Keesokan harinya, Mora turun dari atas dan ia melihat papanya yang akan berangkat kerja. Mora memberanikan diri dan berlari kecil menghampiri Andreas yang hendak pergi, tapi Aby yang melihat Mora berlari segera ikut berlari dan dengan halus memasang kakinya sampai Mora tersandung dan langsung menabrak tubuh Andreas.
"MORA!!" Bentak Andreas. Rupanya Andreas sedang memegang kopi di tangannya dan kopi itu kini tumpah bahkan mengenai baju Andreas.
"Pa- papa, maaf. Mora tidak sengaja." Mora ketakutan dan langsung pias.
"Kenapa kamu selalu begitu ceroboh! Lihat apa yang kamu perbuat, bisa tidak berperilaku yang benar sedikit!" Bentak Andreas.
"M- Mora tidak sengaja, pa." Gumam Mora dengan air mata yang beruraian.
"Sedikit - dikit nangis! Usiamu sudah tujuh belas tahun, Mora." Ujar Andreas, Mora semakin menangis saja dan berdiri ketakutan.
"Papa jangan marahi Mora, dia hanya tersandung kakinya sendiri sampai jatuh." Ujar Abygail yang berpura - pura melindungi Mora.
"Lihatlah Aby, contoh dia. Dia begitu rapi dan bisa merawat dirinya sendiri, tapi kamu seperti anak tidak terurus." Ujar Andreas, padahal memang Mora tidak ada yang mengurus, semua perhatian tercurah untuk Aby saja.
"Maaf, papa. Aku hanya ingin minta tanda - tangan papa untuk tripku nanti." Ujar Mora akhirnya.
Andreas merebut kertas dari tangan Mora lalu menandatanganinya dengan kesal.
"Terimakasih, pa." Ujar Mora.
Andreas pun pergi meninggalkan Mora dan Abygail, Abygail tersenyum samar mengejek Mora dalam hatinya.
'See, seharusnya kamu mati saja, Mora. Papamu lebih pantas menjadi papaku.' Batin Aby.
"Mora, kamu tidak apa - apa?" Tanya Aby berpura - pura prihatin.
"Aku tidak apa - apa, terimakasih Aby." Ujar Mora dan Aby pun mengangguk.
Dan singkat cerita akhirnya mereka berdua berangkat ke sekolah bersama, Aby menggunakan mobil khusus miliknya dan Mora pun demikian. Keduanya sampai di sekolah, saat di sekolah Aby seolah tidak mengenal Mora dia cari aman dari gadis - gadis yang selalu merundung Mora.
"Oh yuhu.. si culun Mora rupanya masih hidup, aku pikir dia sudah mati kemarin." Ujar Leah si ketua geng, lalu di susul tawa oleh ketiga temannya.
Aby langsung buru - buru pergi menyibukkan dirinya, padahal Mora sangat ingin meminta Aby untuk menemaninya.
"Oi si culun Mora, ayo ikut!" Salah satu teman Leah yang bernama Rubi menarik paksa Mora dan memiting kepala Mora di keteknya sambil berjalan.
Semua orang menertawakan Mora yang selalu kena buly Leah dan kawan - kawan, mereka tidak mengasihani Mora dan justru ikut menertawakan bahkan menyoraki aksi pembulian itu.
"Lihat - lihat! Siapa ya iniiii...." Ujar teman Leah yang bernama Kyomi, sambil menunjukan foto Mora.
Mora terkejut melihat foto memalukan dirinya yang rupanya sudah terpampang di forum sekolah. Foto itu di ambil ketika perundungan kemarin terjadi, dimana Leah dan kawan - kawan lebih dulu mengambil foto Mora yang bajunya di buka paksa oleh Leah sebelum di coret - coret.
"Wah, di sekolah kita ada calon sugar baby.." Ujar teman Leah yang bernama Anet.
"Mati aja lu culun! Malu - maluin. Tampang jelek begitu nggak pantes hidup." Ujar salah seorang murid, lalu di susul tawa oleh yang lainnya.
"DEG!" Mora terkejut, bahkan teman kelasnya pun menyuruhnya untuk mati.
Mora langsung melepas paksa pitingan tangan Rubi lalu dia merobek fotonya. Tapi Leah dan kawan - kawan justru hanya tertawa melihat itu.
"Percuma kamu robek, semua juga sudah pada lihat. Karena aku.. menyebarnya di group sekolah, hahaha." Ujar Kyomi, dia sangat puas melihat Mora yang selalu menangis.
Mora merebut ponsel Kyomi lalu membantingnya ke lantai, semua orang terkejut melihat itu dan seketika hening sejenak.
"Ponsel baruku, AMORA!!!" Teriak Kyomi marah, Amora langsung lari dan Kyomi langsung mengejarnya.
"Culun! Berhenti kau!" Teriak Kyomi.
Mora berlari menaiki tangga dan terus naik sampai di atap sekolah, dia pikir pintunya bisa di tutup dari luar tapi ternyata tidak. Kyomi dan yang lain pun akhirnya berhasil menyusul Mora.
"K- Kyomi, maaf." Ujar Mora ketakutan.
"Maaf! Maaf! Asal kamu tahu ya culun! Itu ponsel baruku, dan itu limited." Ujar Kyomi marah.
"Tangkap dia girls." Titah Leah.
Mora yang sendirian akan selalu kalah melawan empat sekawan itu, Mora dengan mudah tertangkap dan Leah langsung melayangkan tamparannya pada Mora.
"Plak!" Satu kali tamparan dan terdengar sangat nyaring.
"Kenapa kalian selalu merundungku? Aku bahkan tidak pernah mengganggu kalian, dan tidak pernah berbuat salah pada kalian." Ujar Mora.
"Ada, salahmu adalah kamu lahir ke dunia ini. Kamu jelek, menjengkelkan, menggelikan dan menjijikan. Dan kami paling tidak betah melihat sampah sepertimu berada di depan kami." Sahut Leah.
"Tapi aku tidak mengganggu kalian." Ujar Mora.
"Intinya kami tidak suka. Kalau kamu mau menyalahkan, salahkan dirimu yang sialan ini terlahir di dunia." Ujar Anet menimpali.
Mora di dorong sampai jatuh lali Rubi langsung menyiram air minumnya di kepala Mora sampai basah kuyup. Tak hanya itu, Kyomi yang kesal menjambak rambut Mora sampai Mora meringis kesakitan.
Kyomi menampar berulang kali wajah Mora sampai hidung dan bibirnya keluar darah, lalu menghempaskannya sampai kepala Mora membentur lantai dengan keras.
"Sakit.." Rintih Mora.
"Mati aja kamu sialan!" Ujar Kyomi marah.
Kyomi sangat kesal, bahkan ia menendangi tubuh Mora yang sudah meringkuk kesakitan. Jika Rubi tidak menghentikannya mungkin Kyomi masih melanjutkan aksinya.
"Udah Ky, nanti dia mati beneran." Ujar Rubi.
"Mati ya mati aja, dia emang sampah menjijikan." Ujar Kyomi.
Mora tidak bergerak sama sekali, akhirnya Leah dan kawan - kawannya pergi meninggalkan Mora sendiran di atap sekolah.
Mora menangis kesakitan karena seluruh tubuhnya sudah remuk mendapat pukulan setiap hari dari Leah dan kawan - kawan.
'Aku menyerah Tuhan.. aku minta maaf, tapi aku menyerah. Aku terlalu sakit..' Batin Mora.
Kepalanya sudah berputar hebat, bahkan untuk sekedar bergerak saja Mora akan merasakan tulangnya sakit, nafas pun dia kesulitan.
'Mama, Mora pulang ke rumah Tuhan saja, supaya Mora bisa ketemu mama. Tidak ada yang sayang Mora di sini..' Batin Mora lagi.
'Papa juga berubah setelah mama pergi, Mora kesakitan sendirian.. Mora ikut mama saja.' Batin Mora lagi.
Nafas Mora kian memendek dan tatapannya menatap langit pagi yang cerah itu sebelum akhirnya tertutup.
Tiba - tiba Mora terbangun di tempat yang aneh, tempat itu hanya penuh dengan asap putih saja sampai Mora tidak bisa melihat apapun.
"Mora.." Panggil sebuah suara.
"Siapa??" Mora bertanya - tanya.
Mora melihat cahaya yang terang, dia tersenyum dan yakin bahwa dirinya sudah mati. Mora berlari menghampiri cahaya itu dan berhasil masuk, cahaya tadi kemudian menutup dan hilang.
Tapi tiba - tiba satu sosok muncul dan dia kebingungan di sana, tempat itu sangat aneh baginya.
"Apa aku sudah mati? Beraninya dia menjebakku, aku tidak terima aku mati begitu saja, aku mau balas dendam." Ujarnya dengan amarah.
"JDER!!" Tempat itu menjadi gelap seperti badai, awan putih tadi berubah menjadi hitam.
"Aku Amora Titania Gwyneth, tidak terima dengan kematianku." Ujarnya lagi, sampai tiba - tiba..
"E- eh! Eh!" Tiba - tiba sosok itu terombang ambing dan seperti di tarik oleh sesuatu.
Berpindah ke dunia nyata, tubuh Mora masih tergeletak di atap sekolah. Tiba - tiba matanya terbuka namun tatapannya tidak takut atau lemah seperti sebelumnya, tatapannya sangat tajam.
'Hm, dimana ini?' Batinnya.
'Apa aku hidup lagi?' Batin Mora.
Mora bergerak, tapi merasakan sekujur tubuhnya sakit semua.
"Sialan, siapa yang membuang jasadku kemari. Mereka pasti melempar asal jasadku di bangunan ini, tubuhku sakit semua." Gumamnya.
"Kenapa suaraku berubah? Ekhem! Ekhem! Haaaaaaaa Aaaaa Iiiiiiii Uuuuu Eeeee Oooo.." Mora seperti bukan Mora, dia terlihat sangat aneh sekarang.
"Bisa begitu? Haha, sudahlah, yqng penting aku hidup lagi, aku akan balas kalian para penghianat." Gumamnya lalu bangun.
"Woi Lah! Apa - apaan dengan seragam sekolah ini! Mereka jadiin jasadku loly - loly wibu, kah?" Mora merasa geli melihat dirinya memakai seragam sekolah.
"Eww, najis." Gumamnya lalu mencari pintu untuk turun dari atap.
Mora berjalan menuruni tangga dengan menahan kesakitan di sekujur tubuhnya, dia terkejut karena rupanya itu bangunan sekolah, dan lebih terkejut lagi ketika melihat semua orang melihat kearahnya.
"Oh, masih berani turun juga ternyata?" Ujar Leah pada Mora.
'Ngomong sama siapa dia?' Batin Mora, dia lalu melirik ke kanan dan ke kiri tapi tidak ada siapapun.
"Kamu ngomong sama siapa?" Tanya Mora.
"Pake nanya. Di sini yang culun dan jelek sekaligus menjijikan hanya kamu doang." Ujar Rubi.
'Sialan! culun, jelek dan menjijikan katanya? Apa dia tidak tahu aku ini independent woman yang di kejar banyak pria? Bocah kemaren sore berani ngomong se sadis itu sama orang yang lebih tua.' Batin Mora.
Mora tidak menggubris ucapan Rubi, dia tidak mau membuang waktu dan langsung berjalan pergi dari sana. Sampai tiba - tiba kepalanya berdenging hebat dan entah ingatan apa yang muncul di kepalanya saat ini.
Semua ingatan aneh dan gadis berwajah aneh muncul berputar - putar di kepalanya dan semua ingatan itu sangat buruk dan menyakitkan, Mora sampai terduduk di lantai saking sakitnya kepalanya itu.
"Astaga! Siapa dia, kepalaku sakit sekali rasanya." Gumam Mora.
Mora tiba - tiba pingsan karena tidak bisa menahan sakit kepala karena bayangan asing dan wajah gadis berkacamata aneh di ingatannya.
TO BE CONTINUED..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
awesome moment
mora loncat ke mora?
2025-01-12
1
Shinta Dewiana
mora yg cengeng bener2 udah menyusul mamanya skrg mora yg berani datang....hayuuu....balaskan mereka semua....
2024-12-06
2
Nur Bahagia
wkwkwk mora yg ini bikin bengek 🤣🤣🤣
2024-09-10
1