motor

Naii bergegas menghubungi mbak Fhitry. Ia meminta bantuan agar mencari agen penjual sepeda motor, ia menceritakan semuanya yang terjadi saat ia bary pulang dari rumah wanita itu.

Mbak Fhitry segera menghubungi kang Jaya-suaminya. Kemudian meminta sang suami mencari orang yang mau membeli motor yang seperti dikatakan oleh Naii dan tak lupa mengirimkan fotonya.

Naii bergegas membawa motor tersebut melalui pintu belakang dan memastikan Hardi tak lagi melihatnya. Ia menuju rumah mbak Fhitry dan menitipkan motornya disana.

"Mbak, kabari saya kalau sudah ada pembelinya, ya," pinta Naii dengan sangat harap.

"Aman, Naii, semua akan beres," balas Mbak Fhitry. Kemudian Naii berpamitan pulang sembari menggendong Aliyah yang tadi ikut dengannya.

"Aliyah jangan bilang sama ayah kalau motornya dirumah mbak Fhitry ya," pintanya kepada sang gadis kecil. Ia terpaksa mengajari anaknya berbohong karena sesuatu yang sangat mendesak.

Gadis itu menganggukkan kepalanya dengan lemah, dan ia berharap Aliyah tidak keceplosan.

Setibanya Naii dirumah. Ia membersihkan jejak motor tersebut, agar Hardi tak melihatnya.

Hari sudah malam. Naii baru saja membersihkan Ahnaf. Ia mengganti pampers sang bocah. Esok pagi ia akan melatih anak laki-lakinya itu untuk berjalan, sebab itidak mungkin Ahnaf akan terus berbaring seperti itu.

Ia menyuapi kedua anaknya secara bergantian. Ternyata mbak Fhitry membungkuskan banyak makanan dan juga beberapa kilo beras. Pantas saja ia merasa kepayahan membawa kantong kresek itu, ternyata ada banyak bahan pokok didalamnya.

"Enak, Bu," ucap Ahnaf, saat mngunyah sepotong ayam yang disuapkan oleh ibunya.

Beberapa saat kemudian, ia mendengar suara orang berteriak-teriak dari arah luar, dan ia pastikan itu adalah suara Hardi.

"Aliyah jangan bilang apapun kepada Ayah tentang motornya, ya.? Kalau Aliyah beritahu ayah, nanti Liya ibu antarkan kepada ayah," ancam Naii kepada anak perempuannya. Ia tak memiliki pilihan lain.

Aliyah ketakutan, dan menggelengkan cepat kepalanya, pertanda ia tak ingin ikut dengan ayahnya, sebab ia pernah merasakan dicubit oleh sang ayah, waktu itu karena rewel meminta susu.

Ternyata ancaman Naii berhasil membuat bocah itu patuh.

Naii bangkit dari duduknya, keluar dari kamar dan menuju pintu depan. Ia membuka pintu dan melihat Hardi bersama Selly yang datang dengan tatapan ingin menerkam.

"Ada apa?" tanya Naii datar. Ia masih berdiri diambang pintu, dan tak akan membiarkan kedua manusia laknat itu memasuki rumah kontrakannya.

"Dimana motorku?!" tukas Hardi dengan nada tinggi. Rahangnya terlihat mengeras, emosi sedang menguasainya.

"Mengapa bertanya padaku?"

"Aku meninggalkannya didepan sini," Hardi menunjuk posisi motornya saat ia tinggal masuk ke dalam rumah.

Naii tersenyum sinis. "Lalu apa urusannya denganku?"

Hardi menggeretakkan giginya, ia ingin mengayunkan tangannya untuk menampar wanita yang telah melahirkan kedua anaknya. "Kau pasti menyembunyikannya didalam rumah," tuduh Hardi dengan yakin.

"Turunkan tanganmu, karena aku dapat menyeretmu ke kantor polisi dengan bukti visum akibat tamparanmu," ancam Naii.

Pria itu semakin geram. Ia menurunkan tangannya dengan kasar. kemudian ingin menepis pundak Naii dari ambang pintu, agar ia dapat masuk ke dalam rumah.

Akan tetapi Naii mencoba menghalanginya. "Jangan coba-coba masuk ke dalam rumahku, atau aku akan meneriakimu maling," ancam Naii dengan dingin.

Hardi membolakan kedua matanya. Mengapa Naii yang dulunya tidak pernah membantah dan melawan, kini justru menentangnya.

"Oh, sudah berani kamu, ya?" ucap Hardi dengan tersenyum sinis.

"Aku yang sekarang bukanlah Naii yang dulu yang bisa kau tindas sesukamu," jawab Naii dengan penuh penekanan.

Hardi tertawa mengejek. Ia mencebikkan bibirnya. "Ciiih, kau fikir kau siapa? Sudah punya taring sekarang, ha!"

Naii membalas cibiran mantan suaminya."Ya, semenjak aku lepas dari pria sepertimu, aku menyadari akan kebebasanku, dan sudah waktunya aku berdiri diatas kakiku sendiri, tanpa ada yang dapat merendahkanku," balas Naii.

Selly yang sedari tadi merasa tak sabar akan perdebatan keduanya, tiba-tiba melakukan serangan dengan mencakar wajah Naii, tiga goresan diwajah wanita tergambar bagaikan parutan.

Naii menyapu kulitnya yang terasa perih dan juga berdarah. Ia menatap wanita didepannya yang merasa menang, dan tanpa mengatakan apapun, Naii memberikan tendangan kepada Selly tepat anu-nya, sehingga membuat wanita itu terpekik kesakitan.

"Sialaan kau, Naii, awas ,Kau!" wanita itu meracau sembari menahan sakit dan memegangi selangkanya yang sakit.

"Tolooong, maaaling," Naii berteriak untuk memancing warga berdatangan.

Hardi dan Selly saling pandang. Tak ingin menjadi korban amukan massa, keduanya memilih pergi.

Naii tersenyum memandangi keduanya yang tampak kocar kacir melarikan diri. Setelah keduanya pergi, Naii mera-ba pipinya yang perih, tetapi ia kembali tersenyum, sebab ada rencana yang lebih baik untuk menyeret ke duanya ke kantor polisi.

Ponsel berdering, Ahnaf membaca nama yang tertera dilayar. "Bu, ini Mbak Fhitry nelfon," panggil Ahnaf setelah mengeja nama tersebut.

Naai bergegas beranjak dari ambang pintu dan menutupnya segera.

Ia meraih ponsel dan menggeser tombol hijau. "Ya, Mbak, Assalammualaikum" sahut Naii dengan cepat.

Kemudian Mbak Fhitry menceritakan tentang masalah motor yang akan mereka jual.

"Terserah Mbak saja gimana baiknya," ucap Naii menyahuti semua keterangan wanita itu.

"Baiklah, kalau begitu, besok kamu ikut mbak saja ke Bank, kamu buat rekening dan uangmu simpan di Bank, agar aman dari si Hardi," saran mbak Fhitry.

Naii mengiyakan saja apa yang dikatakan wanita tersebut, lagipula sudah seharusnya ia mulai menabung untuk kepentingan ke dua anaknya.

Keesokan paginya. Naii dijemput oleh mbak Fhitry. Keduanya menuju bank terdekat untuk pembuatan reekning baru bagi Naii.

"Mbak, aku ingin beli kios yang ada dipinggir jalan itu, aku ingin berjualan kue, mbak," Naii mengungkapkan keiinginannya.

Mbak Fhitry tersenyum. "Wah, bagus itu, mudah-mudahan nantinya kamu dapat memenuhi kehidupan ke dua anakmu," sahut mabk Fhiyri. Kemudian Naii membawa wanita itu berbelanja makanan sebagai ungkapan terimakasihnya.

"Makasih atas segalanya, Mbak." ucap Naii dengan haru. Ia berusaha menyelipkan beberapa lembar uang kepada wanita itu, tetapi Mbak Fhitry terus menolaknya dan mengembalikannya. "Ahnaf lebih memerlukan ini daripada Mbak," ucapnya dengan penuh ketulusan.

Naii memeluk wanita itu dengan begitu hangat, ia merasakan memiliki keluarga diperantauannya.

Setelah mendapatkan uang hasil penjualan motor milik Hardi, Naii berencana untuk membeli sebuah kios kecil dipinggir jalan. Anggap saja motor itu uang yang selama ini diperas Hadi dari hasil berdagang kuenya, dan kini ia mencoba membalas perbuatan pria tersebut.

Naii menghubungi pemilik kios yang berukuran 3mx4m tersebut. Setelah melakukan negosiasi, akhirnya tercapai kesepakatan yang mana membuat Naii tersenyum lega. Bahkan ia akan tinggal dikios tersebut, dengan membuat kamar kecil untuk mereka tidur didalamnya.

Terpopuler

Comments

Jamayah Tambi

Jamayah Tambi

Tak boleh ku bayangkan marah Hardi, motornya hilang.

2024-12-02

0

Santi Rizal

Santi Rizal

💪💪💪naii Kamu pasti bisa

2024-11-05

1

Eka

Eka

bagus naii semoga makin dukses kue nya

2024-10-21

0

lihat semua
Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 empat
5 Lima
6 enam
7 tujuh
8 delapan
9 sembilan
10 sepuluh
11 sebelas
12 Dua belas
13 tigabelas
14 empatbelas
15 lima belas
16 enambelas
17 tujuhbelas
18 delapan belas.
19 motor
20 motor-2
21 fitnah
22 Hardi
23 mulai
24 semua
25 awal
26 Siapa?
27 Pesanan
28 Tanya
29 Masuk
30 Kaget
31 Dilema
32 Salah
33 Dia
34 Dia-1
35 bagaimana
36 Mengapa
37 Tersentak
38 Panik.
39 dilema lagi
40 pesanan Dia
41 pertemuan
42 pwrtemuan-2
43 awal pernikahan
44 Iri Hati
45 episode-45
46 episode-46
47 episode-47
48 episode-48
49 episode-49
50 episode-50
51 episode-51
52 episode-52
53 episode-53
54 episode-54
55 N:JpAD-55
56 episode-56
57 episode-57
58 sosok
59 Sosok-1
60 sosok2
61 sosok-3
62 Sosok-4
63 sosok-5
64 Siapa?
65 siapa-1
66 siapa-2
67 siapa-3
68 siapa-4
69 episode-69
70 episode-70
71 Dia
72 Dia-1
73 Dia-2
74 Dia-3
75 Dia-4
76 Dia-5
77 Dia-6
78 Dia-7
79 -Dia-8
80 Resah
81 resah-2
82 resah-2
83 Amarah
84 Amarah-1
85 episode-85
86 mendadak nikah
87 episode-87
88 episode-88
89 Halal
90 Awal Baru
91 episode-91
92 Hari pertama.
93 Rasa itu
94 Sabar
95 Sesuatu
96 Benih rasa
97 Ruang dingin
98 rasa itu
99 Kedengkian
100 Api cemburu
101 Sial
102 Asa
103 102
104 Siapa?
105 Kamu
106 episode-106
107 episode-107
108 episode-108
109 episode-109
110 episode-110
111 Episode-111
112 episode-112
113 episode-113
114 episode-114
115 episode-115
116 episode-116
117 episode-17
118 episode-118
119 episode-119
120 episode-120
121 episode-121
122 episode-122
123 episode-123
124 episode-124
125 episode-125
126 Tanpa Sengaja
127 Bingung judul
128 Haruskah
129 Memulai
130 130
131 episode-131
132 episode-132
133 episode-133
134 episode-134
135 episode-135
136 Di Tanah Haram
137 Ampunan
138 episode-138
139 episode-139
140 episode-40
141 episode-41
142 episode-41
143 episode-144
144 episode-144
145 episode-145
146 episode-146.
147 episode-147
148 episode-148
149 episode-149
150 episode-150
151 episode-151
152 episode-152
153 episode-153
154 episode-154
155 episode-154
156 episode-156
157 episode-157
158 episode-158
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
empat
5
Lima
6
enam
7
tujuh
8
delapan
9
sembilan
10
sepuluh
11
sebelas
12
Dua belas
13
tigabelas
14
empatbelas
15
lima belas
16
enambelas
17
tujuhbelas
18
delapan belas.
19
motor
20
motor-2
21
fitnah
22
Hardi
23
mulai
24
semua
25
awal
26
Siapa?
27
Pesanan
28
Tanya
29
Masuk
30
Kaget
31
Dilema
32
Salah
33
Dia
34
Dia-1
35
bagaimana
36
Mengapa
37
Tersentak
38
Panik.
39
dilema lagi
40
pesanan Dia
41
pertemuan
42
pwrtemuan-2
43
awal pernikahan
44
Iri Hati
45
episode-45
46
episode-46
47
episode-47
48
episode-48
49
episode-49
50
episode-50
51
episode-51
52
episode-52
53
episode-53
54
episode-54
55
N:JpAD-55
56
episode-56
57
episode-57
58
sosok
59
Sosok-1
60
sosok2
61
sosok-3
62
Sosok-4
63
sosok-5
64
Siapa?
65
siapa-1
66
siapa-2
67
siapa-3
68
siapa-4
69
episode-69
70
episode-70
71
Dia
72
Dia-1
73
Dia-2
74
Dia-3
75
Dia-4
76
Dia-5
77
Dia-6
78
Dia-7
79
-Dia-8
80
Resah
81
resah-2
82
resah-2
83
Amarah
84
Amarah-1
85
episode-85
86
mendadak nikah
87
episode-87
88
episode-88
89
Halal
90
Awal Baru
91
episode-91
92
Hari pertama.
93
Rasa itu
94
Sabar
95
Sesuatu
96
Benih rasa
97
Ruang dingin
98
rasa itu
99
Kedengkian
100
Api cemburu
101
Sial
102
Asa
103
102
104
Siapa?
105
Kamu
106
episode-106
107
episode-107
108
episode-108
109
episode-109
110
episode-110
111
Episode-111
112
episode-112
113
episode-113
114
episode-114
115
episode-115
116
episode-116
117
episode-17
118
episode-118
119
episode-119
120
episode-120
121
episode-121
122
episode-122
123
episode-123
124
episode-124
125
episode-125
126
Tanpa Sengaja
127
Bingung judul
128
Haruskah
129
Memulai
130
130
131
episode-131
132
episode-132
133
episode-133
134
episode-134
135
episode-135
136
Di Tanah Haram
137
Ampunan
138
episode-138
139
episode-139
140
episode-40
141
episode-41
142
episode-41
143
episode-144
144
episode-144
145
episode-145
146
episode-146.
147
episode-147
148
episode-148
149
episode-149
150
episode-150
151
episode-151
152
episode-152
153
episode-153
154
episode-154
155
episode-154
156
episode-156
157
episode-157
158
episode-158

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!