Mora terbangun di rumah sakit, entah bagaimana dan siapa orang yang sudah membawanya ke rumah sakit. Ia menatap sekelilingnya dan kini di ingatannya ada dua ingatan berbeda, di hatinya merasakan kepedihan, kekecewaan, dan kerinduan yang teramat sangat.
"Orang baik mana yang membawaku kerumah sakit." Gumam Mora.
Pintu terbuka, dan seorang pria paruh baya tampak masuk kedalam ruangan Mora. Entah mengapa di hatinya berdenyut sakit ketika melihat pria paruh baya itu.
'Kenapa hatiku sakit melihat pria ini?' Batin Mora heran.
"Kamu sudah bangun? Kenapa tidak sekalian saja mati?" Ujar pria itu.
"Apa - apaan anda, sembara..."
"Sudah merasa menjadi jagoan, hah!? Berkelahi di sekolah sampai babak belur, kamu pikir kelakuanmu tidak membuat masalah?!" Bentaknya, dia adalah Andreas.
"Aku tidak berkelahi di sekolah, misiku terlalu banyak, untuk apa berkelahi di sekolah?" Ujar Mora dingin.
"Misi apa? Mempermalukan orang tua? Seharusnya kamu contoh Aby, dia sangat cerdas, disiplin, dia juga tidak pernah membuat masalah sepertimu." Ujar Andreas.
Mora tampak diam, dia otaknya mencerna sosok yang Andreas sebut.
'Aduh! Siapa bayangan gadis ini, kenapa di kepalaku banyak kenangan asing?' Batin Mora.
"Kamu papa hukum, satu minggu tidak usah sekolah." Ujar Andreas.
'Papa? Sejak kapan aku punya papa? Ini sebenarnya aku di dunia bagian mana?' Batin Mora.
Mora bangun dan langsung mencabut jarum infus di tangannya, Andreas yang melihat itu pun langsung kembali marah.
"Mora! Bisa tidak jangan selalu membuat papa pusing!" Bentak Andreas.
"Kalau begitu jangan urusi aku, urusi saja keponakan kesayangan papa. Toh selama ini papa tidak pernah sekalipun peduli padaku, di hati papa selalu hanya Aby." Ujar Mora tiba - tiba.
'Eh, kenapa aku bicara seperti itu? Kenapa aku malah melow?' Batin Mora heran sendiri.
Kata - kata itu muncul sendiri di hati Mora dan seakan meledak - ledak,
Andreas yang mendengar itu menjadi diam, dia seakan tersinggung. Mora berjalan menuju ke kamar mandi dan dia duduk di kloset.
Mora lalu berdiri dan hendak mencuci wajahnya, sampai dia terkejut dan mundur ketika melihat sosok lain berdiri di cermin.
"Hua!! Astaga maaf nona, saya tidak tahu wc ini terhubung." Ujarnya pada cermin.
"Kamu juga pasien di sini?" Tanya Mora.
Tapi gadis di cermin itu diam dan justru mengikuti pergerakan dirinya, bahkan ketika dirinya berbicara pun gadis itu ikut seolah bicara. Mora lantas melambai - lambaikan tangannya di depan cermin, dan lalu perlahan menyentuh cermin itu.
Mora menyadari bahwa itu adalah cermin yang berarti gadis di cermin itu adalah refleksi dirinya, dia pun langsung pias melihat itu.
"Astaga, A- aku kenapa jadi orang lain?" Gumam Mora.
Mora terdiam dan dia mengingat - ingat kejadian sebelumnya, dia lantas menyadari bahwa dia bangun di tubuh gadis lain yang saat ini dia gunakan tubuhnya.
"Jadi aku pasti sudah mati, jasadku entah dimana dan jiwaku pasti masuk kedalam raga gadis ini. Ingatan di kepalaku sudah pasti milik pemilik asli tubuh ini, kenapa dia sangat menderita." Gumam Mora.
"Tok! Tok! Tok!"
Suara di ketuk dari luar toilet.
"Mora, ini aku Aby.." Teriak Abygail dari luar.
'Jadi namamu juga Mora? Gadis malang yang selalu di rundung. Jangan khawatir, karena aku memakai tubuhmu, aku akan balas mereka yang merundungmu. Aku akan berikan keadilan atas kematianmu yang tidak adil.' Batin Mora.
"Aku akan menjaga tubuhmu ini sebaik - baiknya, terimakasih Mora." Gumam Mora pada pantulan dirinya di cermin.
Mora lalu keluar dari toilet dan seorang gadis memeluknya, Mora yakin gadis itu adalah gadis yang bernama Aby, yang di sama - samakan dengannya.
"Mora, aku takut dan khawatir sekali saat kamu di bawa ke rumah sakit." Ucap Aby dengan nada sedih.
'Jadi benar, dia yang bernama Aby. Kenapa filingku mengatakan dia ini jahat pada pemilik asli tubuh ini, dia hanya berpura - pura baik.' Batin Mora.
"Mora, kenapa kamu diam saja? Apakah masih ada yang sakit?" Tanya Aby.
"Lepas, menggelikan di peluk olehmu." Ujar Mora dingin.
Aby terkejut mendengar dingin nya suara Mora dan tatapan Mora yang tidak lagi takut dan lemah seperti biasanya, tatapan Mora sangat datar.
"M- maaf Mora, aku hanya khawatir kepadamu." Ujar Aby dan berpura - pura terhuyung kebelakang.
"Mora! Aby mengkhawatirkanmu, kenapa kamu mendorongnya!?" Ujar Andreas yang melihat Aby terhuyung.
"Mata papa yang sebelah mana yang melihat aku mendorongnya? Aku bahkan tidak menyentuh tubuhnya secuil pun." Ujar Mora.
"Papa, Mora tidak mendorongku, aku yang berdiri tidak seimbang." Ujar Aby.
"Dan kau, stop panggil papaku dengan sebutan papa, dia bukan papamu." Ujar Mora dingin.
"Mora!" Bentak Andreas.
"Shhh!!! Sebenarnya yang pasien rumah sakit aku atau Aby? Kenapa papa sejak tadi terus membentak aku." Ujar Mora.
"Kamu keterlaluan sekali!" Ujar Andreas.
"Aku keterlaluan? Papa yang keterlaluan. Papa terus mengutamakan Aby dari pada aku, di mata papa hanya Aby yang unggul, papa tidak pernah melihatku bahkan tidak peduli padaku." Ujar Mora.
"Kenapa, pa? Jika papa menilaiku selalu salah, seharusnya papa tahu dari mana kesalahan itu berasal. Papa tidak pernah barang secuilpun memperhatikan aku." Ujar Mora dengan mata berkaca - kaca.
"Lebih baik papa pergi, kau juga Aby." Ujar Mora lalu merebahkan dirinya di ranjang rumah sakit.
"Ayo Aby, jangan hiraukan ucapan Mora, kamu boleh memanggil papa." Ujar Andreas.
"Mora, aku minta maaf. Kamu benar aku tidak seharusnya memanggil paman dengan sebutan papa, aku hanya merindukan sosok papaku saja." Ujar Aby dengan isakan kecil yang di buat - buat.
'Lihat itu, Ratu drama yang sesungguhnya. Mora.. Mora.. Kamu gadis lugu yang terlalu polos sampai tidak tahu trik menjijikan dari Aby.' Batin Mora.
Andreas lalu pergi dari ruangan Mora bersama Aby.
'Mora, kamu pasti kesakitan sendirian selama ini. Jangan khawatir, aku akan membalas mereka yang menyakitimu.' Batin Mora sendiri, dia merasakan hatinya seperti tersayat - sayat.
Dan setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit, akhirnya Mora di perbolehkan pulang. Namun Mora yang sekarang bukan Mora yang dulu, Mora si culun yang lemah itu telah mati dan berganti menjadi Mora yang dingin dan tidak lagi takut - takut.
"Non Mora, selamat datang kembali du rumah.. bibi sudah masakkan makanan kesukaan non Mora." Ujar bibi pelayan rumah.
"Terimakasih bi, kebetulan aku lapar." Ujar Mora.
"Kalau begitu ayok, bibi siapkan makanan." Ujar bibi.
Mora berjalan ke meja makan, tapi dia mengernyit ketika melihat semua menu makanan yang sudah di siapkan di meja makan.
'Jelas Mora yang asli tidak menyukai makanan ini, ini makanan kesukaan Aby semua.' Batin Mora.
"Aku tidak mau makan makanan ini, ganti semua menu makanannya, bi." Ujar Mora.
"Tapi kan non paling suka makanan ini semua." Ujar bibi.
"Bukan aku yang suka, tapi Aby. Ganti menunya, apapun itu selain semua makanan ini." Ujar Mora.
"Baik nona, bibi masak yang lain." Pelayan itu pun mengangguk patuh walau dia masih kebingungan.
"Bi, masakkan aku makanan yang dulu mamaku suka." Ujar Mora tiba - tiba.
"Oh, baik non." Ujar bibi dan mengangkat semua makanan di meja makan.
Aby terlihat datang dari luar, dia sepertinya baru kembali setelah shoping mengingat ini hari libur sekolah karena banyak paper bag di tangannya.
"Bibi, aku lapar." Teriak Aby.
"Ini bukan hutan, kenapa harus berteriak." Ujar Mora.
"M- Mora? Kamu sudah pulang?" Ujar Aby terkejut karena dia tidak tahu hari ini Mora pulang dari rumah sakit.
"Kenapa? Kamu pias seperti melihat hantu." Ujar Mora.
"Mora, aku semang akhirnya kamu kembali." Ujar Aby dan hendak memeluk Mora, tapi Mora langsung menehan tubuh Aby.
"Mora apa kamu marah padaku, kenapa kamu jadi mengindariku setelah kecelakaan?" Tanya Aby dengan wajah yang di buat sedih.
'Gadis ini benar - benar calon perusak keluarga orang, masih kecil sudah menjadi ratu Drama.' Batin Mora.
Mora tidak menyahut, dia berjalan pergi begitu saja. Aby yang di kacangi itu pun menjadi kesal, dia lebih kesal lagi karena di meja makan masih kosong belum ada makanan.
"Bi! Kenapa makanannya belum siap!" Teriak Aby.
"Sudah aku bilang jangan berteriak, ini bukan hutan. Aku yang meminta bibi mengganti menu makanan, jangan komplen." Teriak Mora dari tangga.
"Semua makanan di meja itu makanan kesukaanmu, dan aku tidak suka makanan itu." Ujar Mora dan lanjut naik ke atas.
'Ada apa dengan dia? Kenapa dia menjadi berani sekarang, biasanya apapun yang aku katakan dia selalu menurut.' Batin Aby.
Mora masuk kedalam kamarnya, dan dia langsung tercengang melihat kamar milik Mora yang asli.
"What the... ini kamar apa taman kanak - kanak." Gumam Mora.
Mora menutup pintu kamar dan tercengang melihat nuansa kamar Mora yang asli. Kamarnya berwarna pink, banyak boneka di lemari, stiker kupu - kupu dan ornamen - ornamen tidak jelas.
"Oh Mora.. kamu pasti gadis yang sangat feminin. Tapi maaf, aku tidak feminin sepertimu, kamar ini terpaksa harus aku rubah total." Gumam Mora.
Mora bahkan geli melihat motif sprei ranjang Mora asli yang bermotif bunga - bunga berwarna pink.
"Aku yang akan mengendalikan tubuhmu, jadi maaf.. semua tentangmu harus aku ganti." Gumam Mora lagi.
...TO BE CONTINUED.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
awesome moment
bgoos. buat aby jd rempeyek
2025-01-12
1
zeus
Naah.. Mc tuch gini
Badas, ga letoy
2025-02-09
0
Shinta Dewiana
mantap
2024-12-06
1