"APA?!" Salsa mundur beberapa langkah menjauh dari kakaknya, matanya melotot seperti ikan mas koki, ekspresi terkejut bercampur marah dan tidak suka menjadi satu pada wajah manisnya yang dibingkai dengan rambut bob sedagu.
"Kakak pasti bercanda!" Salsa melihat Fariz dan Ares bergantian.
"Kakak serius. Kakak sudah mengurus semuanya, minggu depan kalian menikah." jawab Fariz dengan tenang, dia melepaskan tangannya dari bahu Salsa, kemudian bersandar pada tepi meja kerja dengan sebelah tangannya masuk ke dalam saku celana, sementara tangan yang lain bertumpu pada tepi meja kerja.
"Ap-pa?" Salsa sempoyongan hingga dia memilih duduk untuk menenangkan jantungnya juga pernapasannya. "Aku sama sekali nggak suka prank ini, Kak!"
"Prank? Kakak nggak lagi nge-prank. Kakak serius. Semua berkas yang diperlukan sudah masuk ke KUA. Catering sudah di pesan, gaun juga, undangan juga. Ah, paling tinggal undangan untuk teman-temanmu. Kakak pikir, paling kamu hanya mengundang tiga sahabatmu saja, kan? Lagi pula, nanti acaranya bukan acara besar yang-"
"KAK!" Teriak Salsa menghentikan omongan Fariz.
"Ya?" Sahut Fariz, masih dengan ketenangan yang sama sambil mengusap sudut matanya yang tiba-tiba terasa gatal.
"Kakak sadar nggak sih?! Ini tuh soal pernikahan! Kakak mau aku nikah sama dia?!" ujar Salsa dengan nada tinggi yang tidak perlu dia tahan.
"Ya. Kenapa?"
"Kenapa? KENAPA? Kakak mau buat aku mati?!" Nada suara Salsa meninggi, hingga Fariz harus mengusap telinganya.
"Mati?" Fariz menaikkan kedua alis matanya. "Ah, pasti kabar tentang Ares yang kejam di kantor membuatmu berpikir Ares akan membunuhmu? Tenang aja, dia memang kejam, tapi karena itu Ares akan menjagamu. Iya, kan, Res?"
"Tentu." jawab manusia batu yang sejak tadi membisu.
"Tenta-tentu! Nggak usah ke-pede-an deh! Gue nggak mau nikah sama lo!" Bentak Salsa seraya menudingkan jari telunjuk kepada Ares..
"Salsa, jaga nada bicaramu sama calon suamimu!"
"Dia nggak akan pernah jadi calon suamiku!" Teriak Salsa penuh dengan amarh.
"Tapi sudah kuputuskan kalian akan menikah."
"Ngggakkk! Aku nggak mau nikah! Aku nggak mau nikah sama Ares!" Salsa menatap nyalang pada dua pria di dalam ruangan itu. Yang satu bersikap sangat tenang. Yang satu sekaku batu. Batu yang mengeluarkan aura dingin.
Salsa bangkit berdiri dari duduknya, ia mengepalkan tangannya menatap penuh kebencian pada Fariz di depannya.
"Mungkin Kakak bisa menggantikan posisi Papa di perusahaan, tapi bukan berarti Kakak bisa mengatur hidup aku! Aku akan hidup dengan caraku sendiri!"
"Oh, ya?" Fariz menaikkan sebelah alis matanya. "Dengan cara apa? Mogok makan? Kabur dengan sahabat-sahabatmu? Atau minta tolong pada pacarmu yang pecundang itu?"
"Dafian bukan pecundang!" Salsa membela Dafian dengan kedua tangannya yang terkepal.
"Karena dia memang pecundang." jawab Fariz datar dan terkesan masa bodoh.
Salsa menyipitkan matanya, menggelengkan kepalanya. "Aku benci sama Kakak!" Setelah mengutarakan kebencian pada Fariz, Salsa melangkah keluar dari ruangan kerja itu, melewati Ares tanpa menganggapnya ada disana.
"Awasi dia, untuk saat ini." Titah Fariz pada Ares.
Ares mengangguk. Dia hendak melangkah keluar dari ruangan itu ketika ekor matanya melihat Fariz berdiri sempoyongan.
"Tuan!"
"Aku nggak apa-apa, Res. Awasi saja kucing kecilku." ucap Fariz, ia merasa lelah.
"Tapi Tuan..."
"Please Res, we have a deal." Fariz mengingatkan.
Ares mengepalkan tangannya, kemudian membungkuk sebelum meninggalkan tuannya di dalam sana.
Maafkan Kakak, Sal. Kakak harus melakukkannya.
* * *
Dia pikir menjelang hari akhir UAS akan menjadi hari kemerdekaannya seperti yang sudah-sudah. Ia akan merencanakan tempat-tempat untuk berlibur, menenangkan pikiran, menjernihkan memori otak dan yang pasti bersenang-senang diusia awal dua puluhannya. Menikah belum menjadi prioritas utamanya saat ini. Demi Tuhan, dia baru saja menginjak dua puluh tahun dengan jiwa yang masih ingin merasakan kebebasan berekspresi.
Kalaupun ia akan menikah, dia akan menikah dengan pria yang dia cintai dan mencintainya balik. Dia akan menikah pada seseorang yang akan membuatnya jatuh cinta setiap hari. Bukan pada robot batu yang malah membuatnya menggerutu, marah dan keki setiap hari. Itu sama saja Fariz membunuh mental Salsa perlahan demi perlahan.
Ini tidak pernah tertulis pada kamus rencana hidup Salsa, tidak pernah ada pada daftar resolusi setiap pergantian tahun. Menikah dengan Ares tidak pernah ada yang tidak pernah dia inginkan dalam hidupnya.
Salsa menangis di dalam kamarnya, menangisi hidupnya yang mungkin akan segera menemukan halaman terakhir dengan cerita yang menyedihkan. Tisu sudah berserakan di atas lantai kamarnya. Ia bahkan mengusir Bi Itay dari dalam kamarnya, wanita yang telah bekerja sebagai ART pada keluarganya sejak Fariz kecil. Tak peduli Bi Itay membuatkan dan membawakan camilan-camilan kesukaan Salsa, gadis itu tetap tidak mau berhenti menangis dan membuat Bi Itay selalu kembali keluar dari kamar dengan isi nampan yang tidak disentuh oleh Salsa.
"Keluar!" Usir Salsa untuk ke tujuh kalinya setelah Bi Itay masuk membawa sepiring cookies cokelat. "Aku nggak mau makan apa pun! Biarin aja aku mati!" Teriaknya di depan Bi Itay.
"Tapi Non-"
"Keluaaar!" Salsa mendorong pelan Bi Itay hingga wanita itu melangkah enggan keluar dari kamar Salsa. Di depan pintu, Salsa dapat melihat Ares yang tak jauh berdiri di sana seperti fondasi bangunan. Matanya yang sembab bertemu dengan sepasang mata tajam dan dingin.
BRAK! Kemudian Salsa menutup pintu kamarnya dengan membantingnya sekuat tenaga dan menguncinya.
Dia akan mogok makan. Mogok minum. Mogok keluar dari kamar. Mogok bicara. Mogok mandi. Mogok segalanya.
Meski tenggorokannya kering karena menangis sepanjang hari. Perutnya lapar karena naga dalam perutnya belum mendapatkan asupan empat sehat lima sempurna, dia tetap bertahan mengunci dirinya di dalam kamar. Oh, di dalam kamar itu, dia bukan hanya menangis dengan meringkuk di dalam selimut, tapi ia melempari semua barang yang ada dalam jangkauan tangannya, sehingga penampilan kamar itu layaknya baru saja terkena sambaran angin tornado.
"Nona belum makan sejak tadi. Bagaimana ini?" Suara Bi Itay terdengar begitu khawatir.
Tapi Salsa meneguhkan hati, dia sedang dalam masa mogok sebagai aksi protesnya atas kebijakan Fariz yang sama sekali tidak bijak untuk dirinya.
"Nona tidak akan sakit apa lagi mati hanya karena tidak makan dan minum beberapa jam saja." Suara Ares menyahuti Bi Itay. Salsa meringis mendengar nada suara datar tanpa empati milik Ares. Bagaimana mungkin Kakaknya ingin dirinya menikahi manusia tanpa hati dan belas kasihan seperti Ares. Yang lebih konyolnya, Fariz bahkan percaya manusia dengan aura dingin dan muram itu akan menjaganya. Ha! Entah ilham dari mana Fariz bisa mendapatkan konsep paling konyol dan tidak masuk akal seperti itu.
Salsa mengusap wajahnya dengan ujung lengan pakaiannya, dia mulai berhenti menangis, tapi tidak dengan ide cemerlang yang bekerlap-kerlip dalam kepalanya. Dia mencari ponselnya yang tenggelam entah dimana, cukup memakan waktu sepuluh menit hingga Salsa dapat menemukan benda pipih. Ia mencoba menghubungi Sita, tapi sepertinya Sita sendiri sedang berada di tengah peperangan orang tua dan adik-adiknya yang selalu ribut.
Dia melanjutkan menghubungi Rere, namun latar suara operator yang memanggil nomor antrian BPJS memberikan informasi yang konkrit bahwa Rere sedang menemani ibunya cek up di rumah sakit untuk terapi saraf pada lututnya. Salsa kemudian menghubungi Mesya, tapi sepertinya, Mesya pun belum bisa membantu Salsa kabur dari sangkar emasnya, karena Mesya harus bekerja lembur menggantikan shif rekannya di salon.
Harapan terakhir adalah Dafian. Tapi seperti biasanya, Dafian tidak bisa selalu menjawab panggilan telepon Salsa. Salsa tahu apa alasannya, tapi kali ini Salsa sungguh berharap Dafian memprioritaskan dirinya dari pada game online sialannya. Tapi sayangnya, harapan itu berakhir sia-sia.
Tapi bagi Salsa tidak ada yang sia-sia, dia tidak akan menyerah dan pasrah begitu saja pada kehidupan. Dia mempunyai pilihan. Dan dia memilih untuk melawan! Dia tahu, meski Fariz terlihat tidak peduli, tapi dia yakin aksi protesnya akan menjadi pertimbangan kembali untuk Fariz memikirkan ulang rencana konyolnya untuk menikahkan Salsa dengan manusia batu.
Salsa mengeluarkan tiga seprai dari dalam lemari dan mengikatnya pada ujung-ujung seprai itu hingga menjadi tali darurat.
Dia akan menunjukkan pada Fariz bahwa dirinya juga bisa melawan!
.
.
.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Beti Hartati
seperti nya faris lagi sakit
2024-02-21
0
Rita Riau
apa mungkin Fariz ada sesuatu yg dia rahasi kan dari Salsa🤔🤭🥰
2024-01-10
1