delapan belas.

Hari masih gelap. Udara juga masih terasa sangat dingin. Naii sudah terbangun dan berkutat menjemput rezekinya. Ia tampak sibuk menyiapkan pesanan Mbak Fhitry yang mana akan mengadakan syukuran hari ini.

Peluh terkadang mengalir dari sudut pelipisnya, ia menyekanya menggunakan lengan pakaian panjangnya.

Kue dadar, risol, dan pie jelly menjadi pilihan Mbak Fhitry untuk acaranya. Ia terlihat begitu bersemangat menjemput rezekinya.

Tak lupa ia memotret beberapa kue yang sudah selesai, lalu menyimpannya di galeri, dan akan ia unggah bersamaan.

pukul 9 pagi ia telah menyelesaikan semuanya. Aliyah ikut membantu menata risol dalam wadah toples transfaran. Ia tampak begitu bersemangat.

Tak lupa Naii mengunggah hasil memasak pesanannya hari ini ke akun media sosialnya, dan ia menuliskan caption jika ia menerima pesanan dan juga delivery diarea terdekat lingkungannya. Naii sengaja membuat pengaturan publik pada akun medianya, agar menjangkau lebih banyak orang.

"Oleh ntak, Bu," ucapnya dengan mata berbinar. Naii menganggukkan kepalanya dengan senyum dibibirnya. "Ambil yang masih dinampan, ya. Karena itu punya Tante Fhitry," Naii mengingatkan puteri kecilnya.

Gadis kecil itu terlihat sumringah. Satu pie berukuran kecil dengan isian jelly didalamnya menjadi pilihan untuk camilannya.

"Nak, Bu," pujinya kepada Naii, memberikan nilai plus untuk kue dengan rasa garing, renyah dan gurih.

Naii tersenyum sumringah mendapatkan pujian itu dari sang anak. "Makasih, Sayang," Naii menanggapi pujian sang anak. "Ayo kita ke rumah Tante Fhitry untuk antar pesanannya," ajak Naii kepada bocah tersebut.

"Ayo," sahutnya dengan cepat. Ia dengan cepat ikut melangkah mengekori sang ibu. "Tapi janji jangan nakal disana, ya," pesan Naii sekali lagi.

Aliyah menganggukkan kepalanya dengan cepat. Ia ingin meyakinkan sang ibu jika ia tidak nakal.

"Ahnaf, ibu pergi dulu, ya. Ibu sebentar kok. Makan siang kamu bisa ambil sendiri dimeja belajar-kan?" ucap Naii sebelum pergi.

bocah itu menganggukkan kepalanya dan mencoba memahami kondisi yang ada saat ini. Sebab sang ibu juga berjuang untuknya.

Naii telah memasang diappers untuk Ahnaf, jika tiba-tiba bocah itu ingin buang air kecil, maka tak perlu untuk ke kamar mandi.

Naii berjalan kaki menuju ke rumah Mbak Fhitry jarak 500 meter baginya tidak terlalu jauh, ia membawa dua buah keranjang yang mana pagangannya ia lekatkan diujung siku.

Aliyah tampak senang. Ia tak sabar untuk lekas sampai dirumah wanita baik hati itu. Sebab ada banyak makanan tentunya disana.

Sesampainya dirumah Mbak Fhitry, ia tampak sibuk dengan berbagai kegiatan memasaknya. Ada beberapa tetangga yang membantu.

"Mbak, ini pesanannya," ucap Naii.

"Oh, iya. Makasih, ya," Mbak Fhitry meraih keranjang tersebut. "Naii, jangan pulqng dulu, bantuin mbak cuci piring, nanti mbak kasih upah, sekalian uang kuenya," ujar mbak Fhitry. Tatapan memohonnya tak dapar membuat Naii untuk menolak keinginan wanita itu.

Acara dimulai. Para tetangga dan kerabat berdatangan. Naii sibuk didapur untuk membantu melayani acara tersebut hingga selesai. Tak lupa ia membersihkan dapur yang berserakan dan juga piring kotor yang seperti diminta oleh Mbak Fhitry padanya.

"Ini siapa, mbak?" tanya seorang tamu yang melihat Naii sangat asing baginya.

"Oh, adikku," jawab Mbak Fhitry cepat, ia seperti tampak masih sangat sibuk. "Adik mbak Fhitry kenapa kelihat kucel ya?" ucap wanita itu lagi dengan keponya.

Mbak Fhitry mendenguskan nafasnya, " Ya wajar dia kucel, sebab dia yang membuat semua makanan enak yang kamu nikmati barusan. Sedangkan ia tak sempat untuk mengurus dirinya, karena terlalu sibuk mengurus semua ini," jawab Mbak Fhitry.

"Ooh, ku kira tadi hanya pembantu," jawab wanita itu lagi.

Mbak Fhytri membolakan matanya menatap wanita yang menjadi tamunya itu."Jaga prilaku saat dirumah seseorang. Bu Nina disini tamu, dan tidak berhak mengkomentari apapun yang ada dirumah seseorang," ucap Mbak Fhitry dengan nada kesal. Ia tak menyukai siapapun yang mencoba menghina atau merendahkan Naii, apalagi didepannya.

Naii mungkin hanya seorang teman dan pernah membantunya sekali dalam kesulitan, tetapibagi Fhitry, ia menganggap wanita itu sebagai adiknya, dan akan terus membantunya selagi ia masih mampu.

Wanita berpakaian mahal dengan gaya yang sangat mencolok ity tampak tak suka dengan jawaban mbak Fhitry. Ia tak dapat menerimanya, kemudian memilih untuk pergi sebelumnya setelah memasukkan beberpa potong kue ke dalam tasnya.

Hari sudah hampir sore. Naii berulang kali melihat jam dinding yang saat ini menunjukkan pukul empat sore. Ia gelisah memikirkan kondisi Ahnaf. Ia sudah membereskan semua piring kotor dan juga menyapu rumah sahabatnya itu.

Terlihat mbak Fhitry baru selesai melayani tamu undangan acara syukurannya. "Mbak," bisik Naii. Ia tak lagi dapat terlalu lama. Ia harus segera pulang.

"Aku puoang, ya. Kasihan Ahnaf," bisik Mbak Fhitri.

"Kamu, sih. Seharusnya kamu bawa tadi dia kemari, kan ada kursi roda," jawab Mbak Fhitry.

"Tidak mengapa, Mbak. Nanti justru merepotkan kalau disini," tukas Naii cepat.

Mbak Fhitry menghela nafasnya dengan berat. "Tunggu bentar, awas kalau kamu pulang nyelonong," ancam Mbak Fhitry. Ia masuk ke dalam rumah. Naii tampak gelisah karena memikirkan kondisi Ahnaf yang sedari tadi ia tinggal sendirian.

Beberapa menit kemudian, terlihat Mbak Fhitry datang membawa kantong plastik berukuran besar yang mana ia sendiri tidak tahu apa isinya.

"Ini bawa untuk makan dirumah, dan ini uang kue serta uang kamu bantu-bantu tadi," ucap Mbak fhitry memberikan amplop yang dipegangnya kepada Naii.

Naii terperangah. Ia menerima kantong kresek dan amplop tersebut. "Ini isinya apaan, Mbak? Berat banget," Naii merasa penasaran.

"Sudah, bukanya dirumah saja," balas Mbak Fhitry cepat.

Naii rasanya ingin menangis. Ia tidak dapat menggambarkan bagaimana kebaikan wanita itu padanya.

"Makasih banyak, Mbak," ucapnya dengan haru. Wanita itu hanya menganggukkan kepalanya, dan Naii bergegas pulang. Ia sudah tak sabar ingin segera tiba dirumah.

Aliyah mengekorinya dari arah belakang dengan langkah yang riang, sebab hari ini ia banyak sekali memakan berbagai makanan yang enak.

Terlihat Naii tampak kesulitan membawa kantong kresek tersebut, sebab sangat berat, dan ia sendiri belum melihat isinya.

Sekitar lima belas meter dari rumah kontrakannya, ia melihat sepeda motor Hardi terparkir didepan rumahnya. Seketika senyumnya menghilang, ia mengetahui jika kegelisahannya sedari tadi adalah karena ada sesuatu hal yang tidak baik sedang terjadi pada Ahnaf.

Naii berdiam sejenak. Ia meminta Aliyah untuk tidak berisik. Ia meletakkan kantong kresek yang dibawanya didepan pintu dapur belakang. Lalu perlahan menggeser motor milik Hardi kebelakang dapur dan memasukkannya dengan sangat hati-hati. Kemudian ia meminta Aliyah berdiam diri dapur.

Setelah itu ia masuk mengendap-endap melalui pintu depan dan mengintai apa yang sedang dikerjakan oleh pria tak berguna tersebut.

Ia terkejut, saat menemukan Hardi memasuki kamar, dan ia sedang ingin mengambil ponsel milik Ahnaf yang diletakkan bocah itu dibawah bantal.

Naii berkacak pinggang sembari membawa sisa sambal yang dimasaknya subuh tadi.

"Eheem... Sedang apa?" tanya Naii dengan tatapan dinginnya.

Hardi tersentak kaget saat mengetahui aksinya dipergoki. Lalu ia memutar tubuhny, dan tangannya sedang memegang ponsel milik Ahnaf.

"Letakkan benda itu," hardik Naii dengan penuh penekanan.

"Aku butuh benda ini, Selly ingin ponsel mahal," jawab Hardi santai.

"Letakkan!" Naii mengulangi ucapannya, berharap pria itu tak mengambil benda yang menjadi satu-satunya hiburan untuk Ahnaf.

Hardi tak mengindahkannya, ia menepis pundak Naii agar menjauh dari pintu yang menghalangi jalannya. Tetapi sebelum pria itu pergi dengan mudah, ia mengusapkan sambal yang digenggamnya sedari tadi ke wajah pria itu.

Sraaaaaap...

"Aaassrrrrggh..." teriak Hardi kesakitan

Lalu Naii merampas ponsel tersebut dan mendorong tubuh pria itu ke luar rumah, dan menutup pintu dengan segera.

Pria itu kesakitan dan berjalan sembarangan. Ia meminta tolong kepada orang-orang untuk memberikannya air agar dapat membasuh wajahnya.

Saat bersamaan, Maya datang dan memberikan pertolongan kepada Hardi. Pria ia merasakan kedua matanya sangat perih. Ia meringis kesakitan, dan berjalan sempoyongan menuju ke rumah kontrakannya.

Meengetahui Hardi sudah pergi. Naii menuju dapur, memeriksa sepeda motor, dan beruntungnya ada kelengkapan surat disana. Naii segera memiliki ide untuk hal itu.

Terpopuler

Comments

ₕₒₜ cₕₒcₒₗₐₜₑ

ₕₒₜ cₕₒcₒₗₐₜₑ

kenapa gak kayak gini dr dulu naiiii

2024-04-02

0

Kartini Kartini

Kartini Kartini

jual naik buat ganti biaya anak kamu berobat yang mana uang nya dirampas mantan suamin gak berguna

2024-03-30

0

Muj Ran

Muj Ran

bagus Naii di jual saja itu motor 🤭

2024-03-27

0

lihat semua
Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 empat
5 Lima
6 enam
7 tujuh
8 delapan
9 sembilan
10 sepuluh
11 sebelas
12 Dua belas
13 tigabelas
14 empatbelas
15 lima belas
16 enambelas
17 tujuhbelas
18 delapan belas.
19 motor
20 motor-2
21 fitnah
22 Hardi
23 mulai
24 semua
25 awal
26 Siapa?
27 Pesanan
28 Tanya
29 Masuk
30 Kaget
31 Dilema
32 Salah
33 Dia
34 Dia-1
35 bagaimana
36 Mengapa
37 Tersentak
38 Panik.
39 dilema lagi
40 pesanan Dia
41 pertemuan
42 pwrtemuan-2
43 awal pernikahan
44 Iri Hati
45 episode-45
46 episode-46
47 episode-47
48 episode-48
49 episode-49
50 episode-50
51 episode-51
52 episode-52
53 episode-53
54 episode-54
55 N:JpAD-55
56 episode-56
57 episode-57
58 sosok
59 Sosok-1
60 sosok2
61 sosok-3
62 Sosok-4
63 sosok-5
64 Siapa?
65 siapa-1
66 siapa-2
67 siapa-3
68 siapa-4
69 episode-69
70 episode-70
71 Dia
72 Dia-1
73 Dia-2
74 Dia-3
75 Dia-4
76 Dia-5
77 Dia-6
78 Dia-7
79 -Dia-8
80 Resah
81 resah-2
82 resah-2
83 Amarah
84 Amarah-1
85 episode-85
86 mendadak nikah
87 episode-87
88 episode-88
89 Halal
90 Awal Baru
91 episode-91
92 Hari pertama.
93 Rasa itu
94 Sabar
95 Sesuatu
96 Benih rasa
97 Ruang dingin
98 rasa itu
99 Kedengkian
100 Api cemburu
101 Sial
102 Asa
103 102
104 Siapa?
105 Kamu
106 episode-106
107 episode-107
108 episode-108
109 episode-109
110 episode-110
111 Episode-111
112 episode-112
113 episode-113
114 episode-114
115 episode-115
116 episode-116
117 episode-17
118 episode-118
119 episode-119
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
empat
5
Lima
6
enam
7
tujuh
8
delapan
9
sembilan
10
sepuluh
11
sebelas
12
Dua belas
13
tigabelas
14
empatbelas
15
lima belas
16
enambelas
17
tujuhbelas
18
delapan belas.
19
motor
20
motor-2
21
fitnah
22
Hardi
23
mulai
24
semua
25
awal
26
Siapa?
27
Pesanan
28
Tanya
29
Masuk
30
Kaget
31
Dilema
32
Salah
33
Dia
34
Dia-1
35
bagaimana
36
Mengapa
37
Tersentak
38
Panik.
39
dilema lagi
40
pesanan Dia
41
pertemuan
42
pwrtemuan-2
43
awal pernikahan
44
Iri Hati
45
episode-45
46
episode-46
47
episode-47
48
episode-48
49
episode-49
50
episode-50
51
episode-51
52
episode-52
53
episode-53
54
episode-54
55
N:JpAD-55
56
episode-56
57
episode-57
58
sosok
59
Sosok-1
60
sosok2
61
sosok-3
62
Sosok-4
63
sosok-5
64
Siapa?
65
siapa-1
66
siapa-2
67
siapa-3
68
siapa-4
69
episode-69
70
episode-70
71
Dia
72
Dia-1
73
Dia-2
74
Dia-3
75
Dia-4
76
Dia-5
77
Dia-6
78
Dia-7
79
-Dia-8
80
Resah
81
resah-2
82
resah-2
83
Amarah
84
Amarah-1
85
episode-85
86
mendadak nikah
87
episode-87
88
episode-88
89
Halal
90
Awal Baru
91
episode-91
92
Hari pertama.
93
Rasa itu
94
Sabar
95
Sesuatu
96
Benih rasa
97
Ruang dingin
98
rasa itu
99
Kedengkian
100
Api cemburu
101
Sial
102
Asa
103
102
104
Siapa?
105
Kamu
106
episode-106
107
episode-107
108
episode-108
109
episode-109
110
episode-110
111
Episode-111
112
episode-112
113
episode-113
114
episode-114
115
episode-115
116
episode-116
117
episode-17
118
episode-118
119
episode-119

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!