lima belas

"Dasar kau, Janda siaalann," teriak Maya dan Rani saat merasakan tubuhnya lengket karena cairan telur-telur yang melekat ditubuh mereka.

Rasa kesal semakin membuncah saat melihat Naii seolah tak merasa bersalah dengan melenggang pergi begitu saja. Hal ini justru semakin membuat keduanya berang. "Liat saja nanti, aku kerjain si janda sialan itu!" Rani menimpali ucapan Maya yang mana rasa ingin membalas dendam sangat begitu nyata. Sorot matanya penuh api kemarahan.

Keduanya beranjak bangkit dari lantai toko sembako dan orang-orang memperhatikan keduanya dengan senyum yang ditahan.

Maya dan Rani bangkit sembari memegangi pinggangnya terasa sakit.

Sementara itu, Naii mempercepat langkahnya, ia sangat tidak ingin bertemu dengan kedua wanita yang selalu saja merendahkannya.

Setibanya dirumah kontrakan ia bergegas menuju dapur, dan Aliyah menyambutnya dengan senyum yang lebar. "Bu, ana ajan?" tanyanya dengan terus mengekori sang ibu ke dapur.

"Ada, sabar, ya," Naii menenteng kantong kreseknya, lalu meletakkannya dilantai dapur.

Ia membongkar isi belanjaan, dan mencari dua kotak kecil susu cair ke sukaan dua buah hatinya.

"Nih, satu lagi bagi dengan Kak Ahnaf, ya," pesan Naii sembari memberikan dua kotak susu cair kepada Aliyah.

"Ma-acih, Bu," ucapnya dengan sangat senang, lalu berlari menuju kamar sang kakak yang saat ini sedang terbaring.

Terlihat Ahnaf sedang memegang phonsel pintar yang waktu itu sempat diberikan oleh Joe sebagai rasa empati karena merasa bersalah. Ia ingin Ahnaf tidak merasa bosan karena berbaring seharian tanpa bergerak. Bocah itu sedang membuka Al- Quran digital, lalu menghafal ayat-ayat pendek tanpa bersuara.

"Tak, ini cucuu," ucapnya dengan nada cadel, lalu mengulurkan sekotak kecil susu cair ke pada Ahnaf-kakaknya.

Ahnaf mengakhiri hafalannya, lalu menerima kotak kecil pemberian Aliyah. Ia tak sabar ingin menyeruputnya.

"Liyah, sini," panggil Naii dari arah dapur.

"Iya, Bu," sahutnya, lalu beranjak keluar dari kamar dan menemui sang ibu.

"Sini, Sayang. Bantu ibu susun ini ya," pinta Naii kepada bocah perempuan itu. Naii mencontohkan cara menyusun barang-barang yang dibelinya.

"Andai saja aku memiliki lemari es, pasti akan lebih memudahkanku untuk menyimpan bahan-bahan daganganku," Naii bergumam dalam hatinya.

Ia lalu berniat membeli lemari es yang mana dengan barang second juga tak masalah, yang terpenting mesinnya masih bagus.

Ia menghitung sisa uang pemberian orang yang telah memberikan kompensasi untuk Ahnaf. Tetapi jika itu ia belikan, maka ia harus mencari uang yang banyak untuk biaya perobatan Ahnaf ke depannya. Andai saja Hardi tak mengambil uang jaminan perobatan untuk puteranya, maka ia tidak akan pusing untuk hal ini.

Naii mendenguskan nafasnya dengan berat. Ia melihat lembaran sisa uang tersebut hanya sebesar lima ratus ribu rupiah. Mungkin ada lemari es second yang seharga itu, tetapi ia harus memikirkan biaya perobatan untuk Ahnaf.

Ia kembali menyimpan uang tersebut ditempat yang tidak diduga oleh Hardi ataupun maling.

Naai mulai menyiapkan bahan-bahan untuk diolahnya esok subuh. Ia harus berdagang kembali, agar dapat menghidupi anak-anaknya.

****

Pukul 3 pagi dini hari Naii sudah terbangun untuk mengolah bahan dagangannya. Tak lupa ia shalat tahajjud dua rakaat untuk mengharapkan ke ridhaan sang Rabb agar memberikan rizki yang luas padanya hari ini.

Setelah selesai dengan ibadahnya, ia mulai mengolah bahan dagangannya, berharap ada keajaiban hari ini.

Setelah menyelesaikan semuanya, ia mulai menata dagangannya dengan dibantu Aliyah yang tampak sangat bersemangat.

"Ibu berangkat jualan, ya. Jangan nakal, jagain kakak dirumah, kalau lapar ambil dimeja yang ibu letak dikamar," pesan Naii sebelum berangkat berjualan.

Ia telah menyiapkan makan siang dan juga minum untuk Ahnaf dimeja belajar yang sengaja ia dekatkan dengan posisi Ahnaf.

Aliyah menganggukkan kepalanya. Ia mencoba memahami apa yang ibunya katakan.

Naii memasuki kamar, memberikan kecupan hangat pada puteranya dan juga sang buah hatinya. Kemudian menatap cermin dan membuka kantong kresek yang diberikan oleh mbak Fhitry. Mungkin saran wanita itu ada benarnya, jika wanita itu setidaknya harus terkesan bersih dan juga rapih, apalag ia berdagang makanan.

Setelah merias diri seadanya, ia beranjak keluar rumah, dan mulai menjajakan makanannya.

Lingkungan yang padat penduduk itu tetapi tampak tidak begitu peduli dengan apa yang dijajakannya. Apakah mereka tak ingin menolongnya, dengan cara membeli dagangannya? Entahlah, nyatanya mereka terlihat acuh.

Hatinya hampir menangis. Ia merasa sedih disaat para tetangganya tak.ada satupun yang membeli barang dagangannya. "Ya, Rabb... Jangan uji aku diluar kemampuanku, tetapi jika Kau menganggapku mampu, maka titipkanlah rasa sabar dan ikhlas dihatiku," gumamnya lirih.

Ia sudah berjalan selama dua jam lamanya, tetapi tidak ada satupun pembeli yang membeli dagangannya.

Saat keterputusasaannya, terlihat mbak Fhytri baru saja pulang dari berbelanja, itu terlihat dari barang belanjaan yang sangat banyak. Ia menghampiri Naii dan mengehentikan motornya.

"Naii, kamu dagang kue lagi?"tanyanya, lalu ia melirik wajah wanita bergelar janda yang tampak bersedih, dan ia menyingkap keranjang yang dibawa oleh Naii. "Bungkuskan untuk mbak kuenya 20 ribu," ucap Fhitry.

Seketika wajah Naii berubah sumringah. "Beneran, Mbak?" tanyanya tak percaya.

Fhitry menganggukkan kepalanya. "Bener, masa Mbak bercandyaa," jawab Mbak Fhitry dengan berkelakar, seolah ingin menghibur hati Naii yang lagi sedang bersedih.

Naii tertawa mendengar kelakar dari Mbak Fhitry, lalu memasukkan kue yang dipesan oleh wanita berhati malaikat itu.

"Nih, Mbak.. Makasih, ya," ucapnya bahagia, dan tak lupa ia melebihkan dua potong kue untuk sahabatnya itu.

"Nih uang kuenya. Nih ada lima ribu untuk jajan anak-anakmu," ucap Mbak Fhitry, yang saat tadi melihat Naii memasukkan lebihan dua potong kue pada kantong kreseknya.

"Makasih banyak, mbak.. Murah rezekinya," ucap Naii haru.

Fhytri tersenyum tipis. "Aamiin, Doa yang sama untukmu," balas Mbak Fhitry. Wanita itu beranjak dari tempatnya, tetapi ia kembali memutar tubuhnya, "Naii, besok mbak bisa buatkan kue dua ratus potong? Sebab esok mbak ada acara syukuran, bawa sekalian anak-anakmu," ucap mbak Fhity.

"Bisa, mbak, nanti malam akan saya mulai kerjakan sepulang dagang," sahut Naii senang.

"Baiklah, laris manis, ya," doanya lagi, sebelum pergi.

"Aamiin," sahut Naii.

Setelah Mbak Fhitry pergi, Naii menganggap jika Mbak Fhitry sebagai pembuka dasar dari dagangannya. Ia semakin bersemangat.

Naii kembali menjajakan dagangannya kepada orang-orang yang melintas. Ia berharap barang dagangannya habis sebelum sore tiba. Ditangan kanannya ia membawa keranjang berisi kopi dan minuman sachet lainnya, dengan termos berisi air panas. Sedangkan ditangan kirinya, ia membawa keranjang berisi kue-kue sebagai camilannya.

Sinar mentari berada ditengah ubun-ubun manusia, pertanda jika sudah tengah hari.

Naii mencoba beristirahat disebuah mesjid, sembari menunggu adzan dzuhur berkumandang. Ia tidak mungkin menjajakan dagannya ditengah hari, karena itu waktu syeeetan berkeliaran.

Saat ia menuju mesjid terdekat. Tiba-tiba saja Maya dan Rani melintas dari hadapannya.

Melihat Naai membawa barang dagangan, Maya dan Rani berniat untuk membalaskan dendam mereka saat ditoko sembako.

Terpopuler

Comments

Marina Tarigan

Marina Tarigan

selalu saja pembulian pd oramg susah sabar Naii ada pembalasan dar Tuhan

2024-12-16

0

Jamayah Tambi

Jamayah Tambi

Depan masjid nak buat jahat

2024-12-02

0

evvylamora

evvylamora

ini kl berhasil, emang sadis sih Authornya.. sdh di Masjid loh itu, dirumah Allah

2024-11-20

0

lihat semua
Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 empat
5 Lima
6 enam
7 tujuh
8 delapan
9 sembilan
10 sepuluh
11 sebelas
12 Dua belas
13 tigabelas
14 empatbelas
15 lima belas
16 enambelas
17 tujuhbelas
18 delapan belas.
19 motor
20 motor-2
21 fitnah
22 Hardi
23 mulai
24 semua
25 awal
26 Siapa?
27 Pesanan
28 Tanya
29 Masuk
30 Kaget
31 Dilema
32 Salah
33 Dia
34 Dia-1
35 bagaimana
36 Mengapa
37 Tersentak
38 Panik.
39 dilema lagi
40 pesanan Dia
41 pertemuan
42 pwrtemuan-2
43 awal pernikahan
44 Iri Hati
45 episode-45
46 episode-46
47 episode-47
48 episode-48
49 episode-49
50 episode-50
51 episode-51
52 episode-52
53 episode-53
54 episode-54
55 N:JpAD-55
56 episode-56
57 episode-57
58 sosok
59 Sosok-1
60 sosok2
61 sosok-3
62 Sosok-4
63 sosok-5
64 Siapa?
65 siapa-1
66 siapa-2
67 siapa-3
68 siapa-4
69 episode-69
70 episode-70
71 Dia
72 Dia-1
73 Dia-2
74 Dia-3
75 Dia-4
76 Dia-5
77 Dia-6
78 Dia-7
79 -Dia-8
80 Resah
81 resah-2
82 resah-2
83 Amarah
84 Amarah-1
85 episode-85
86 mendadak nikah
87 episode-87
88 episode-88
89 Halal
90 Awal Baru
91 episode-91
92 Hari pertama.
93 Rasa itu
94 Sabar
95 Sesuatu
96 Benih rasa
97 Ruang dingin
98 rasa itu
99 Kedengkian
100 Api cemburu
101 Sial
102 Asa
103 102
104 Siapa?
105 Kamu
106 episode-106
107 episode-107
108 episode-108
109 episode-109
110 episode-110
111 Episode-111
112 episode-112
113 episode-113
114 episode-114
115 episode-115
116 episode-116
117 episode-17
118 episode-118
119 episode-119
120 episode-120
121 episode-121
122 episode-122
123 episode-123
124 episode-124
125 episode-125
126 Tanpa Sengaja
127 Bingung judul
128 Haruskah
129 Memulai
130 130
131 episode-131
132 episode-132
133 episode-133
134 episode-134
135 episode-135
136 Di Tanah Haram
137 Ampunan
138 episode-138
139 episode-139
140 episode-40
141 episode-41
142 episode-41
143 episode-144
144 episode-144
145 episode-145
146 episode-146.
147 episode-147
148 episode-148
149 episode-149
150 episode-150
151 episode-151
152 episode-152
153 episode-153
154 episode-154
155 episode-154
156 episode-156
157 episode-157
158 episode-158
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
empat
5
Lima
6
enam
7
tujuh
8
delapan
9
sembilan
10
sepuluh
11
sebelas
12
Dua belas
13
tigabelas
14
empatbelas
15
lima belas
16
enambelas
17
tujuhbelas
18
delapan belas.
19
motor
20
motor-2
21
fitnah
22
Hardi
23
mulai
24
semua
25
awal
26
Siapa?
27
Pesanan
28
Tanya
29
Masuk
30
Kaget
31
Dilema
32
Salah
33
Dia
34
Dia-1
35
bagaimana
36
Mengapa
37
Tersentak
38
Panik.
39
dilema lagi
40
pesanan Dia
41
pertemuan
42
pwrtemuan-2
43
awal pernikahan
44
Iri Hati
45
episode-45
46
episode-46
47
episode-47
48
episode-48
49
episode-49
50
episode-50
51
episode-51
52
episode-52
53
episode-53
54
episode-54
55
N:JpAD-55
56
episode-56
57
episode-57
58
sosok
59
Sosok-1
60
sosok2
61
sosok-3
62
Sosok-4
63
sosok-5
64
Siapa?
65
siapa-1
66
siapa-2
67
siapa-3
68
siapa-4
69
episode-69
70
episode-70
71
Dia
72
Dia-1
73
Dia-2
74
Dia-3
75
Dia-4
76
Dia-5
77
Dia-6
78
Dia-7
79
-Dia-8
80
Resah
81
resah-2
82
resah-2
83
Amarah
84
Amarah-1
85
episode-85
86
mendadak nikah
87
episode-87
88
episode-88
89
Halal
90
Awal Baru
91
episode-91
92
Hari pertama.
93
Rasa itu
94
Sabar
95
Sesuatu
96
Benih rasa
97
Ruang dingin
98
rasa itu
99
Kedengkian
100
Api cemburu
101
Sial
102
Asa
103
102
104
Siapa?
105
Kamu
106
episode-106
107
episode-107
108
episode-108
109
episode-109
110
episode-110
111
Episode-111
112
episode-112
113
episode-113
114
episode-114
115
episode-115
116
episode-116
117
episode-17
118
episode-118
119
episode-119
120
episode-120
121
episode-121
122
episode-122
123
episode-123
124
episode-124
125
episode-125
126
Tanpa Sengaja
127
Bingung judul
128
Haruskah
129
Memulai
130
130
131
episode-131
132
episode-132
133
episode-133
134
episode-134
135
episode-135
136
Di Tanah Haram
137
Ampunan
138
episode-138
139
episode-139
140
episode-40
141
episode-41
142
episode-41
143
episode-144
144
episode-144
145
episode-145
146
episode-146.
147
episode-147
148
episode-148
149
episode-149
150
episode-150
151
episode-151
152
episode-152
153
episode-153
154
episode-154
155
episode-154
156
episode-156
157
episode-157
158
episode-158

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!