tujuh

"Tunggu," cegah, mbak Fhitry saat keduanya berada diambang pintu.

Ahnaf dan juga Aliyah menghentikan langkahnya, lalu menoleh kembali ke arah wanita yang memanggilnya.

"Ini ada tante beliin jajanan dari mini market," ucap wanita itu, lalu menuju ruang tengah dan mengambil kantong kresek berisi dua buah kotak susu cair rasa coklat dan dua bungkus snack keripik kentang.

"Nah, ini untuk kalian,"

Kedua bocah itu membolakan matanya. Dua jajanan itu tentu sangat istimewa bagi mereka, sebab sangat jarang sekali mereka dapat membeli jajanan seperti itu, bahkan hampir tidak pernah terbeli, sebab untuk makan saja mereka terkadang harus menahan lapar jika dagangan sang ibu tidak laku terjual, dan terpaksa harus memakan sisa dagangan tersebut.

"Beneran, Tan?" ucap keduanya dengan rasa tak percaya.

Fhitry menganggukkan kepalanya. "Ini hadiah untuk kaliam berdua, karena sudah bantuin cuci piring yang kotor," jawab Fhitry dengan senyum prihatinnya

Keduanya kegirangan dan tak dapat mengungkapkan apapun yang kini menjadi rasa syukur yang sangat luar biasa pada hari ini.

"Makasih, Tante," ucap mereka bersamaan. Lalu beranjak pergi dengan hati yang tak dapat mereka ungkapkan bahagianya.

Sementara itu, Naii berjalan dengan gontai menuju kediamannya. Ia merasakan sakit dihatinya. Bukan karena perceraiannya, tetapi cara Hardi menceraikannya didepan umum yang membuat ia harus menahan malu. Bagaiamanapun setiap manusia memiliki air muka yang harus dijaga.

Ia memasuki gudang dengan hati yang tak dapat lagi diungkapkan. Orang-orang menghinanya dengan segala ketidakberdayaannya. Dan benar kata pepatah 'Sahabat atau keluarga ialah orang yang mengulurkan tangannya disaat kamu terjatuh untuk membantumu'.

"Ibu....," teriak kedua bocah itu penuh kegirangan. Keduanya berlari menghampiri Naii yang seketika terbuyar lamunannya.

Tampak keduanya sedang menghi-sap sekotak kecil susu UHT dengan rasa coklat. Binar mata keduanya tampak begitu bahagia.

Malaikat kecil itu berlari memeluknya, mereka seolah ingin berbagi kebahagiaan bersamanya. "Bu, ini enak, tadi dikasih tante Fhitry," ocehnya dengan penuh bersemangat, "Nih cobain, Bu," ucap Ahnaf, lalu menyodorkan sedotan kecil itu ke pada ibunya.

Naii yang tadi terlihat gundah, seketika membuang kesedihannya agar tidak terlihat oleh kedua anaknya, cukup hanya ia yang tahu betapa hancurnya perasaan yang kini ia rasakan.

"Oh, ya.. Coba sini ibu rasa," ucapnya dengan cepat, lalu menyeruput sedikit susu cair yang diberikan oleh Ahnaf,

"Emmmm.. Enak, bilang apa tadi sama tante?" ucap Naii, lalu mengusap ujung kepala puteranya.

"Ucap Makasih, Tante," Ahnaf menirukan ucapannya saat tadi bersama Fhitry.

"Anak Ibu pinter," puji Naii pada puteranya.

"Bu, cobain punya Liyah," ucap puterinya tak mau kalah, dan juga ingin berbagi dengan sang ibu.

Naii tersenyum tipis, lalu menirukan cara yang sama saat dengan Ahnaf.

Tampak gadis itu kegirangan saat sang ibu menerima pemberiannya. Sebab ada istilah, sesakitnya meminta tak diberi, tetapi lebih sakit saat memberi tetapi menerima penolakan.

"Ayo, kita sarapan," ucap Naii, sembari mengangkat kantong kresek berisi nasi bungkus yang dibelinya tadi.

"Kami sudah sarapan, Bu. Tadi diberi nasi goreng oleh Tante," jawab Ahnaf, "Ibu saja yang makan,"

Naii tak lagi mampu menyembunyikan rasa harunya. Terlalu banyak bantuan yang diberikan oleh mbak Fhitry padanya. Ia merasa hanya wanita itu satu-satunya yang mengerti akan kondisinya saat ini, sementara yang lainnya hanyalah menjadi penonton dan juga penyorak yang handal.

Wanita itu berjalan masuk bersama kedua puteranya. Ia membuka bungkusan nasi tersebut, lalu memakan setengahnya dan menyisakan untuk makan berikutnya.

Perutnya yang perih karena terlambat untuk sarapan, semakin perih saat diisi dan membuatnya merasa sakit pada lambungnya.

Melihat sang ibu meringis kesakitan, Ahnaf langsung tanggap dan mencari minyak kayu putih Aliyah lalu memberikannya pada sang ibu.

Wanita itu merasa tersanjung atas perhatian yang diberikan oleh puteranya, lalu ia menerima botol berwana hijau itu dengan cepat, lalu membalurkannya ke perutnya yang perih.

*****

Hari semakin siang. Naii merasakan jika ia harus kembali mencari penghasilan. Uang yang ia dapatkan barusan hanya dapat untuk memenuhi makan mereka hingga dua hari berikutnya.

"Aku harus mencari pekerjaan untuk tambahan," gumam Naii, sembari bersandar didinding gudang.

Ahnaf datang menghampirinya, lalu tanpa diperintah memijat betis kakinya yang saat ini mengalami keram.

Rasa lelah yang ia rasakan saat ini, sirna seketika saat sang buah hatinya memberikan perhatian yang begitu manis.

"Ahnaf, ibu mau cari pekerjaan disekitar sini, kamu jangan bermain terlalu jauh, jagain adik ya," pesan Naii kepada puteranya.

"Ibu baru saja beristirahat, mengapa harus pergi lagi?" tanya Ahnaf dengan iba.

"Tak mengapa, Sayang. Tugas orangtua itu memberikan perlindungan dan juga makan pada anak-anaknya," jawab Naii dengan penuh kelembutan.

Sebenarnya hati Ahnaf tak rela. Ia masih ingin terlalu lama bermanja dan bermain dengan ibunya, tetapi sepertinya itu sangat sulit ia dapatkan.

"Jika tugas orang tua berkewajiban memberi nafkah, mengapa ayah tidak pernah bekerja? Bahkan selalu meminta uang pada ibu," ucap Ahnaf, yang tentunya hal itu sangat membuat Naii terbungkam. Ia tak menduga jika seorang bocah berusia enam tahun itu ternyata memperhatikan prilaku ayahnya selama ini.

"Semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya kelak dihadapan Allah. Baik dan buruknya prilaku dan perbuatan kita, semua akan ada balasannya," Naii menimpali ucapan puteranya.

Ahnaf menatap ibunya dengan tatapan penuh arti. Kemudian menganggukkan kepalanya.

Naii tersenyum, tipis, lalu akan beranjak pergi untuk mencari pekerjaan tambahan setelah memulung. Ia harus secepatnya dapat mengontrak rumah.

"Bu," panggil Ahnaf.

"Ya," jawab Naii tanpa menoleh ke arah puteranya.

"Ahnaf boleh gak pindah ke pesantren?" ucap sang bocah tib-tiba.

Deeeegh...

Jantung Naii terasa berhenti berdegub. Ia menarik nafasnya dengan berat, lalu memutar tubuhnya dan kembali melangkah menghampiri puteranya.

"Ibu senang mendengarnya. Tetapi masuk pesantren itu mahal, Nak. Ibu tidak punya uang," jawab Naii lirih.

Ahnaf terdiam sejenak. Lalu menatap sang ibu yang terlihat memandang sayu. "Kalau begitu Ahnaf akan bantu ibu memulung, biar bisa menabung kembali," bocah itu meyakinkan tekadnya.

Naii menggigit bibirnya bersama dengan perasaannya yang saat bagaikan tersiram cuka.

"Sayang, masuk pesantren itu mahal. Ada banyak biaya yang harus ibu keluarkan, dan setiap bulannya juga ada biaya yang pastinya menjadi kewajiban," Naii mencoba memberi tahu tentang semua biaya yang harus difahami sang bocah.

Ahnaf terdiam dan mencoba menganggukkan kepalanya, meskipun ia tak rela jika keinginannya itu harus hilang begitu saja sebelum ia dapat berjuang.

Naii melihat rona wajah sang putera tampak sayu. Ia mengerti apa yang sedang difikirkan puteranya.

"Berdoalah, semoga Allah membuka pintu rezeki dari jalan yang lain," ucap Naii, lalu mengecup ujung kepala puteranya, dan beranjak pergi.

Terpopuler

Comments

Nur Ain

Nur Ain

menangis AQ thor

2024-05-11

0

Sukliang

Sukliang

alangkah sedihnya nasib mereka

2024-04-02

2

Kartini Kartini

Kartini Kartini

ahnaf berdoa dan ber usaha semoga ibu mu dapat rezeki dari arah tak disangka sangka bagai air mengalir hadi anak yang sholeh dan pintar

2024-03-26

0

lihat semua
Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 empat
5 Lima
6 enam
7 tujuh
8 delapan
9 sembilan
10 sepuluh
11 sebelas
12 Dua belas
13 tigabelas
14 empatbelas
15 lima belas
16 enambelas
17 tujuhbelas
18 delapan belas.
19 motor
20 motor-2
21 fitnah
22 Hardi
23 mulai
24 semua
25 awal
26 Siapa?
27 Pesanan
28 Tanya
29 Masuk
30 Kaget
31 Dilema
32 Salah
33 Dia
34 Dia-1
35 bagaimana
36 Mengapa
37 Tersentak
38 Panik.
39 dilema lagi
40 pesanan Dia
41 pertemuan
42 pwrtemuan-2
43 awal pernikahan
44 Iri Hati
45 episode-45
46 episode-46
47 episode-47
48 episode-48
49 episode-49
50 episode-50
51 episode-51
52 episode-52
53 episode-53
54 episode-54
55 N:JpAD-55
56 episode-56
57 episode-57
58 sosok
59 Sosok-1
60 sosok2
61 sosok-3
62 Sosok-4
63 sosok-5
64 Siapa?
65 siapa-1
66 siapa-2
67 siapa-3
68 siapa-4
69 episode-69
70 episode-70
71 Dia
72 Dia-1
73 Dia-2
74 Dia-3
75 Dia-4
76 Dia-5
77 Dia-6
78 Dia-7
79 -Dia-8
80 Resah
81 resah-2
82 resah-2
83 Amarah
84 Amarah-1
85 episode-85
86 mendadak nikah
87 episode-87
88 episode-88
89 Halal
90 Awal Baru
91 episode-91
92 Hari pertama.
93 Rasa itu
94 Sabar
95 Sesuatu
96 Benih rasa
97 Ruang dingin
98 rasa itu
99 Kedengkian
100 Api cemburu
101 Sial
102 Asa
103 102
104 Siapa?
105 Kamu
106 episode-106
107 episode-107
108 episode-108
109 episode-109
110 episode-110
111 Episode-111
112 episode-112
113 episode-113
114 episode-114
115 episode-115
116 episode-116
117 episode-17
118 episode-118
119 episode-119
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
empat
5
Lima
6
enam
7
tujuh
8
delapan
9
sembilan
10
sepuluh
11
sebelas
12
Dua belas
13
tigabelas
14
empatbelas
15
lima belas
16
enambelas
17
tujuhbelas
18
delapan belas.
19
motor
20
motor-2
21
fitnah
22
Hardi
23
mulai
24
semua
25
awal
26
Siapa?
27
Pesanan
28
Tanya
29
Masuk
30
Kaget
31
Dilema
32
Salah
33
Dia
34
Dia-1
35
bagaimana
36
Mengapa
37
Tersentak
38
Panik.
39
dilema lagi
40
pesanan Dia
41
pertemuan
42
pwrtemuan-2
43
awal pernikahan
44
Iri Hati
45
episode-45
46
episode-46
47
episode-47
48
episode-48
49
episode-49
50
episode-50
51
episode-51
52
episode-52
53
episode-53
54
episode-54
55
N:JpAD-55
56
episode-56
57
episode-57
58
sosok
59
Sosok-1
60
sosok2
61
sosok-3
62
Sosok-4
63
sosok-5
64
Siapa?
65
siapa-1
66
siapa-2
67
siapa-3
68
siapa-4
69
episode-69
70
episode-70
71
Dia
72
Dia-1
73
Dia-2
74
Dia-3
75
Dia-4
76
Dia-5
77
Dia-6
78
Dia-7
79
-Dia-8
80
Resah
81
resah-2
82
resah-2
83
Amarah
84
Amarah-1
85
episode-85
86
mendadak nikah
87
episode-87
88
episode-88
89
Halal
90
Awal Baru
91
episode-91
92
Hari pertama.
93
Rasa itu
94
Sabar
95
Sesuatu
96
Benih rasa
97
Ruang dingin
98
rasa itu
99
Kedengkian
100
Api cemburu
101
Sial
102
Asa
103
102
104
Siapa?
105
Kamu
106
episode-106
107
episode-107
108
episode-108
109
episode-109
110
episode-110
111
Episode-111
112
episode-112
113
episode-113
114
episode-114
115
episode-115
116
episode-116
117
episode-17
118
episode-118
119
episode-119

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!