Sekolah berakhir semua teman kelas Mora berhamburan keluar dari kelas, begitu juga Mora. Leah yang melihat Mora lewat hanya menatap dingin Mora tanpa melakukan apapun, mereka masih harus menyusun strategi untuk membalas Mora.
'Ck, mata mereka setajam induk ayam.' Batin Mora, lalu berlalu pergi.
"Kita akan balas dia, besok aku akan membawa sesuatu yang akan membuat dia kesakitan." Gumam Leah.
Leah melihat Brandon juga mulai bangun dan hendak keluar dari kelas, dengan cepat Leah langsung ikut berdiri dan menghampiri Brandon dengan senyum manis manjanya yang memuakkan.
"Brandon, setelah ini kamu ada acara tidak?" Tanya Leah.
"Acaraku banyak." Ujar Brandon acuh.
Tampaknya Brandon memang tidak menyukai Leah, dan hanya Leah yang mengklaim Brandon sepihak.
"Mau nonton bareng denganku, nggak?" Tanya Leah.
Saat itu Brandon melihat Mora yang berjalan menuju lobi, Brandon pun tersenyum.
"Tidak bisa, aku sudah punya janji." Ujar Brandon, dan berlari pergi meninggalkan Leah.
"Tapi, Brandon.." Panggil Leah, dengan nada kecewa.
Leah melihat kemana Brandon berlari, rupanya Brandon menghampiri Mora. Leah pun menjadi marah dan mengepalkan tangannya.
"Mora.. Aku akan membuat kamu tidak dilirik lagi oleh Brandon." Gumam Leah.
Saat sedang kesal, tiba - tiba Aby muncul di sana. Aby terkejut melihat Leah dan kawan - kawannya, berada di sana dan dia hendak balik lagi, tapi terlambat, Leah sudah lebih dulu melihatnya.
"Hei kau!" Panggil Leah pada Aby.
Aby berlari tapi dengan cepat Rubi mengejarnya, mereka langsung membekap Aby lalu menyeret Aby masuk kedalam toilet.
"Hmm! Hmmp! Mmmph!" Aby mencoba berteriak tapi tidak bisa.
Kyomi memasang tanda toilet rusak agar tidak ada yang masuk kesana, dan kini Aby di masukkan kedalam bilik toilet dengan kasar.
"Kenapa lari, hm? Memangnya kami se menyeramkan itu?" Tanya Leah.
Leah tidak berkaca bahwa dia memang menyeramkan. Sekarang Aby sudah berkaca - kaca hendak menangis dengan nafas tersenggal senggal, sementara Leah malah dengan santai mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya lalu menyalakannya dengan santai.
"Kenapa kamu menggangguku lagi, bukannya Mora sudah masuk hari ini?" Ujar Aby dengan suara gemetar.
"Ya, dia memang sudah masuk. Tapi dia sedang tidak bisa kami ganggu jadi kami mengganggumu lagi, kamu tidak keberatan, kan?" Tanya Leah dengan enteng lalu menyemburkan asap rokoknya pada Aby.
"Tapi aku tidak punya masalah dengamu atau kalian, kenapa kalian menggangguku?" Ujar Aby, air matanya sudah menetes sekarang.
"Kamu lupa kamu sudah berusaha menyaingiku? Itu juga adalah sebuah masalah yang besar." Ujar Leah.
"Aku sudah minta maaf dan.."
"PLAK!!"
Aby langsung menangis tersedu - sedu, tapi dengan sigap Anet menyumpal mulut Aby dengan kaos kaki miliknya sementara Kyomi dan Rubi memegang kedua tangan Aby, Leah yang melihat itu hanya tersenyum smirk saja.
"Sedikit bau, tapi kamu beruntung itu kaos kaki kesayanganku." Ujar Anet, sambil tertawa.
Mendengar itu Aby langsung ingin muntah, tapi dia tidak bisa karena kaos kaki Anet memenuhi mulutnya.
"Wah, kamu jadi kehilangan satu pasang kaos kaki." Ujar Kyomi.
Mereka senang melihat Aby sangat menderita, Aby hendak memuntahkannya pun tidak bisa dan berakhir mual - mual sendirian sambil menangis.
"Ewwww.." Kyomi merasa jijik melihat Aby yang mual - mual sampai ingusan.
Tiba - tiba Leah mendekatkan puntung rokoknya yang menyala dan menunjukannya di depan mata Aby dan berkata..
"Apa kamu sudah pernah merasakan bagaimana rasanya jika ini menempel di kulitmu?" Tanya Leah, Aby langsung menggeleng ketakutan dengan wajah pias menahan muntah.
"Maka kamu akan tahu rasanya sekarang." Ujar Leah dengan wajah tersenyum seram.
Dan yang terdengar hanya jeritan tertahan dari Aby karena mulutnya di bekap oleh Rubi, di tambah toilet itu lumayan jauh dari koridor jadi tidak ada yang mendengar dari luar.
Sementara itu di lobi sekolah, Mora masih menunggu supirnya dengan bosan. Bosan karena makhluk berjenis kelamin laki - laki yang masih bocah kemarin sore bernama Brandon masih saja setia menunggunya di sana.
"Bisa pergi tidak!?" Ujar Mora ketus.
"Tidak." Sahut Brandon.
Mora sudah mengusir Brandon dengan cara halus sampai sedikit ngotot hingga sekarang sudah menjadi kesal tapi Brandon masih diam di tempat. Di tambah lagi kedatangan para pengikut Brandon yang entah dari mana datangnya tiba - tiba muncul.
"Uuuu... tidaaakkk.." Ujar teman - teman Brandon.
"Kalian tahu Mora si culun, tidak?" Tanys Mora pada teman - teman Brandon.
"Tahu dong, dia kan si cengeng dan si culun Mora yang selalu tertindas oleh Leah and the gank, siapa yang tidak kenal dia." Ujar salah satu teman Brandon yang bernama Tiko.
"Nah, dia itu aku." Ujar Mora, dia ingin agar para bocah menjengkelkan itu pergi darinya.
Tapi keempat teman Brandon hanya diam lalu kemudian tersenyum dan berkata..
"Nggak mungkin.." Ujar teman - teman Brandon bersamaan.
"Tanya saja Brandon." Ujar Mora.
Ketiga teman Brandon langsung menatap Brandon seakan meminta jawaban dari Brandon.
"Bukan." Sahut Brandon.
'Bocah sialan, lama - lama ku buat jadi rujak juga dia.' Mora membatin dengan kesal sembari menatap Brandon.
Beruntungnya supir Mora akhirnya tiba juga, Mora pun langsung buru - buru lari dan masuk ke dalam mobil, dan bernafas lega.
"Jalan pak." Ujar Mora.
Sementara teman - teman Brandon, mereka langsung menggoda Brandon setelah Mora lari.
"Yah~ pergi Don." Ujar teman Brandon yang bernama Revan.
Tapi bukannya marah Brandon malah hanya tersenyum - senyum saja melihat Mora pergi.
"Dia lagi mabuk cinta, dunia hanya milik dia seorang." Ujar teman Brandon yang bernama Andi.
"Tapi serius, dia anak baru kan? Aku nggak pernah melihat dia sebelumnya." Ujar Tiko.
Brandon dan teman - temannya tidak berada di satu kelas, jadi tentu saja mereka tidak tahu kegemparan di ruang kelas sebelumnya.
"Cantik kan?" Tanya Brandon.
"Banget." Sahut ketiga temannya bersamaan.
Mora sampai di rumah, dan Roseline terkejut melihat seorang gadis asing memasuki rumahnya. Roseline langsung menghampiri Mora dengan wajah terbingung - bingung.
"Eit - eit! Stop!" Roseline menghentikan langkah Mora.
"Kenapa bibi berdiri di depanku?" Tanya Mora.
"Siapa kamu? Kenapa sembarangan masuk kerumah orang." Ujar Roseline.
"Bibi tidak mengenaliku? Aku keponakan bibi, Mora." Sahut Mora.
"Mana ada Mora seperti kamu, Mora itu berpenampilan jelek dan berkacamata." Ujar Roseline.
'Wah, mulut bibi jahat satu ini benar - benar, minta di lem.' Batin Mora kesal.
"Aku Mora, bi. Aku merubah penampilanku, agar tidak selalu jelek. Masa anak papa Jelek." Ujar Mora.
"Kamu pikir saya semudah itu percaya? big No! Keluar kamu, mau maling ya?!" Ujar Roseline, tidak percaya juga.
"Ck! Maling.." Gumam Mora.
Mora akhirnya mengambil kuncirannya di tas dan mengikat rambutnya, ia lantas mengeluarkan kaca tebalnya dan mengenakannya. Roseline sampai menutup mulutnya setelah mengenali bahwa itu Mora.
"See?? Ini aku, Mora." Ujar Mora, lalu berjalan pergi meninggalkan Roseline yang masih keheranan sambil menutup mulutnya.
"Bagaimana bisa dia berubah begitu drastis hanya dengan melepas kaca mata?" Roseline masih heran sambil bergumam.
Dan tak berapa lama datanglah Aby dengan mata sembab dan rambut acak - acakan, Aby menggunakan masker untuk menutupi wajahnya Roseline sampai tidak mengenali bahwa itu Aby karena Aby tidak memakai seragam sekolah melainkan pakaian lain.
"Eit- eit! Siapa kamu! Sembarangan memasuki rumah orang." Roseline kembali menghadang seperti saat dia menghadang Mora.
"Ini aku ma, Aby.." Ujar Aby, tapi Suara bindeng Aby membuat Roseline tidak mengenalinya.
"Jangan ngaku - ngalu kamu, anak saya cantik jelita tidak seperti kamu." Ujar Roseline.
Mendengar itu Aby kembali menangis, dan langsung membuka maskernya. Roseline terkejut karena ternyata itu sungguhan Aby, Aby yang marah itu langsung berlari ke kamarnya.
"Loh, sayang kamu kenapa?" Teriak Roseline tapi Aby tidak menggubris dan langsung mengunci dirinya.
"Kenapa Mora pulang menjadi gadis cantik tapi putriku justru berpenampilan berantakan? Ini pasti ada yang tidak beres." Ujar Roseline dan pergi mengetuk kamar Aby.
Mora hanya tersenyum dingin melihat penampilan Aby yang acak - acakan tadi dari atas lantai dua. Ya.. Mora menonton bagaimana Aby pulang dengan menyedihkan, dia melipat kedua tangannya dan tersenyum puas melihatnya.
'Kau merasakannya juga, Aby? Tapi aku belum puas.. Aku akan membuatmu semakin menderita dan hancur.' Batin Mora dengan senyum dinginnya.
...TO BE CONTINUED......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
aneh banget ya sekolah bisanya main bully tak pernah ketahuan...huh
2024-12-06
1
beybi T.Halim
sekolah elite ada pembully_an?🤔cctv nya rusak kah??bully sdh masuk kriminal ini
2025-01-18
2
Julia Juliawati
ini di sekolah ko ga ada guru yg lihat ya? terlalu sadis Thor. g mencerminkan anak sekolah g bermoral mrk
2024-10-23
1