disebabkan kekhilafan Mas Musa sendiri semuanya terbengkalai.

Pekerjaan yang Mas Musa punya,sekarang semakin merosot. Bahkan anak buahnya yang dulunya banyak,sekarang satu persatu mulai menghindar dan mencari kerjaan lain.

"Mas...! Kok melamun?" Tegur Mila kepada Suaminya saat Mas Musa melamun diwaktu santai.

"Oh kamu..! Tidak ada apa apa kok,aku cuma memikirkan tentang pekerjaan kita ini...!" Sahut Mas Musa sambil mengepulkan asap rokoknya.

"Mas jangan bohong sama aku,aku tau kok kalau akhir akhir ini Mas Musa selalu memikirkan Mbak Dwi...! Apa Mas Musa masih ingin kembali sama dia? Kenapa Mas Musa tidak menceraikan Mbak Dwi saja..! Biar pikiran Mas Musa bisa tenang dan tidak menanggung dosa terus,dosa loh Mas kalau membiarkan Mbak Dwi terikat tali pernikahan sama Mas....!" Mila yang seorang pelakor tapi dalam dirinya masih ada sisa sisa rasa kasihan terhadap orang lain,termasuk Dwi yang merupakan Madunya.

Mas Musa berpikir sejenak dan cuma bilang "Oooh" selepas itu,dia meninggalkan Mila seorangan dan terus kembali kebangunan yang ia kerjakan.

Sedangkan Mila,merasa jengkel dengan kelakuan Suaminya yang tiba tiba meninggalkannya sendirian.

Sedangkan Dwi,semakin hari semakin banyak teman kerjanya. Baik laki laki mau pun perempuan,bahkan Dwi sudah mulai lupa dengan segala sakit hati yang ia rasakan sebumnya.

Dwi tidak mempunyai saudara di tempat kerja barunya,jadi dia harus mencari teman yang baik untuk menjadi tempat curhatnya.

Namun yang namanya manusia,pasti dimana mana itu ada yang baik ada juga yang jahat. Ada yang selalu iri,dan ada juga yang selalu memuji.

Sudah satu bulan lebih Dwi bekerja dikota itu,namun Mas Musa belum juga menceraikannya.

"Oh Tuhaaan...! Tlong permudahkan urusan hambamu ini..!" Sesekali Dwi bergumam dalam hatinya.

Dan seperti biasa,saat jam istirahat Dwi selalu berkumpul dengan teman sekerjanya. Walau terkadang ia murung,meratapi nasibnya yang entah kapan ia akan diceraikan oleh Saminya.

Dwi selalu berharap akan ada keajaiban dari Tuhan,dengan pelantara dukun yang ia datangi bersama Mbak Nur beberapa bulan yang lalu.

Sore menjelang,menandakan waktu pulang kerja sudah tiba. Setelah sampai kerumahnya,Dwi terus mandi untuk melaksanakan Shalat Ashar. Namun seraya ia memakai mukena,tiba tiba Hp nya berdering tanda ada panggilan masuk.

Krriìiiiiing... !

Krrriiiiiiing....!

Krrriiiiiiing....!

Lalu Dwi meraih,dan melihat panggilan didaftar panggilannya.

Dwi mendelik dan melototi si pemanggil itu,karena yang memanggil adalah nomer yang tidak dikenal.

Setelah menggeser warna hijau di layar Hpnya,Dwi langsung menimpelkan Hpnya itu ketelinganya.

(Iya halo Mas,,ini siapa?) Tanya Dwi kepada orang yang bicara dari sebrang sana.

(Iya halo juga Dwi ini aku Musa)

(Ada apa kamu menghubungi aku)

(Tidak ada apa apa Dwi,aku cum mau mengatakan kepadamu bahwa mulai hari ini kamu bukan istri aku lagi..! Jadi kalau suatu saat nanti,ada orang yang melamarmu dan ingin menikahimu. Terimalah dia,dan aku akan mendoakan semoga orang yang bakal menjadi suamimu nanti lebih baik dari aku)

Dwi diam mematung,dan tampa terasa air matanya menetes lagi membasahi pipi dan bibirnya. Entah itu tangis bahagia karena sudah lepas dari Mas Musa,atau tangis kesedihan karena selepas ini tidak ada lagi orang yang bisa dijadikan tempat untuk bersandar dan saling berbagi.

(Dwi....! Kamu masih mendengar suaraku kan?)

(Iya Mas,aku masih mendengar suaramu. Dan maafkan aku jika selama kita menikah,aku tidak bisa menjadi istri yang baik buatmu..) Sahut Dwi datar.

(Dan satu lagi Mas,cukuplah aku yang kamu sakiti.)

(Insya Allah Dwi,dan maafkan aku juga karena selama ini sudah menyakitimu)

(Iya Mas,tidak apa apa)

Bbiiiiiip....!

Dwi terus mematikan Hpnya..

Air mata terus menetes membasahi pipinya,namun Dwi terus berusaha tegar dan tabah untuk menjalani kehidupannya tampa seorang Suami dan sebagai seorang janda...

Terpopuler

Comments

Endang Oke

Endang Oke

sholat kok main dukun ! musyrikkk tahu. mending dewi main laki2 lagi zinah sama lski2 lain biar musa ceraikan kamu!! dr pada musyrik dasa yg tdk diampuni! neraka tempatmu dwi

2024-03-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!