empat

Pagi menjelang. Naii dan juga Ahnaf baru saja selesai shalat subuh berjamaah, sedangkan Aliyah masih meringkuk diatas tempat tidur.

"Kakak, hari ini kan masih libur sekolah. Jagain adik, ya. Ibu mau pergi mulung, buat beli makanan," Pesan Naii pasa si Sulung.

"Kakak ikut, Bu. Biar bantuin bawa barangnya, nanti ibu kepayahan kalau dapat banyak," ujarnya menawarkan bantuan. Biasanya Naii membawanya, namun saat ini Aliyah masih tertidur dan tidak mungkin dibangunkan, apalagi suasana masih sangat gelap dan udara juga sangat dingin.

"Nanti siang saja kita mulung sama-sama. Hari masih terlalu subuh ini, kamu jagain adik," Naii menatap penuh pengharapan pada si sulung.

"Iya, Bu," jawabnya lemah, sembari menganggukkan kepalanya.

Naii tersenyum tipis. "Jangan nakal ya, dan jangan menyusahkan tante Fhitry," pesan Naii lagi sebelum benar-benar berangkat pergi.

Si sulung kembali menganggukkan kepalanya, dan mencoba menjaga amanah sang ibu.

Naii meraih karung berukuran besar, dan tak lupa hijab lusuh yang selalu menemaninya. Ia hanya memiliki dua buah hijab saja sebagai pengganti jika satunya sudah terlalu kotor.

"Bu," Panggil si sulung.

"Ya," Naii menoleh kembali ke arah puteranya.

"Ini, jaket ibu ketinggalan, nanti ibu kedinginan," ucapnya, lalu setengah berlari memberikan jaket yang biasa Naii pakai untuk menjajakan kue dagangannya.

"Makasih sayang," ucap Naii, lalu mengusap ujung kepala puteranya, dan segera berlalu.

Ia terpaksa sepagi ininharus memulung rongsokan, sebab tak lagi memiliki sepeser uangpun. Ia tidak mungkin terus-terusan bertopang pada Mbak Fhitry yang telah memberinya tumpangan tempat tinggal.

Naii ingin kembali mengumpulkan modal untuk ia dapat lagi berdagang kue keliling, dan bermiat merubah hidupnya.

Sebab Rabb sendiri memerintahkan: Ia tidak akan merubah nasib suatu kaum, jika tidak kaum itu sendiri yang merubahnya :QS. Ar'rad:11

Ia berharap disubuh yang masih dingin ini mendapat sebagian rahmat dari sang pemberi rezeki.

Wanita itu berjalan menyusuri jalanan sembari matanya liar mencari botol-botol bekas minuman barang-barang yang sudah dibuang pemiliknya ditempat sampah.

Udara dingin tak mematahkan semangatnya untuk menjemput rezeki yang sudah dijanjikan Rabb pada setiap makhluknya, asalkan makhluk itu mau mencarinya dan tidak bermalas-malasan.

Naii mulai mengumpulkan barang-barang yang ditemuinya. Botol-botol minuman plastik ia pisahkan dengan kaleng minuman yang terbuat dari aluminium, karena harganya yang berbeda jauh.

Naii akan merasa tersenyum saat menemukan kaleng minuman yang terbuat dari aluminium, sebab bayangan untuk membeli sebungkus nasi untuk kedua anaknya akan jelas didepan mata.

Matahari mulai meninggi, dan terlihat orang-orang sudah berlalu lalang dengan aktifitasnya masing-masing.

Aliyah sudah terbangun, dan ia melihat Naii tak berada disisinya. "Ibu, ibu," rengeknya sembari mengusap kedua matanya.

Ahnaf yang masih sibuk mengerjakan tugas sekolahnya, bergegas menghampirinya. "Ibu keluar cari uang, dik. Diam ya.. Sini main sama kakak," bocah laki-laki itu mencoba menenangkan sang adik.

"Liyah mau Ibu," rengeknya dengan semakin keras.

Ahnaf memeluk sang adik. "Ssssstt.. Jangan menangis, nanti kedengaran sama ayah adik dimarahi. Adik tidak maukan dimarahi ayah?" si Kakak mencoba menakuti adiknya.

Dan ternyata jurusnya berhasil, ia mampu membuat Aliyah terdiam dengan cepat, sebab sang adik sangat takut dengan ayah mereka.

"Nah, gitu dong. Adik main sama kakak saja, ya," ucap Ahnaf lagi.

Aliyah menganggukan kepalanya.

Sementara itu, Naii masih mencari rongsokan yang ia dapatkan sangat lumayan banyak dari menyusuri jalanan. Ia terlihat sangat kesusahan untuk membawanya, namun bayangan untuk membeli sarapan untuk anak-anaknya, membuatnya kembali tersenyum menghapus rasa lelahnya.

Dikejauhan terlihat dua pemulung yang sama dengannya berjalan menghampirinya. "Heei, anak baru, ini kawasan kami. Kalau mulung jangan mengarah kemari!" hardik salah seorang pemulung yang menggunakan topi capil untuk menghindari wajahnya dari sengatan matahari.

Naii menatap keduanya. Mengapa mengumpulkan barang rongsok saja harus ada larangan, bukankah jalanan ini milik semua orang. Tetapi Naii lagi tak ingin berdebat, ia memilih untuk menghindari kedua orang tersebut.

Naii mengambil jalan yang berbeda, lalu kembali lagi memulung dan berharap dua karung berukuran besar yang dibawanya segera terisi penuh.

Nai melirik jam didinding warung yang berada dipinggir jalan. Waktu menunjukkan pukul 9 pagi. Ia harus berpacu dengan waktu, sebab Aliyah akan sedikit rewel, dan ia kasihan dengan Ahnaf yang nantinya akan kewalahan.

"Aku jual saja yang sudah terkumpul, nanti mencari lagi jika sudah agak siangan," gumam Naii lirih.

Naii menuju tempat pengepul rongsokan. Betisnya sudah sangat keram karena terlalu jauh berjalan dan beban berat dari dua karung yang dibawanya.

Hari ini ia sedikit beruntung dengan mendapatkan banyak kaleng minuman yang terbuat dari alumunium.

Tampak orang sudah sangat ramai dipengepul. Seperti mereka pemulung yang bekerja pada malam hari dan menjualnya pagi ini.

Setelah mendapatkan giliran antriannya, ia menyerahkan barang rongsokan yang didapatnya kepada agen yang siap menimbang rongsokan hasil kerja kerasnya hari ini.

Setelah penghitungan yang akurat, Naii mendapatkan hasil 25 ribu dari semua rongsokkan yang kumpulkan tampak menggunung dalam karung besar, tetapi ia mencoba bersyukur.

Naii melipat karungnya, lalu berjalan menuju pulang dan ingin singgah membeli sebungkus nasi untuk sarapan kedua anaknya yang sudah sangat telat jika dikatakan sarapan.

Ia singgah diwarung pinggir jalan, lalu memesan sebungkus nasi. Saat menunggu pesanannya siap, tanpa sengaja ia melihat Hardi sedang berbocengan dengan wanita yang menggunakan pakaian sangat minim menggunakan motor baru. Entah motor siapa yang ia pakai.

"Bang Hardi," ucapnya lirih,

Namun entah apa yang membuatnya tidak merasa sakit hati. Apakah hilang sudah cinta dihatinya, terkikis setiap penderitaan yang selalu ditorehkan oleh pria tersebut.

Ia memandang dengan nanar, rasa sesak saat mengingat pria itu merampas uang miliknya membuat ia sangat sakit hati, namun ia mencoba bersabar, karena itu semua tidak akan terjadi bila saja Allah tak meridhai-Nya.

Naii menarik nafasnya dengan berat, mencoba mengikis semua kenangan buruk dari pria tersebut.

"Mbak, ini pesanannya," pedagang itu menegurnya, dan membuyarkan lamunannya, "Cantik-cantik koq suka melamun, gak baik tau, pamali," pedagang yang merupakan seorang pria yang masih muda dan ditaksir sekitar usia 30-an tahun itu tersenyum manis padanya.

Cantik? Dan kata itu baru ia dengar lagi setelah sekian lama tak lagi ada yang menyebutkannya. Sebab, kata itu pertama kali diucapkan Hardi saat mereka masih awal bertemu, dan perlahan seiring waktu pernikahan mereka, kata itu tak lagi didengarnya.

Haruskan Naii merasa terlonjak girang mendengarnya? Tidak, Naii saat ini tak ingin lagi terjebak dengan kata tersebut, sebab pria baginya sama saja, manis diawal dan menorehkan luka mendalam diakhirnya.

Terpopuler

Comments

ₕₒₜ cₕₒcₒₗₐₜₑ

ₕₒₜ cₕₒcₒₗₐₜₑ

keren👍
q baru mampir dikaryamu yg ini thor,ternyata kamu cantumin ayat Al quran juga,bagiq ini keren,ada referensi sekaligus jadi semacam smooth dakwah👍hiburan sekaligus tuntunan

2024-03-27

1

sur yati

sur yati

thor ini kenapa di bikin kismin bgt sih nyesek tau Thor yg agak mending ini terlalu kismin

2024-03-06

3

Neulis Saja

Neulis Saja

tetap kedepan utk meraih apa yg kamu harapkan demi kedua anakmu

2024-03-04

1

lihat semua
Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 empat
5 Lima
6 enam
7 tujuh
8 delapan
9 sembilan
10 sepuluh
11 sebelas
12 Dua belas
13 tigabelas
14 empatbelas
15 lima belas
16 enambelas
17 tujuhbelas
18 delapan belas.
19 motor
20 motor-2
21 fitnah
22 Hardi
23 mulai
24 semua
25 awal
26 Siapa?
27 Pesanan
28 Tanya
29 Masuk
30 Kaget
31 Dilema
32 Salah
33 Dia
34 Dia-1
35 bagaimana
36 Mengapa
37 Tersentak
38 Panik.
39 dilema lagi
40 pesanan Dia
41 pertemuan
42 pwrtemuan-2
43 awal pernikahan
44 Iri Hati
45 episode-45
46 episode-46
47 episode-47
48 episode-48
49 episode-49
50 episode-50
51 episode-51
52 episode-52
53 episode-53
54 episode-54
55 N:JpAD-55
56 episode-56
57 episode-57
58 sosok
59 Sosok-1
60 sosok2
61 sosok-3
62 Sosok-4
63 sosok-5
64 Siapa?
65 siapa-1
66 siapa-2
67 siapa-3
68 siapa-4
69 episode-69
70 episode-70
71 Dia
72 Dia-1
73 Dia-2
74 Dia-3
75 Dia-4
76 Dia-5
77 Dia-6
78 Dia-7
79 -Dia-8
80 Resah
81 resah-2
82 resah-2
83 Amarah
84 Amarah-1
85 episode-85
86 mendadak nikah
87 episode-87
88 episode-88
89 Halal
90 Awal Baru
91 episode-91
92 Hari pertama.
93 Rasa itu
94 Sabar
95 Sesuatu
96 Benih rasa
97 Ruang dingin
98 rasa itu
99 Kedengkian
100 Api cemburu
101 Sial
102 Asa
103 102
104 Siapa?
105 Kamu
106 episode-106
107 episode-107
108 episode-108
109 episode-109
110 episode-110
111 Episode-111
112 episode-112
113 episode-113
114 episode-114
115 episode-115
116 episode-116
117 episode-17
118 episode-118
119 episode-119
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
empat
5
Lima
6
enam
7
tujuh
8
delapan
9
sembilan
10
sepuluh
11
sebelas
12
Dua belas
13
tigabelas
14
empatbelas
15
lima belas
16
enambelas
17
tujuhbelas
18
delapan belas.
19
motor
20
motor-2
21
fitnah
22
Hardi
23
mulai
24
semua
25
awal
26
Siapa?
27
Pesanan
28
Tanya
29
Masuk
30
Kaget
31
Dilema
32
Salah
33
Dia
34
Dia-1
35
bagaimana
36
Mengapa
37
Tersentak
38
Panik.
39
dilema lagi
40
pesanan Dia
41
pertemuan
42
pwrtemuan-2
43
awal pernikahan
44
Iri Hati
45
episode-45
46
episode-46
47
episode-47
48
episode-48
49
episode-49
50
episode-50
51
episode-51
52
episode-52
53
episode-53
54
episode-54
55
N:JpAD-55
56
episode-56
57
episode-57
58
sosok
59
Sosok-1
60
sosok2
61
sosok-3
62
Sosok-4
63
sosok-5
64
Siapa?
65
siapa-1
66
siapa-2
67
siapa-3
68
siapa-4
69
episode-69
70
episode-70
71
Dia
72
Dia-1
73
Dia-2
74
Dia-3
75
Dia-4
76
Dia-5
77
Dia-6
78
Dia-7
79
-Dia-8
80
Resah
81
resah-2
82
resah-2
83
Amarah
84
Amarah-1
85
episode-85
86
mendadak nikah
87
episode-87
88
episode-88
89
Halal
90
Awal Baru
91
episode-91
92
Hari pertama.
93
Rasa itu
94
Sabar
95
Sesuatu
96
Benih rasa
97
Ruang dingin
98
rasa itu
99
Kedengkian
100
Api cemburu
101
Sial
102
Asa
103
102
104
Siapa?
105
Kamu
106
episode-106
107
episode-107
108
episode-108
109
episode-109
110
episode-110
111
Episode-111
112
episode-112
113
episode-113
114
episode-114
115
episode-115
116
episode-116
117
episode-17
118
episode-118
119
episode-119

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!