motor-2

Naai memindahkan barang-barangnya ke kios barunya. Kios itu ada 4 buah yang saling berdempetan satu sama lain, sedangkan Naii mendapat kios paling ujung.

Hari ini ia tidak berjualan, sebab harus berberes atas kepindahannya.

Diruang sempit itu ia dan kedua anaknya akan tinggal dan memulai hidup barunya. Disisi kiri kiosnya, ada bengkel motor, lalu penjual pulsa,dan kemudian warung sembako.

Naii mulai menata barang-barangnya yang tidak seberapa. Ia berniat menjual sarapan pagi, lalu siangnyanya berjualan kue dan gorengan serta minuman lainnya.

Peluh membanjiri pelipisnya. Ia menyekanya dan melihat pekerjaannya yang hampir selesai. "Bu, kita tinggal disini?" tanya Ahnaf.

Naii menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Ia, kita akan tinggal disini," Jawab Naii dengan senyum yang dipaksakan. Ia tak memiliki pilihan lain. Baginya dapat memberikan kedua anaknya dapat tinggal tanpa terkena hujan dan juga panas mentari adalah hal yang sangat luar biasa.

Bocah itu tersenyum tipis. Ia kembali mendorong kursi rodanya dan menuju ke arah depan. Sudah sangat lama sekali ia tak melihat luasnya suasana alam, sebab ia lebih banyak dikurung didalam kamar, sebab Naii selalu berjualan keliling dan pintu dikunci.

Semua itu juga terpaksa dilakukan oleh ibunya karena demi tuntutan hidup.

"Ahnaf," panggil Naii dari dalam kios.

"Ya, Bu,"

"Jangan kemana-mana, tetap disitu," pesan Naii, ia kembali disibukkan dengan berbagai pekerjaannya.

"Ya," sahut Ahnaf. Bocah itu memandang anak-anak yang baru saja pulang sekolah. Hatinya perih saat melihat mereka berjalan dengan begitu lincah dan berlarian ke sana kemari.

Saat bersamaan, terlihat Doni dan Ijal pulang dari sekolah. Ia memandang Ahnaf dengan pandangan merendahkan. "Eh, lihat tuh, si Ahnaf. Udah ibunya pemulung, sekarang cacat pula," Doni mengucapkan kata yang terdengar lebih kepada bully-an.

"Iya, sial bener nasibnya," Ijal menimpali ucapan sahabatnya.

Ahnaf tercengang mendengar bullyan dari teman-temannya. Ia mendorong kursi rodanya, kemudian berusaha berdiri, tetapi hanya dapat menggerakkan kakinya saja.

Ia mendorong kursi roda menggunakan tangannya, dan memasuki kios dengan mata sembabnya.

Naii yang tengah sibuk dengan pekerjaannya mendadak berhenti dan menatap puteranya.

Ia melihat jika sang puteranya dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.

"Ahnaf, kamu kenapa?" Naii mendekap puteranya. ia merasakan ada sebuah kesedihan dimata puteranya.

"D-Doni dan Ijal bilang jika Ahnaf anak sial," ucapnya dengan terbata, kemudian bulir bening yang sedari tadi ia tahan akhirnya jatuh juga.

"Naii membelai ujung kepala Ahnaf dengan lembut. Ia mencoba memberikan rasa perhatian, agar sang bocah tak merasa berkecil hati dan ia merasa memiliki ada seorang tameng dihidupnya.

"Sudah, jangan sedih. Disini ada ibu. Anak laki-laki harus kuat. Karena kamu kelak akan menjadi pelindung bagi ibu dan Aliyah," Naii mencoba membesarkan hati puteranya.

"Tetapi bagaimana mungkin Ahnaf melindungi ibu dan juga Aliyah, kalau untuk berjalan saja Ahnaf tidak bisa," jawabnya dengan nada lirih. Hatinya seolah hancur dan tidak memiliki semangat dalam hidupnya.

Naii mengecup pipi puteranya. "Kamu masih dapat berjalan. Ini hanya sementara. Ibu akan melatihmu berjalan dan tunjukkan pada mereka jika kamu bisa," Naii terus memberikan semangat kepada puteranya.

"Mari ibu bantu," Naii mengulurkan tangannya, kemudian memapah puteranya dan melatih menggerakkan satu kakinya.

"Sakit, Bu," rengeknya saat kakinya yang terpasang pen terasa ngilu saat digerakkan.

"Baiklah, kita istirahat saja dulu. Esok pagi kita mulai lagi," Naii kembali meletakkan Ahnaf dikursi roda.

****

Hari masih gelap. Naii menata dagangannya. Ia menjual lontong pecal dan juga lontong sayur sebagai menu sarapan. Tak lupa ada nasi uduk yang ia jadikan menu utama. Ia sudah bangun sejak pukul tiga pagi, karena harus menjemput rezekinya sebelum ayam berkokok.

Para pekerja lainnya yang juga berjuang menjemput rezekinya setelah shalat subuh usai singgah membeli sarapan yang didagangkan oleh Naii. Dalam hitungan jam saja, sarapan itu ludes terjual.

Naii tak henti-hentinya bersyukur dan ia mulai menabung sedikit demi sedikit.

Siang harinya. Naii menjual gorengan dan orang-orang yang singgah dibengkel motor membeli dagangannya. Ia merasa jika ini adalah jalannya untuk keluar dari keterpurukan.

Maya dan Rani melintas. Ia melihat kios tempat dimana Naii berjualan tampak begitu ramai.

"Buusyeet. Si janda pindah lapak dan dagangannya laris manis. Ini tidak bisa dibiarkan," Maya berdecak kesal. Ia tidak dapat menerima jika orang yang ia sebut janda itu harus lebih sukses darinya.

"Kita jahilin saja, yuk," usul.Rani. Ia juga tak sabar untuk membalas perbuatan Naii tempo hari.

Keduanya menuju kios Naii dengan membawa misi balas dendam. Setibanya di depan warung. Maya dan juga Rani berdiri didepan kaca etalase. Keduanya berteriak lantang menyerukan kepada pembeli.

"Bapak-bapak, ibu-ibu semuanya," ucap Rani sembari menarik perhatian para pembeli yang saat ini sedang menatapnya.

Naii menatap dua manusia yang sedang berusaha mengancurkan usahanya.

"Kalian jangan dibeli disini, ya. Sebab si Janda satu ini menggunakan tumbal pesugihan untuk dagangannya, yang ada nantinya kamu dijadiin tumbal," ucap Rani dengan antusias.

Para pembeli saling pandang, dan mulai berdesas-desus.

"Eh, Mbak, apa buktinya jika si Mbak ini pakai pesugihan?" tanya salah seorang pembeli.

"Lihat saja warung miliknya, baru satu hari buka sudah ramai, bukankah itu cukup jelas jika si janda ini menggunakan pesugihan!" sahut Maya sembari menegaskan ucapanya.

"Ah, ngaco kamu, Mbak. Ini laris karena emang gorengannya enak," jawab salah seorang pembeli.

Maya dan juga Rani semakin panas hati saat mendengar masakan Naii dipuji pembeli.

"Yeee... Si Bapak gak percaya. Itu enak karena sudah ditetesin air liur setan pocong yang menjadi pesugihannya," Rani menimpali.

Beberapa pembeli termakan ucapan Maya dan Rani, kemudian memilih pergi meninggalkan pesanannya.

Setelah beberapa orang pembeli yang tidak termakan hasutan duo iblis betina itu membayar pesanannya. Maya dan Rani menatap Naii balik kaca etalase dengan mengejek.

"Kau fikir kau bisa melawan kami, hah!" Maya berkacak pinggang dengan bibir dicebikkan.

Naii keluar dari pintu kios dan menatap keduanya. "Mau kalian apa?" tanya Naii dengan dingin.

"Hahahahaha, kau sangat lucu sekali," Maya terlihat sangat geli mendengar ucapan Naii yang ia anggap hanya sebuah gertakan kerupuk saja.

"Kau mau tau apa keinginan kami?"tantang Maya.

"Ya," jawab Naii dengan penuh penekanan. Keributan yang terjadi membuat warga sekitar kios terlihat jengah.

"Kami ingin melihat kau, Janda! Jatuh terpuruk dan memjadi gelandangan dijalanan," sergah Rani dengan wajah sombongnya.

Naii menghela nafasnya dengan berat. "Kita lihat ke deoqnnya, siapa yang akan menjadi gelandangan, Aku," Naii menunjuk dirinya sendiri, "Atau kalian!" kini jemari telunjuk Naii tepat berada didepan wajah Rani dan beralih kepada Maya.

Kedua wanita iblis itu saling pandang, lalu Maya mengayunkan tangannya dan siap untuk menampar Naii. "Turunkan tanganmu, atau camera cctv disinii siapa merekammu," ancam Naii dengan tatapan tajam.

Terpopuler

Comments

Eka Novariani

Eka Novariani

biang kerok yg dua ini, iri dan dengkinya luar biasa...dimana saja Naii tinggal selalu dirusuhin...apa ga takut karma... nanti mereka aduin lagi sama si Hardi....kpn lah si Naii bisa hidup tenang....🤔😬

2024-05-03

0

Rahmawaty❣️

Rahmawaty❣️

Ah rese lu maya ngeselin..muncul dmna2 lu

2024-05-08

0

Neulis Saja

Neulis Saja

syiriknya tak terbendung karena melihat org lain maju kasihan hatimu sangat sakit maya dan Rani karena tak mampu utk menirunya yah

2024-03-04

3

lihat semua
Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 empat
5 Lima
6 enam
7 tujuh
8 delapan
9 sembilan
10 sepuluh
11 sebelas
12 Dua belas
13 tigabelas
14 empatbelas
15 lima belas
16 enambelas
17 tujuhbelas
18 delapan belas.
19 motor
20 motor-2
21 fitnah
22 Hardi
23 mulai
24 semua
25 awal
26 Siapa?
27 Pesanan
28 Tanya
29 Masuk
30 Kaget
31 Dilema
32 Salah
33 Dia
34 Dia-1
35 bagaimana
36 Mengapa
37 Tersentak
38 Panik.
39 dilema lagi
40 pesanan Dia
41 pertemuan
42 pwrtemuan-2
43 awal pernikahan
44 Iri Hati
45 episode-45
46 episode-46
47 episode-47
48 episode-48
49 episode-49
50 episode-50
51 episode-51
52 episode-52
53 episode-53
54 episode-54
55 N:JpAD-55
56 episode-56
57 episode-57
58 sosok
59 Sosok-1
60 sosok2
61 sosok-3
62 Sosok-4
63 sosok-5
64 Siapa?
65 siapa-1
66 siapa-2
67 siapa-3
68 siapa-4
69 episode-69
70 episode-70
71 Dia
72 Dia-1
73 Dia-2
74 Dia-3
75 Dia-4
76 Dia-5
77 Dia-6
78 Dia-7
79 -Dia-8
80 Resah
81 resah-2
82 resah-2
83 Amarah
84 Amarah-1
85 episode-85
86 mendadak nikah
87 episode-87
88 episode-88
89 Halal
90 Awal Baru
91 episode-91
92 Hari pertama.
93 Rasa itu
94 Sabar
95 Sesuatu
96 Benih rasa
97 Ruang dingin
98 rasa itu
99 Kedengkian
100 Api cemburu
101 Sial
102 Asa
103 102
104 Siapa?
105 Kamu
106 episode-106
107 episode-107
108 episode-108
109 episode-109
110 episode-110
111 Episode-111
112 episode-112
113 episode-113
114 episode-114
115 episode-115
116 episode-116
117 episode-17
118 episode-118
119 episode-119
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
empat
5
Lima
6
enam
7
tujuh
8
delapan
9
sembilan
10
sepuluh
11
sebelas
12
Dua belas
13
tigabelas
14
empatbelas
15
lima belas
16
enambelas
17
tujuhbelas
18
delapan belas.
19
motor
20
motor-2
21
fitnah
22
Hardi
23
mulai
24
semua
25
awal
26
Siapa?
27
Pesanan
28
Tanya
29
Masuk
30
Kaget
31
Dilema
32
Salah
33
Dia
34
Dia-1
35
bagaimana
36
Mengapa
37
Tersentak
38
Panik.
39
dilema lagi
40
pesanan Dia
41
pertemuan
42
pwrtemuan-2
43
awal pernikahan
44
Iri Hati
45
episode-45
46
episode-46
47
episode-47
48
episode-48
49
episode-49
50
episode-50
51
episode-51
52
episode-52
53
episode-53
54
episode-54
55
N:JpAD-55
56
episode-56
57
episode-57
58
sosok
59
Sosok-1
60
sosok2
61
sosok-3
62
Sosok-4
63
sosok-5
64
Siapa?
65
siapa-1
66
siapa-2
67
siapa-3
68
siapa-4
69
episode-69
70
episode-70
71
Dia
72
Dia-1
73
Dia-2
74
Dia-3
75
Dia-4
76
Dia-5
77
Dia-6
78
Dia-7
79
-Dia-8
80
Resah
81
resah-2
82
resah-2
83
Amarah
84
Amarah-1
85
episode-85
86
mendadak nikah
87
episode-87
88
episode-88
89
Halal
90
Awal Baru
91
episode-91
92
Hari pertama.
93
Rasa itu
94
Sabar
95
Sesuatu
96
Benih rasa
97
Ruang dingin
98
rasa itu
99
Kedengkian
100
Api cemburu
101
Sial
102
Asa
103
102
104
Siapa?
105
Kamu
106
episode-106
107
episode-107
108
episode-108
109
episode-109
110
episode-110
111
Episode-111
112
episode-112
113
episode-113
114
episode-114
115
episode-115
116
episode-116
117
episode-17
118
episode-118
119
episode-119

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!