Setelah berjalan tak tentu arah, Salsa mengakhiri langkahnya pada sebuah taman kota yang mulai sepi. Hanya tersisa beberapa anak-anak dan pendampingnya bermain ayunan dan jungkat-jungkit.
Salsa duduk jauh di sisi yang lain dari area bermain di taman itu, tempat-tempat duduk yang dibuat dari besi menjadi tempat Salsa menikmati penghujung senjanya yang sendu lantaran pengkhianatan yang terjadi di depan matanya secara nyata.
Ah, sakit sekali rasanya. Lebih sakit ketimbang sakit gigi dan gusi yang bengkak.
Kepalanya terus berpikir, mencoba merenungi dimana kurangnya Salsa pada Dafian dalam menjalani hubungan mereka. Tidak pernah sekali pun Salsa tidak ada setiap kali Dafian membutuhkan bantuan. Salsa bahkan selalu royal pada Dafian secara materi bahkan waktu, meski selama dua tahun ini hubungan mereka tidak pernah seimbang.
Tes! Air mata menetes begitu saja ketika Salsa menundukkan kepalanya. Ia tidak ingin menangis sebenarnya, tapi apa daya, perasaannya terlalu remuk untuk menahan air matanya tumpah.
Dia menangis. Sendirian. Sementara langit semakin gelap karena hari yang semakin senja juga didukung dengan awan mendung yang semakin gelap.
Bahunya bergetar, menandakan tangisnya semakin kuat.
Tes! Kali ini bukan tetesan air mata yang membasahi permukaan kulit Salsa, melainkan awan yang akhirnya menumpahkan air hujan.
Menyedihkan sekali pemandangan diri Salsa kali ini. Dia memang seorang yatim piatu, tapi mempunyai warisan yang tidak sedikit, yang juga mempunyai seorang kakak dengan jabatan CEO sebuah perusahaan besar berstandar internasional tidak menjamin Salsa akan mempunyai hubungan asmara yang indah.
Suara isaknya teredam dengan derasnya hujan yang turun. Rambut, pakaian, wajahnya, bahkan uang receh pada saku celananya mulai basah, tapi tidak sampai kuyup karena tiba-tiba saja Salsa merasa hujan berhenti mengguyur tubuhnya.
Ia menengadahkan wajahnya, hujan masih mengguyur di depannya, tapi sebuah payung oren dengan motif bunga-bunga norak menghalau air hujan di atas tubuh Salsa.
Ares berdiri disebelah Salsa, mengulurkan payung itu untuk Salsa, sementara dirinya basah terguyur hujan. Pria itu tidak berkata apa-apa, hanya diam tapi tidak membiarkan Salsa sendirian menangis dengan sangat menyedihkan di taman yang sudah sepi.
Anehnya, kehadiran manusia batu itu disana justru membuat Salsa semakin meluapkan sesaknya, implusif Salsa menarik jas bagian samping Ares kemudian menenggelamkan wajahnya pada pinggang Ares.
"Kenapa? Kenapa gue menyedihkan sekali, Res? Kenapa?!" ujar Salsa dalam isak tangisnya. "Untuk waktu dua tahun yang gue berikan untuknya, hanya pengkhianatan yang gue terima, Res! Sakit sekali rasanya!" katanya lagi sambil terisak.
"Lo pasti ngetawain gue kan, Res? Kenapa gue terlalu naif, Res? Kenapa Dafian jahat, Res? Kenapa?!"
Ares tetap diam, tidak berkomentar, tidak memberikan jawaban apa pun atas pertanyaan yang Ares tahu pertanyaan itu tidak membutuhkan jawaban dari bibirnya, ia hanya menyesuaikan jarak payung agar Nona-nya tidak terguyur hujan.
***
Salsa membasuh wajahnya yang sembab dan menyedihkan pada air keran yang memang difasilitasi di taman umum itu setelah hujan selesai dan tangis menyedihkannya juga selesai. Rambut bob-nya yang setengah basah karena basuhan air keran membuat wajah habis menangis Salsa terlihat lebih segar dan cantik. Bulu mata lentiknya yang basah bergerak seiring kelopak mata besar dan bulat itu bergerak.
Ares seperti tersihir. Apakah yang terjadi di depannya hanya sekadar halusinasinya saja? Karena semua gerakan Salsa terlihat seperti adegan yang diperlambat.
Lekat Ares menatap Salsa di bawah langit yang sudah gelap sempurna, meski tidak terlihat bintang dan bulan yang mengintip malu-malu dari awan yang masih tersisa kelabu.
Sesuatu mengusik perasaan Ares, lelaki itu bersandar pada body mobil, sebelah tangannya masuk ke dalam saku, sebelahnya lagi memegangi payung lipat oren yang tadi digunakannya untuk memayungi Salsa. Ada sebuah debaran dalam jantungnya dibalik kemejanya yang basah, debaran yang asing. Ia bahkan tidak berdebar gugup saat harus berkelahi melawan tujuh orang preman sendirian.
Apa ini?
"Lo ngeliatin apa?" tanya Salsa galak. Yeah, dia kembali.
Ares terpenjat, dia segera menegakkan tubuhnya, mengalihkan pandangannya, mencoba untuk menghindari tatapan penuh prasangka yang dilemparkan Salsa. "Lo ngeliatin gue?!"
Ares tidak menjawab, hanya diam sembari membukakan pintu belakang untuk Salsa. Tapi Salsa malah menutupnya lagi. Matanya melotot, kedua tangannya melipat di depan dada, tingginya yang hanya sebatas dada Ares membuat Salsa harus mendengak untuk bisa melihat wajah Ares.
"How dare you stared at me!" Omel Salsa. "Lo pasti mikir macem-macem kan? Besar kepala kan lo cuma gara-gara gue nangis di depan lo!"
"Di pinggang saya." Ares mengoreksi dengan nada datar sedatar permukaan kayu yang baru diampelas. Koreksian yang membuat Salsa semakin akan menggelindingkan kedua biji matanya.
"Trus ngapain lo ngeliatin gue kayak tadi?! Pasti pikiran lo aneh-aneh, kan?"
Ares menghela napas. Rasanya lelah sekali meladeni kebiasaan Salsa yang selalu saja menuduh Ares dengan segala hal yang negatif. "Maaf, Nona, Anda tidak terlalu spesial untuk membuat saya harus berpikiran macam-macam tentang Anda."
"Ap-apa?" Tuh kan! Salah mulu Ares mah dimata Salsa.
"Sekarang silahkan masuk, sudah mulai larut malam." Ares kembali membukakan pintu untuk Salsa, tepat saat itu pinggiran jas Ares mengenai permukaan kulit lengan Salsa.
Wanita itu menipiskan bibir, menyadari pakaian Ares yang pasti basah kuyup saat ini, dan perjalanan mereka yang akan membutuhkan waktu satu jam, itu artinya Ares akan terus mengenakan pakaiannya yang basah di dalam mobil ber-AC.
"Silahkan masuk, Nona. Atau Anda mau yang menyetir saya yang duduk di belakang?" Perkataan Ares menyadarkan Salsa bahwa seharusnya dia tidak perlu mengkhawatirkan manusia batu menyebalkan seperti Ares.
Salsa akhirnya masuk ke dalam mobil itu. Ares pun memasuki bagian kemudi, meletakkan payung basah itu di bawah kakinya, dia menyalakan mesin dan menyalakan AC. Detik berikutnya mobil sudah meninggalkan tempat.
Sepertinya Salsa tidak akan meninggalkan Ares menyetir dengan tenang, sepertinya juga hidup Salsa kurang afdol kalau belum berprasangka buruk pada Ares, karena pertanyaan demi pertanyaan membuat Ares pusing sendiri.
"Kalau memang gue nggak cukup spesial, kenapa lo ngikutin gue?"
"Saya ditugaskan untuk mengawasi Nona."
"Kenapa lo tadi payungin gue?"
"Supaya Nona tidak kehujanan."
"Ya, tapi kenapa? Gue nggak minta untuk lo payungin tuh."
"Karena Nona berada dalam pengawasan saya."
"Cih, alasan! Lo selalu menjadikan tugas, tugas, tugas sebagai alasan lo untuk selalu membuntuti gue, kan?"
Ares diam, Malas menjawabnya.
"Tuh kan, lo nggak jawab. Jangan-jangan lo memang suka ya sama gue?"
"Tidak." jawab Ares singkat, tapi anehnya jawaban singkat tanpa pikir panjang itu malah menyentil ego Salsa.
"Trus kenapa lo setuju untuk nikah sama gue? Memangnya lo nggak punya calon perempuan yang lain untuk lo nikahin?"
Ares kembali diam. Bukan karena malas, tapi memilih untuk tidak menjawab, karena Ares yakin jawaban yang akan dia berikan hanya akan menuntun Salsa pada prasangka-prasangka lainnya.
"Atau jangan-jangan...." Salsa menegakkan tubuhnya, matanya menatap Ares dengan kecurigaan tingkat kabupaten. "Sebenarnya lo memang suka sama gue, dan lo yang minta Kak Fariz untuk nikahkan kita? Ya kan? Karena lo tau, kalo lo yang langsung ngelamar gue, sudah pasti gue tolak!"
HUFT! Ares mengusap wajahnya dengan tangan kirinya.
"Maaf, Nona, tanpa bermaksud merendahkan Nona, tapi saya tidak menyukai gadis bodoh yang hobi berprasangka buruk pada orang lain."
"APA? LO BILANG GUE APA?" Jangan tanya seberapa tinggi tangga oktaf yang berbunyi dari suara Salsa.
Seketika itu juga, kesedihan, kekecewaan dan rasa sakit akibat pengkhianatan yang sebelumnya menyerang Salsa menghilang, digantikan dengan kekesalan pada penilaian Ares tentang dirinya.
Oke, lupakan ide setuju untuk menyetujui perjodohan konyol itu!
.
.
.
Bersambung :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Rita Riau
duch Salsa,,, orang yang kayak area itu tipe setia yg akan memanjakan mu,,,👍🏻🥰
2024-01-10
1