Meski ini bukan kali pertamanya dia kabur sebagai aksi protesnya terhadap peraturan-peraturan Fariz yang menyebalkan dan membuat Salsa seperti hidup di dalam sangkar emas, Salsa tetap menjadikan kabur sebagai aksi protes andalannya setelah aksi mogok makan. Tapi kali ini, Salsa tidak akan membawa kartu debit atau pun kartu kreditnya, tidak membawa mobil, bahkan tidak membawa ponsel agar Fariz atau pun Ares tidak akan bisa melacaknya. Dia hanya akan membawa beberapa lembar uang merah, uang receh, ktp, kartu mahasiswa dan kartu e-money untuk berkereta dan ber-TransJakarta.
Setelah memasukkan dompet dan masker ke dalam sling bag kecil, Salsa mulai keluar dari jendela kamarnya yang berada di lantai dua. Tentu saja ini bukan kali pertama Salsa melakukannya. Dia tersenyum puas ketika kedua kakinya mendarat dengan sempurna di atas tanah berumput, dia sangat meyakini Ares atau pun Fariz tidak tahu kalau saat ini dirinya bahkan sudah berhasil melompati pagar belakang rumahnya. Dengan berlari di bawah langit yang mulai senja, Salsa menuju pangkalan ojek yang berada di luar kavling perumahan. Alamat yang dituju tentu saja alamat kosan Dafian. Dia harus segera memberitahukan Dafian bahwa hubungan mereka kini tengah dalam ancaman Fariz.
Setelah menempuh waktu satu jam, Salsa akhirnya sampai di kosan Dafian. Kosan yang memiliki dua lantai itu mempunyai banyak kamar, dan kosan itu tidak khusus laki-laki saja. Jadi, tak heran jika melihat ada perempuan di lingkungan kosan itu. Salsa langsung menuju lantai dua, dimana kamar kosan kekasihnya itu berada di ujung, kamar kosan nomor 17. Tapi, langkah kaki Salsa berheti ketika melihat banyak orang seperti sedang berkumpul tak jauh dari depan kamar nomor 17 itu. Melihat dari ekspresi orang-orang yang Salsa tahu adalah para penghuni dari kosan itu, Salsa dapat menduga sesuatu tengah terjadi dan itu telah mengusik penghuni kosan yang lainnya.
"Maaf, ada apa ya ini?" tanya Salsa pada seorang perempuan berkacamata tebal yang sedang berbicara pada perempuan lainnya, terlihat mereka tidak senang.
"Itu loh, tadi tuh sekitar jam berapaan ya? Jam tigaan deh kayaknya, cowok yang tinggal di kamar itu dateng bareng cewek. Ya, disini kan memang kosnya campur ya, cewek cowok, tapi kan memang ada aturan nggak boleh dong berduaan di dalam kamar gitu apa lagi sampe tutup pintu." jawab cewek berambut keriting.
Dafian datang sama cewek? Batin Salsa mulai merasakan tidak enak.
"Dan yang bikin ini orang-orang ngumpul di luar gini karena kita tuh dengar suara-suara mencurigakan."
"Mencurigakan gimana maksudnya?" tanya Salsa, masih tidak mengerti dan mencoba untuk tidak langsung berburuk sangka pada Dafian sebelum mendengar kesaksian orang-orang yang ada di sana.
"Kita tuh ngedenger suara cewek yang kayak... ih gitu deh, mendesah-desah gitu, geli banget dengernya!" jawab si perempuan berkacamata sambil menunjukkan ekspresi ingin muntahnya.
"Jadi ada dua kemungkinan, mereka lagi nonton film begituan atau memang mereka yang lagi syuting adegan itu." ujar yang lain.
"Tadi udah diketok pintunya, tapi bukannya keluar malah nyetel lagu kenceng banget gitu."
"Lagi nanggung kali." Celetuk yang lain.
"Sekarang kita lagi nunggu ibu kos dateng."
Salsa mencoba menghubungkan dengan usahanya yang sejak di rumah mencoba menghubungi Dafian tapi tidak membuahkan hasil. Apakah benar apa kata orang-orang disini? Apakah di dalam sana Dafian sedang....
Salsa langsung melepaskan jepit rambut kawatnya yang berwarna hitam, tipis seperti lidi yang tadinya dia pakai untuk menjepit helaian poninya yang mengganggu ketika akan menuruni jendela kamarnya dan langsung menuju pintu kamar kosan Dafian. Dia mempraktekkan aksi membuka kunci yang pernah dia pelajari dulu dari Ares sebelum Ares bertransformasi menjadi manusia batu menyebalkan.
Aksi MacGyver lokal itu pun mencuri perhatian orang-orang yang ada di sana.
"Mbak, nanti kena denda kalo merusak fasilitas kos." kata salah satu pemuda.
"Ini nggak akan ngerusak, Mas." jawab Salsa tanpa melihat siapa yang berbicara karena sedang fokus melancarkan aksinya hingga terdengar bunyi 'cklak' yang pelan, teredam suara musik rock dari dalam kamar itu. Seketika itu, telapak tangan Salsa menjadi dingin, jantungnya berdegup takut. Takut akan kecurigaan orang-orang yang ada disana menjadi nyata begitu dia membuka pintu.
"Mau Mbaknya yang buka pintunya, atau saya yang buka pintunya?" tanya pemuda tadi karena melihat Salsa hanya mematung setelah kunci berhasil dia buka.
"Kita grebek aja langsung!" Seru suara dari belakang mereka.
Salsa menguatkan hati, dia berdiri tegap, bersama dengan penghuni kos yang lain, Salsa membuka pintu dengan sangat tiba-tiba tanpa terprediksi oleh penghuni yang nyatanya memang sedang melakukan tindakan asusila di dalam sana. Dua orang, lelaki dan perempuan tanpa pakaian. Dimana yang wanita sedang berpose seperti kucing betina pada musim kawin, sementara yang lelaki di belakang wanita itu tengah bergerak memompa sesuatu ke dalam sesuatu yang membuat ekspresi wanita itu merasai kenikmatan yang terlarang. Dan yang pasti suara musik rock keras itu untuk meredam suara erangan dan desahan dari bibir-bibir mereka. Nyatanya musik keras itu malah menjadi bumerang untuk mereka sendiri.
Seketika pintu terbuka, Dafian dan perempuan berambut panjang bergelombang bercat agak-agak pirang itu terkejut bukan main, mereka langsung berusaha menutupi tubuh polos mereka dengan bantal seadanya.
Rasanya Salsa akan segera pingsan jika saja salah seorang dari mereka yang menggerebek tidak sigap menahan tangan Salsa agar tidak ambruk. Mereka yang lainnya mengamuk dan berteriak, membuat wanita yang tadi sedang menikmati pompaan Dafian ketakutan dan bersembunyi di belakang Dafian.
Dafian sendiri tentu saja terkejut melihat ada Salsa diantara para penghuni kosan yang menggerebek dirinya. Namun, Dafian tidak punya waktu untuk memberikan pembelaan diri pada Salsa dan pada siapa pun. Sebelum Salsa menutup matanya karena Dafian dipaksa untuk memakai pakaiannya, ia sempat melihat wajah wanita yang ketakutan itu.
"Maya?" Lirihnya.
Seolah mendengar lirihan suara Salsa, wanita bernama Maya yang tadinya ketakutan itu juga melihat Salsa. Mata mereka saling beradu, dan tiba-tiba saja bibir Maya bergerak tersenyum sinis penuh kemenangan.
Salsa memaksakan diri untuk keluar dari sana. Dadanya sesak, sakit, nyeri. Dia berlari keluar dari kerumunan dengan air matanya yang tumpah tak tertampung lagi.
Sementara disisi lain lantai dua itu, seseorang berdiri memperhatikan dari jauh. Ia melihat dengan jelas kekecewaan, kemarahan juga kesedihan dari wajah seorang Salsa. Pria itu menghela napas berat, kemudian kembali menggerakkan kakinya, menyusul ke arah dimana Salsa melarikan diri.
Langit mulai temaram, suara geledek terdengar dari atas awan yang kelabu.
Hujan akan segera turun. Sementara di depan pria itu, Salsa terus saja melangkah gontai tanpa arah.
Langkah Salsa gontai, bahkan tanpa ia sadari kakinya melangkah hampir ke tengah jalan, untung saja suara klakson mobil yang cukup membahana menyadarkan Salsa hingga gadis itu menyingkir kembali ke trotoar, mengumpulkan kembali kesadarannya, kemudian melanjutkan mengayunkan kedua kakinya.
Gue rasa ini benar-benar akhir hidup gue... Salsa menengadahkan kepalanya pada awan-awan kelabu. Nyeri hatinya tak terkira. Ini lah balasan atas semua kesetiaan dan kesabaran Salsa? Pengkhianatan yang dilakukan dengan brutal di depan matanya. Harapannya dihancukan begitu saja.
Apakah pilihan menikah dengan Ares akan menjadi pilihan yang lebih baik ketimbang berakhir menyedihkan seperti ini?
Apakah gue terima aja perjodohan itu.... Dengan begitu gue bisa membalas pengkhianatan mereka? Apakah itu lebih baik?
.
.
.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Rita Riau
pantes aja Fariz bilang Dafian pecundang,,, ternyata
2024-01-10
1