Setelah sampai di rumah Dwi,mereka semua mengobrol apa adanya dan tampa terasa jam sudah menunjukkan pukul 09.00 malam. Pak Aji yang melihat jarum jam di tangannya pun terus pamit pulang,Mbak Hos pun mengikuti Pak Aji pulang setelah di iyakan oleh Mas Hery dan Dwi.
Kini hanya tinggal dua sejoli yang baru menikah,walau mereka sama-sama menikah yang kedua kalinya. Tapi bagi Dwi,itu adalah hal yang sangat membahagiakan.
Akhirnya mereka pun tidur untuk melaksanakan kewajibannya sebagai suami istri,yang sebelum itu mereka berdua melaksanakan Shalat Isyak dengan ber Jemaah.
Pagi tiba,
Mereka pun sudah bangun dan sudah bersantai diruang tamunya,Dwi yang biasanya masak sedikit. Kini ia memasak lebih banyak,karena hari ini mereka berdua sama-sama meminta Cuti kepada Bosnya masing-masing.
Mereka terus bersenda gurau tampa lelah,sesekali mereka saling menggelitik sembari menanam kemesraan diantara mereka berdua.
Satu hari dua malam mereka menghabiskan waktu untuk saling mengenal mencari titik celah diantara keduanya,kini di pagi yang cerah Mas Hery pamit pulang kepada Dwi. Dengan tujuan untuk bekerja,Dwi yang juga mau bekerja pun mengiyakan saj Suaminya pulang.
Hari demi hari mereka bekerja berasingan,setiap hari mereka berdua tidak pernah lupa untuk saling menghubungi sekedar saling menanyakan kabar masing-masing.
Setiap sabtu sore,Mas Hery pulang kerumah Dwi. Dan setiap hari senin pagi,Mas Hery pulang kerumahnya sendiri untuk bekerja. Begitulah seterusnya dan seterusnya,hingga satu Tahun lebih mereka jalani dengan penuh harmonis, tampa ada salah dan tidak pernah saling menyalahkan.
Mereka berdua saling memahami dan mengerti dengan kerjaan mereka sendiri,hingga keduanya pun menjalani dengan penuh kebahagiaan.
Hingga hari itu pas di hari Minggu,Mas Hery yang waktu itu sedang bersenda gurau dengan teman temannya sambil membakar ayam. Tiba-tiba ada Tamu dua orang,yang Mas Hery sendiri tidak mengenalnya.
Mereka datang kerumah Dwi,dn menanyakan tentang Mas Hery seraya berdiri didepan rumah Dwi. Mas Hery yang merasa curiga dengan tamu itu,iapun pamit kepada teman-temannya untuk pulang menemui tamu-tamunya.
Sesaat tiba dirumah Dwi,Mas Hery sudah melihat mereka berdua sudah mengobrol dengan Dwi. Mas Hery yang melihat itu ia merasa curiga,dan di tambah lagi dengan keadaan Dwi yang terlihat pucat.
Mas Hery pun duduk di samping keduanya, dengan kepala yang menunduk karena sungkan. Sedang tamu-tamunya itu menatap Mas Hery seraya berbisik satu sama lain,sambil tersenyum sinis kepada Mas Hery.
Sedangkan Dwi yang tadinya duduk bersama tamunya itu,sekarang ia kembali kekamarnya karena sudah ada Mas Hery yang menemani.
Seketika hening tampa kata,mereka bertiga sama-sama diam dengan hati yang penuh tanda tanya.
"Dik...! Apa benar kamu yang namanya Hery?" Tanya salah satu tamu itu kepada Mas Hery sambil mendongakkan kepalanya melihat Mas Hery,Mas Hery yang mendengar itu. Ia langsung menjawab dengan anggukan saja.
"Apa benar kamu sudah menikahi Dwi?" Yang satunya lagi bertanya kepad Mas Hery dengan sopan.
Mas Hery langsung menatap tajam kepada dua tamu itu dengan silih berganti,lalu ia menjawab dan menceritakan semua kepada tamunya itu.
"Plaaaak....!"
Salah satu dari tamu itu tiba-tiba menampar Mas Hery,sesaat setelah ia menceritakan semuanya apa yang terjadi kepada Mas Hery dan Dwi. Mas Hery yang merasakan sakit karena tamparan itu,langsung berdiri dan mencoba untuk memukulnya. Namun tamu yang satunya lagi langsung melerai seraya menangkis pukulan dari Mas Hery.
Dwi yang mendengar ada tamparan,ia begegas keluar untuk melihatnya. Wajah Dwi langsung memirah karena marah melihat suaminya sudah di tampar oleh ponakannya sendiri.
"Kenapa kamu menampar suamiku?" Tanya Dwi membentak,seraya memegangi pipi Suaminya.
"Karena dia menikahi kamu tampa memberi tau aku...!"
"Untuk apa aku ngasih tau kamu,sedangkan kamu sendiri tidak mau membantuku disaat aku kebakaran dulu...!"
"Asal kamu tau...! Mas Hery inilah yang membelikan aku baju dan lain sebagainya diwaktu kebakaran tempo hari,dan Mas Hery inilah yang selalu ada buat aku disaat aku membutuhkan...! Sedangkan kamu,..." Dwi menjelaska kepada ponakannya dan menyindirnya.
"Jadi,,,! Jangan pernah kamu menyakiti dia lagi,atau kamu tidak akan pernah aku anggap sebagai ponakanku lagi...!"
"Aku yang meminta Mas Hery untuk menikahiku,awalnya Mas Hery menolak permintaanku...! Tapi lantaran aku difitnah,dan aku juga memaksa dia untuk menikahiku walau hanya satu jam...! Dan dengan tujuan untuk menutupi fitnahan itu,makanya ia menuruti kemauanku..."
"Dan kamu juga sudah melihat sendiri kan,bahwa pernikahanku dengan Mas Hery sudah berjalan satu tahun lebih,itu berarti Mas Hery mencintai aku seperti halnya aku mencintainya..!"
Dwi terus nyerocos sendiri menjelaskan dengan rasa jengkel dan kesal kepada ponakannya itu, tampa memberi kesempatan kepada mereka berdua. Sementara Mas Hery sendiri,hanya diam mematung mendengarkan penuturan Istrinya kepada ponakannya. Walau sesekali,Mas Hery merasa terhina karena diperlakukan seperti itu oleh ponakan Istrinya.
"Sekarang juga kalian pulang dari rumah ini,dan jangan pernah datang lagi untuk menemuiku selagi kalian tidak mau menerima dia sebagai Suamiku dan minta maaf kepadanya...!" Tambah Dwi lagi seraya melototi wajah-wajah ponakannya,sambil membelalakkan matanya.
Ponakan-ponakannya itu pun merasa bingung,mereka sama-sama tidak tau apa yang harus di lakukan. Sementara Dwi,hanya memperhatikan Suaminya tampa memperdulikan ponakannya seraya mengusap pipinya yang memar karena tamparan.
"Kenapa masih diam? Dan kenapa masih ada disini..?" Dwi terus bertanya,namun ponakannya itu hanya saling pandang seakan saling menyalahkan.
"Biiik...! Maafkan kami,kami yang salah...!" Salah satu ponakannya memberanikan diri untuk bicara.
"Sekarang kalian pulang saja...!" Sahut Dwi tampa menoleh kepadanya,dan tidak menerima permintaan maafnya.
Ponakan ponakannya pun langsung berdiri,dan terus melangkahkan kakinya keluar dengan penuh rasa bersalah. Sementara Dwi,sedikitpun tidak mau melirik kearah mereka. Dwi hanya meladeni suaminya dengan penuh kasih sayangnya,sedang Mas Hery pun tidak mengeluarkan sepatah kata kepada ponakan istrinya. Ia hanya memilih diam karena masih geram,dan kesal kepada ponakannya.
Setelah kedua tamu itu lenyap dari pandangan Dwi,ia memilh untuk tidur bersama Suaminya yang sebelumnya sudah diajak masuk kekamarnya oleh Dwi.
Tengah hari mereka bangun dari tidurnya,Dwi dan Mas Hery langsung menuju kekamar mandi.
Setelah semuanya siap,kini Mas Hery mengajak Dwi jalan-jalan sekedar menghilang pikiran yang stres. Dwi pun setuju dengan ajakan suaminya itu,tampa berpikir panjang.
Mas Hery mengemudi mobilnya dengan hati hati,sedangkan Dwi duduk disamping Suaminya dengan tersenyum manis seraya mensyukuri kebahagian yang ia rasakan. Mereka mengobrol seadanya tampa henti,hingga tidak terasa dengan sekejap mereka sudah sampai ketempat yang mereka tuju.
Mas Hery mencari tempat parkir di area pemarkiran mobil,dan terus memarkirkan mobilnya. Lalu mereka turun dan masuk ke Mol itu untuk mencuci mata,Mas Hery terus menggandeng tangan Dwi dan tak mau melepaskannya.
Mereka mengelilingi tempat keramaian itu dengan rasa bahagia,dan sesekali mereka menatap baju-baju bagus yang bergantungan disebuah toko ketoko yang lainnya. Hingga tidak terasa hari pun sudah sore,dan mereka pun berniat untuk pulang. Tapi sebelum pulang, mereka masih menyempatkan diri untuk makan berdua ditempat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments