Tiga

Naii mencoba menarik nafasnya dengan berat, ibarat sudah terjatuh tertimpa tangga pula nasibnya saat ini.

"Kita mau kemana, Bu?" tanya Aliyah yang saat ini sudah tampak mulai mengantuk.

"Mau ke penampungan, tepatnya digudang," sambut Maya dengan senyum sinis.

Naii merapatkan giginya dan merasakan jika kali ujiannya sangat begitu berat.

"Bu, apa benar kita mau tidur digudang?" Sela Ahnaf dengan wajah lugunya.

"Kalau sudah miskin, tidur dimana saja juga biasa. Sudah mending Mbak Fhitry mau menampung," sambut Rani dengan gelak tawa yang semakin membuat Naii merasa down.

"Diam!! Punya mulut bisa gak sih dijaga? Mau saya nampung itu urusan saya. Bukannya bantu, tapi cuma bisa nyinyir doank," mbak Fhitry merasa jengah dengan segala ocehan mereka. Lalu ia menarik pergelangan tangan Naii untuk segera pergi dari hadapan para tetangga julid bin nyelekit.

Mereka bergegas pergi dan memilih untuk menghindari ocehan para tetangga yang saat ini akan membuat hati Naii semakin sakit.

Sesampainya dibelakang rumah Mbak Syahfitri, mereka menurunkan barang yang terlalu banyak dan juga tak begitu istimewa.

"Hanya ini yang bisa mbak lakukan, Naii. Maafkan mbak," ucap Mbak Fhitry dengan lirih.

"Ya ampun, mbak. Ini juga sudah bersyukur, andai mbak tidak memberikan tumpangan, maka saya pasti akan tidur dijalanan," jawab Naai penuh sungkan .

Sementara itu, Hardi sedang berada cafe bersama Selly si janda pirang yang saat ini menjadi primadona bagi pengunjung cafe tersebut. Banyak pelanggan yang berusaha ingin mendapatkan layanan si janda pirang yang menampilkan pesona luar biasa. Tak terkecuali Hardi yang saat ini sedang gencar untuk mendekatinya.

"Hallo, Selly cantikku," ucapnya dengan gaya yang sok maskulin. Ia menghampiri wanita malam itu dengan menyelipkan selembar uang ratusan ribu pada bra yang dikenakan oleh sang wanita malam.

"Ih, Bang Hardi, jangan dekat-dekat. Nyawer juga cuma seratus ribu doank," balas Selly acuh.

"Aduuh, jangan gitu donk, Sayang. Abang masih banyak uang, yang penting kamu pua-sin abang malam ini," rayu Hardi yang sudah melingkarkan kedua tangannya dipinggang wanita tersebut.

Sementara itu, Naii masih membersihkan gudang yang sedikit berdebu. Ia harus berbagi tempat dengan barang-barang milik Mbak Fhitry. Tetapi ini sudah sangat ia syukuri, setidaknya ia tidak tidur dijalanan ataupun kolong jembatan yang memungkinkan rawan akan tindak kejahatan.

Naii menggelar kasur lusuhnya, lalu memasang sprei untuk membuatnya lebih nyaman.

"Bu, Liyah lapar," rengek si bungsu, sembari mengusap perutnya yang rata. Ia terlihat lebih kurus dan kekurangan asupan gizi karena kondisi orangtuanya yang sangat memprihatinkan.

Naii meraaakan hatinya sangat teriris mendengar penuturan puterinya. Ia mencoba membongkar bungkusan kain yang menyimpan barang-barangnya. Ia mengingat ada dua sisa pisang goreng dari dagangannya sore tadi.

Setelah membongkar setengah barangnya, ia menemukan yang ia cari. "Ahnaf, sini, Sayang," panggilnya kepada si sulung. Ia tahu puteranya itu juga belum makan malam, tetapi lebih memilih tidak rewel, sebab mengerti kondisi ibunya.

"Iya, bu," jaqabnya. Lalu meletakkan barang yang masih tersisa diluar.

"Sini, makan. Hanya pisang goreng, makan bagi dua dengan adik, ya?" ucap Naii, sembari memberikan satu pisang goreng kepada masing-masing keduanya.

Dilain sisi, Hardi sedang berkaraoke dengan ditemani oleh Selly sebagai pemandunya. Tampak Pria itu sangat begitu senang. Ia akan menyelipkan lembaran uang ke dalam bra wanita malam itu setiap kali mendapatkan kecupan dipipinya.

"Ibu makan juga, ya," ucap Ahnaf, lalu membagi dua pisang goreng ditangannya.

Naii menggelengkan kepalanya. "Ibu sudah makan, kakak makan saja, biar cepat besar," ucap Naii ditengah kebohongannya, sebab perutnya saat ini sangat perih, karena ia memiliki penyakit maagh, itu disebabkan karena seringnya kekurangan makanan.

Ahnaf merobek sedikit pisang gorengnya, lalu menyuapkannya pada Naii, "Makanlah, Bu," pintanya dengan tatapan penuh cinta.

Naii tak mampu membendung air matanya ia akhirnya membuka mulutnya dan menerima secuil pisang goreng itu, meskipun tak memungkiri jika itu tak mampu membuatnya kenyang.

"Assallammualikum," suara mbak Fhitry dari ambang pintu.

"Waalaikum salam," jawab ketiganya serempak.

Wanita itu berjalan masuk dengan membawa sepiring nasih dan juga kelambu yang sudah tampak kusam, namun masih dapat digunakan.

"Ini makanan untuk makan malammu, hanya ini yang tersisa, tadi mbak tidak masak, sebab Kang Jaya membeli dari warung nasi," ucap wanita itu sembari menyerahkan yang ia bawa.

Naii menyambutnya. Tanpa mampu ia tahan, akhirnya air matanya tumpah juga.

"Sudahlah, jangan menangis. Kamu harus kuat, demi anak-anakmu." Mbak Fhitry mencoba membelai ujung kepala Naii untuk memberikan semangat kepadanya.

"Makasih banyak, mbak, atas semuanya," ucap Naii tergugu.

"Iya.. Hanya ini yang dapat mbak bantu untukmu. Jangan lupa kelambunya dipasang, sebab banyak nyamuk," pesan mbak Fhitry.

Naii hanya dapat menganggukkan kepalanya. Lalu tetangga yang sudah menolongnya itu berpamitan.

Ahnaf mengunci pintu gudang, dan malam ini mereka bermalam digudang milik mbak Fhitry bersama barang-barang lainnya.

"Horee, ada daging ayam, Bu," sorak Ahnaf kegirangan saat melihat sepotong daging ayam rendang yang berada diatas nasi putih yang terlihat menggunung. Sepertinya mbak Fhitry sengaja memberi banyak nasi dengan porsi bertiga.

Naii hanya dapat tersenyum kecut, sebab ia sangat jarang memberi anaknya makan enak. Dapat makan dengan garam ataupun ikan asin saja sudah sangat bersyukur, konon pula untuk membeli ayam, maka itu hanya dalam impian saja.

"Kakak dan adik mau makan?" tanya Naii, sembari menyeka air matanya yang mengalir dari sudut matanya.

Tampak kedua bocah itu bersemangat menyantab makan malamnya, dan Naii hanya memakan nasi dengan bumbunya saja.

"Enak, Bu," celoteh Aliyah dengan girangnya.

Naii hanya menaggapinya dengan senyum miris.

Sementara itu, Mbak Fhitry memasuki kamarnya dan ingin beristirahat.

"Anak-anaknya sudah makan?" tanya Jaya dengan nada lirih.

"Sudah, Kang," jawab Fhitry, sembari naik ke atas ranjang.

"Heeh..," terdengar Jaya menghela nafasnya dengan berat, "Mengapa ada manusia berhati keras seperti itu?" gumamnya lirih.

"Ya adalah, itu si Hardi, contohnya," jawab Fhitry dengan sebal. "Rasanya pengen banget aku gelitiki ginjalnya si Hardi," Fhitry menimpali ucapnnya.

"Sudahlah, yang penting suami kamu tidak seperti itu, dan kita bantu semampunya," potong Jaya.

Fhitry menganggukkan kepalanya, lalu mencoba untuk tertidur, sebab ia juga sudah lelah.

Didalam gudang, Naii memasang kelambu pemberian dari mbak Fhitry, dan menidurkan kedua anaknya.

Ia memandang wajah kedua anaknya dengan penuh iba.

"Ibu berjanji tidak akan membuat kalian sengsara lagi. Semua akan ibu lakukan untuk membuat kalian bahagia," gumam Naii lirih sembari menyapu ujung kepala kedua anaknya. Ia bertekad untuk memperbaiki hidupnya yang sangat terpuruk.

Terpopuler

Comments

Eka Novariani

Eka Novariani

saat ahnaf menyuapi ibunya dgn secuil pisang goreng tak terasa air mata ku meleleh...

2024-05-02

1

ghina amd

ghina amd

semangat naii...tendang aja tu si hardi

2024-04-25

0

ₕₒₜ cₕₒcₒₗₐₜₑ

ₕₒₜ cₕₒcₒₗₐₜₑ

kira2 di kehidupan nyata,beneran ada yg kayak nai gak ya??🤔
klo ada semoga lekas diberi kebahagiaan,kecukupan dan keluarga yg harmonis

2024-03-26

1

lihat semua
Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 empat
5 Lima
6 enam
7 tujuh
8 delapan
9 sembilan
10 sepuluh
11 sebelas
12 Dua belas
13 tigabelas
14 empatbelas
15 lima belas
16 enambelas
17 tujuhbelas
18 delapan belas.
19 motor
20 motor-2
21 fitnah
22 Hardi
23 mulai
24 semua
25 awal
26 Siapa?
27 Pesanan
28 Tanya
29 Masuk
30 Kaget
31 Dilema
32 Salah
33 Dia
34 Dia-1
35 bagaimana
36 Mengapa
37 Tersentak
38 Panik.
39 dilema lagi
40 pesanan Dia
41 pertemuan
42 pwrtemuan-2
43 awal pernikahan
44 Iri Hati
45 episode-45
46 episode-46
47 episode-47
48 episode-48
49 episode-49
50 episode-50
51 episode-51
52 episode-52
53 episode-53
54 episode-54
55 N:JpAD-55
56 episode-56
57 episode-57
58 sosok
59 Sosok-1
60 sosok2
61 sosok-3
62 Sosok-4
63 sosok-5
64 Siapa?
65 siapa-1
66 siapa-2
67 siapa-3
68 siapa-4
69 episode-69
70 episode-70
71 Dia
72 Dia-1
73 Dia-2
74 Dia-3
75 Dia-4
76 Dia-5
77 Dia-6
78 Dia-7
79 -Dia-8
80 Resah
81 resah-2
82 resah-2
83 Amarah
84 Amarah-1
85 episode-85
86 mendadak nikah
87 episode-87
88 episode-88
89 Halal
90 Awal Baru
91 episode-91
92 Hari pertama.
93 Rasa itu
94 Sabar
95 Sesuatu
96 Benih rasa
97 Ruang dingin
98 rasa itu
99 Kedengkian
100 Api cemburu
101 Sial
102 Asa
103 102
104 Siapa?
105 Kamu
106 episode-106
107 episode-107
108 episode-108
109 episode-109
110 episode-110
111 Episode-111
112 episode-112
113 episode-113
114 episode-114
115 episode-115
116 episode-116
117 episode-17
118 episode-118
119 episode-119
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
empat
5
Lima
6
enam
7
tujuh
8
delapan
9
sembilan
10
sepuluh
11
sebelas
12
Dua belas
13
tigabelas
14
empatbelas
15
lima belas
16
enambelas
17
tujuhbelas
18
delapan belas.
19
motor
20
motor-2
21
fitnah
22
Hardi
23
mulai
24
semua
25
awal
26
Siapa?
27
Pesanan
28
Tanya
29
Masuk
30
Kaget
31
Dilema
32
Salah
33
Dia
34
Dia-1
35
bagaimana
36
Mengapa
37
Tersentak
38
Panik.
39
dilema lagi
40
pesanan Dia
41
pertemuan
42
pwrtemuan-2
43
awal pernikahan
44
Iri Hati
45
episode-45
46
episode-46
47
episode-47
48
episode-48
49
episode-49
50
episode-50
51
episode-51
52
episode-52
53
episode-53
54
episode-54
55
N:JpAD-55
56
episode-56
57
episode-57
58
sosok
59
Sosok-1
60
sosok2
61
sosok-3
62
Sosok-4
63
sosok-5
64
Siapa?
65
siapa-1
66
siapa-2
67
siapa-3
68
siapa-4
69
episode-69
70
episode-70
71
Dia
72
Dia-1
73
Dia-2
74
Dia-3
75
Dia-4
76
Dia-5
77
Dia-6
78
Dia-7
79
-Dia-8
80
Resah
81
resah-2
82
resah-2
83
Amarah
84
Amarah-1
85
episode-85
86
mendadak nikah
87
episode-87
88
episode-88
89
Halal
90
Awal Baru
91
episode-91
92
Hari pertama.
93
Rasa itu
94
Sabar
95
Sesuatu
96
Benih rasa
97
Ruang dingin
98
rasa itu
99
Kedengkian
100
Api cemburu
101
Sial
102
Asa
103
102
104
Siapa?
105
Kamu
106
episode-106
107
episode-107
108
episode-108
109
episode-109
110
episode-110
111
Episode-111
112
episode-112
113
episode-113
114
episode-114
115
episode-115
116
episode-116
117
episode-17
118
episode-118
119
episode-119

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!