"Kamu mau buat Kakak malu?!" Baru kali ini Fariz membentak Salsa. Sampai Salsa harus menjauhkan ponsel Ares dari telinganya. Bahkan Ares pun dapat mendengar suara Fariz meski tidak dalam mode loudspeaker. Biasanya pria itu selalu tampil dengan pembawaannya yang tenang, tapi kali ini melihat bagaimana Salsa yang kabur dengan gaun pengantin di pinggir jalan telah tersebar di media digital, membuatnya naik pitam.
"Apa kata orang melihat kamu kabur dengan gaun pengantin seperti itu?!"
"Jadi Kakak lebih peduli apa kata orang dari pada apa yang aku rasakan?!" Salsa balas berteriak.
Fo sampai buru-buru meminta supir taksi tadi pergi supaya sikap Nona mudanya yang seperti orang butuh diruqyah tidak membuat supir taksi tadi ketakutan.
"Cukup Salsa! Malam ini juga kalian akan menikah!"
"Apa?! Nggak mau! Aku nggak mau!" Salsa melempar ponsel Ares ke jalan, tak peduli lagi ketika ponsel Ares hancur dan mati. Dia hanya bisa teriak meluapkan kekesalannya dan menangis hingga tiba-tiba tubuhnya terhuyung dan pingsan.
Ares dengan sigap menangkap tubuh Salsa yang lunglai, menggendongnya dan langsung membawanya masuk ke dalam rumah. Beruntung perumahan itu tergolong sepi, dimana kebanyakan para tetangga adalah orang-orang kantoran yang jarang ada di rumah. Jadi, drama teriakan hingga pingsannya Salsa dalam balutan gaun pengantin tidak memicu gosip tetangga.
Ares merebahkan Salsa di atas tempat tidurnya setelah Bi Itay membukakan pintu lebar-lebar agar Ares dapat membawa Salsa masuk. Ia menatap Salsa dengan iba, ada rasa kasihan, ada rasa tak tega, ada rasa khawatir, ada juga rasa peduli pada Nona sekaligus calon istrinya. Namun janji yang sudah dia ucapkan pada Fariz tidak akan ditarik kembali. Ares pantang mengingkari janji, dan pantang mengkhianati kesetiaan.
"Tolong bantu Nona bersihkan wajahnya." kata Ares pada Bi Itay.
"Gaunnya?" Bi Itay bertanya.
Mengingat apa yang dikatakan Fariz sampai membuat Salsa histeris tadi, Ares memutuskan agar tidak perlu mengganti gaun yang sudah dikenakan Salsa.
"Gaunnya biarkan." jawab Ares kemudian keluar dari kamar Salsa, mempercayakan Salsa pada Bi Itay.
Satu jam kemudian, Fariz dan Jon datang, bukan hanya mereka, tapi ada seorang pria lain berpeci dengan menjinjing tas kerja.
"Dimana dia?"tanya Fariz pada Fo yang berjaga di depan.
"Nona di kamarnya Tuan." jawab Fo.
"Minta Ares bersiap, lalu temui aku di ruang kerja. Dan siapkan ruangan untuk ijab qobul." Titah Fariz pada Fo dengan nada datarnya yang dingin dan tegas.
Fo sama sekali tidak terkejut, ia tahu akan seperti ini jadinya.
Jon membawa pria berpeci tadi ke ruangan yang lain, sementara Fo langsung mencari Ares di kamarnya.
"Res," Fo melongokkkan kepalanya pada celah pintu yang terbuka.
Ares sudah rapi, meski dia memang selalu tampil rapi, hanya saja kali ini dasi hitam menjadi aksesoris tambahan pada setelan serba hitamnya.
"Damn, you really gonna wear that suit?"
"Hm." jawab Ares singkat.
Fo hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Tuan Fariz minta lo menemuinya di ruang kerja."
Ares hanya mengangguk, kemudian ia melangkah keluar kamarnya, tapi tiba-tiba Fo menahannya, rekannya kali ini menatap Ares dengan tatapan serius.
"Tuan datang dengan penghulu. Apa lo yakin dengan semua ini?"
Alih-alih menjawab, Fo malah melihat bagaimana Ares mengeratkan otot rahangnya. Tatapan tajamnya menyorot pada Fo.
"Apa gue pernah ragu?"
Fo mengedikkan bahunya. "Gue harap yang terbaik untuk semua. Untuk lo, Tuan Fariz juga untuk Nona."
Ares mengangguk kemudian meninggalkan tempatnya menuju ruangan dimana Fariz sudah menunggunya dengan wajahnya yang tegang.
"Tuan."
Melihat bagaimana Ares yang sudah bersiap membuat Fariz mengendurkan otot-otot wajahnya. Ia menunjukkan layar ponselnya yang menunjukkan tampilan explore pada media sosialnya menunjukkan banyak sekali vidio singkat Salsa yang kabur dengan gaun pengantin dipinggir jalan, yang sudah diunggah oleh banyak akun dengan berbagai macam caption.
"Maafkan saya, Tuan. Saya lalai." ucap Ares.
"Bukan salahmu. Ini... sepenuhnya salahku." Fariz meletakkan ponselnya, mengusap wajahnya dengan gusar. Ia menatap Ares yang berdiri di depan meja kerjanya dengan tatapan lelah dan pasrah.
"Kamu masih mempunyai waktu jika ingin mengubah pikiranmu, Res. Seumur hidup bukan waktu singkat, aku nggak mau hidupmu selamanya tersiksa karena Salsa."
"Tidak akan Tuan."
"Kuberikan kamu pilihan, Res."
"Saya sudah menentukan pilihan saya, Tuan."
Fariz mengelakan napasnya yang panjang dan berat. "Maafkan aku Res, karena aku harus memilihmu diantara yang lain. Bukan berarti aku nggak percaya dengan lain. Hanya saja, bagiku, cuma kamu yang mampu menanganinya."
"Saya akan melakukan yang terbaik, Tuan."
"JIka... jika waktuku tiba, bisa kah kamu tetap berada disisinya apa pun yang terjadi? Ah, aku tau, aku tau, aku sangat egois. Yang kupikirkan hanya Salsa. Tapi, jika aku boleh egois, mau kah kamu bertahan dengannya? Setidaknya sampai dia mampu."
"Saya akan bertahan dan akan mempertahankan apa yang telah menjadi janji saya pada Tuan." jawab Ares dengan tegas tanpa keraguan sama sekali dalam suara pun sorot matanya.
Fariz mengangguk dengan ekspresi yang tak menyembunyikan rasa terima kasihnya.
"Boleh saya bertanya, Tuan?"
"Silakan?"
"Apakah Nona benar-benar tidak perlu tau?"
Fariz menggeleng. "Jangan sampai Salsa tau."
Ares mengangguk.
"Bagaimana dengan keluargamu? Apakah aku akan menyinggung orang tuamu karena pernikahan ini?"
"Sama sekali tidak, Tuan. Jangan khawatir. Nona sangat diterima oleh keluarga saya."
"Aku harap Salsa nggak akan menyakiti perasaan ibumu dengan sikapnya."
Ares mengangguk.
Fariz berdiri, ia mendekati Ares, menepuk bahu calon adik iparnya itu. "Aku akan menemui Salsa, dia pasti akan mengamuk. Jadi, susul dia lima menit setelah aku selesai bicara dengannya."
Ares mengangguk.
Bi Itay berada di luar kamar Salsa dengan kekhawatiran yang tampak pada wajah senjanya, ketika Fariz datang, Bi Itay langsung mengatakan semua hal yang terjadi setelah Salsa sadar dari pingsannya. Nonanya itu mengamuk, mengahapus riasan sederhana yang dipoleskan oleh MUA, bahkan mengusir semua orang yang ada di dalam kamarnya. Salsa juga melemparkan semua barang, baru tujuh menit lalu tangisnya tak lagi terdengar, itu lah yang membuat Bi Itay khawatir.
Fariz mengeluarkan kunci cadangan untuk membuka pintu kamar Salsa. Penghuni kamar itu tak lagi terkejut dengan kehadiran Fariz di dalam kamarnya yang porak poranda. Salsa duduk di atas lantai, diantara barang-barangnya yang berserakan, matanya basah, sisa macara luntur pada sudut matanya, gaun pengantin yang tadinya begitu indah layaknya baju putri-putri dalam dongeng pun tak lagi mampu mempertahankan keindahannya, karena Salsa dengan sangat bar-barnya menggunting asal bagian-bagian bawah dari gaun putih itu.
Hati Fariz nyeri melihat bagaimana tertekannya Salsa. Namun, dia tidak mempunyai pilihan lain selain membuat Salsa dilindungi oleh orang yang dia percaya.
"Bersihkan wajahmu, penghulu sudah datang." ucap Fariz dengan nada datarnya.
"Kenapa? Kenapa Kakak jahat sama aku? Apa salahku, Kak? Apa salah kalau aku hanya ingin hidup dengan pilihan yang kupilih sendiri? Apa salah jika aku hanya ingin nantinya menikah dengan lelaki yang kupilih sendiri dengan hatiku?" tanya Salsa, suaranya bergetar, juga lelah.
"Lelaki yang kau pilih dengan hatimu seperti si pecundang Dafian yang ternyata hanya menjadikanmu selingkuhan selama dua tahun? Atau seperti lelaki yang hanya memanfaatkanmu sebagai mesin ATM berjalan? Atau seperti lelaki yang pernah hanya memanfaatkan namamu untuk kepentingannya sendiri? Apa kamu pikir aku akan menyerahkan adikku satu-satunya, kepada orang yang hanya akan memanfaatkanmu saja?"
"Jadi menurut Kakak, Ares nggak akan menyakitiku? Nggak akan memanfaatkanku?"
"Ya. Dia akan menjaga dan melindungimu"
"Apa jaminannya?"
"Nyawaku."
Salsa mengdengkus. Rasa percaya Fariz pada Ares memang tidak akan tergoyahkan, begitu pun dengan kesetiaan Ares pada Fariz.
"Tapi kenapa harus sekarang, Kak? Demi Tuhan, aku baru saja 20 tahun! Kenapa Kakak harus memaksaku menikah sekarang?"
"Sekarang atau sepuluh tahun lagi, kamu akan tetap menikah dengan Ares. Aku nggak akan membiarkan pecundang-pecundang sialan mendekatimu."
"Kalau begitu aku akan menggunakan hak ku sebagai manusia, aku nggak akan menikah dengan Ares atau siapa pun!"
"Kalau begitu bersiaplah untuk melepaskan semua nama keluarga kita dari dirimu."
"Apa?" Salsa mengerutkan dahinya. Dia berdiri, mencoba untuk tidak terintimidasi oleh Fariz. "Maksudnya?"
"Kamu nggak akan mendapatkan hak waris sepeserpun. Dan bagianmu akan disumbangkan pada yayasan sepenuhnya."
"Mana bisa begitu!"
"Bisa, sesuai dengan surat wasiat yang ditulis Papa, kamu hanya berhak mendapatkan hak warismu secara enuh saat kamu berusia 25. Dan kamu harus sudah menikah dan pernikahan itu harus bertahan sampai masa itu tiba."
Fariz dapat melihat bagaimana perubahan ekspresi wajah pada Salsa. Kucing kecil itu jelas langsung memikirkan sebuah ide kreatif yang muncul pada otaknya. Namun sayangnya, ide itu sudah diduga oleh Fariz. Karena Fariz tentu saja jauh lebih kreatif dari pada Salsa.
"Jangan lupakan Papa yang juga menuliskan soal keturunan." tambah Fariz dengan senyum miringnya.
"What?!" Salsa semakin menunjukkan wajahnya yang masam. "Kakak pasti hanya mengada-ada!"
"Kamu bisa telepon pengacara dan notaris kita sekarang kalau nggak percaya."
Salsa menjambak rambutnya sendiri.
"Jadi nggak perlu repot untuk membuat perjanjian kontrak pernikahan segala dengan Ares, jika itu yang ada dalam otak kecilmu saat ini." Fariz menatao tajam pada Salsa. Gadis itu segera menghindari tatapan Kakaknya yang sangat super menyebalkan. "Dia menikahimu secara resmi dimata hukum agama dan negara. Dan kamu tau sendiri, Ares bukan tipe laki-laki yang gemar melanggar peraturan dan perjanjian. Dia bukan pecundang sialan yang bodoh."
Saking kesalnya karena kini begitu tersudut, Salsa menendang boneka kucing yang tergeletak mengenaskan di dekat kakinya.
"Kuberi kamu waktu lima menit untuk memutuskan, menikah dengan Ares dan dapatkan hakmu. Atau nggak menikah dan... you know what will happen to you."
.
.
.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Rita Riau
mengerti diposisi Salsa sekarang,,,
sulit memang 🤔🤔
2024-01-10
1