Kehadiran pria berbaju berjas itu berhasil membuat Hanan mengembangkan senyum bahagia nya seolah mengatakan tamu istimewa sudah datang. Mendengar kebisingan dari luar membuat Hasna hang sedang berada di dapur langsung menoleh ke arah luar rumahnya terlihat sebuah sedan hitam mewah terparkir di halaman rumahnya.
Ia melirik Kirai yang sedang sibuk dengan kue yang akan ia buat.
"Hasna... Kemari lihat siapa yang datang," teriak Hanan dengan nada yang sangat senang.
Sontak suara Hanan membuat Kirai langsung menatap Hasna yang juga menatapnya.
"Kenapa mamak memanggil Etek dengan berteriak seperti itu?" Tanya Kirai yang membuat Hasna tersenyum.
"Aku rasa ini tamu yang mamak mu tunggu nak," jawab Hasna sembari tersenyum lebar menatap Kirai yang mengangguk paham dengan ucapan Hasna. "Etek keluar dulu ya, kamu bisa sendiri kan?" Tanya Hasna sembari mengambil selendang berwarna kuning sebagai kerudungnya.
"Ini juga hampir selesai Tek, setelah ini aku akan pergi ke rumah ibu dan Ayah," tutur sopan Kirai yang membuat etek Hasna mengangguk.
"Etek keluar dulu," pamit Hasna yang membuat Kirai mengangguk dan menatap dari pintu yang berada di sana.
Perlahan ia mengambil gelas dan nampan untuk membuat minuman untuk sang tamu.
"Siapa pria itu, kenapa mamak dan etek begitu menyambutnya, seperti seorang pegawai desa saja," gumam Kirai sembari membuat kopi untuk si tamu itu.
Sementara di ruang tamu Hasna langsung tersenyum menatap pria itu yang juga ikut tersenyum ke arahnya. Perlahan pria itu mengulurkan tangannya membuat Hasna meraih tangan kekar namun sangat halus.
"Apa kabar Tek?" Tanya pria itu menatap Hasna yang duduk di samping Hanan sang suami.
"Seperti yang kau lihat nak, kau semakin tampan dan gagah kan Da," puji Hasna menatap pria itu dengan tatapan senang dan bangga.
"Tidak, kita hanya jarang bertemu saja," ujar Pria itu yang diiringi dengan kekehan.
"Hasna mereka tinggal di antara gedung yang tinggi tentu cara mereka hidup juga berbeda,” kekehan Hanan yang membuat beberapa yang berada di sana tertawa.
Sebuah peristiwa mungkin akan selalu diingat oleh seseorang baik itu buruk atau baik, bahagia atau kesedihan semua berjalan di takdir tuhan yang mana kehidupan adalah inti dari semua permasalahan di dunia ini, kehadiran pria muda itu membuat Kirai teringat dengan sosok kedua orang tuanya, walaupun ia kini sudah mulai belajar untuk mengikhlaskan apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Bibirnya seketika melengkung di saat menatap bolu yang disajikan diatas piring. Jika kedua orang tuanya masih disana mungkin Kirai sudah mendapatkan pujian karena memasak bolu.
“Nak,” panggil lembut Hasna membuat Kirai langsung menatap pria paruh baya yang kini seperti ibunya.
“Iya tek?’ sahut lembut Kirai menatap Hasna yang berjalan mendekatinya.
“Apa kau sudah membuat kopi dan kuenya sudah selesai?” Tanya Hasna membuka selendang yang berada di kepalanya daan menatap Kirai yang mengangguk.
“semuanya sudah selesai tek,” jawab Kirai sembari menyusun dua gelas the dan beberapa cemilan yang baru saja ia masuk ke dalam sebuah nampan.
“tolong antarkan ke ruang tamu, tiba-tiba aku ingin buang air,” tutur Hasna yang diangguki oleh Kirai.
“…” tidak ada jawaban Kirai hanya mengangguk dan meraih selendang sutra berwarna putih untuk menutup kepalanya. Gadis itu sedikit heran dengan tingkah laku Hasna yang tiba-tiba menyuruhnya untuk mengantarkan minuman kepada tamu. Tapi ia tidak terlalu memikirkan hal- hal kecil itu, biasanya Hasna lah yang selalu mengantarkan minuman untuk tamu sementara Kirai akan disuruh untuk pergi ke kamar. Perlahan gadis itu membawa nampan yang berisi minuman dan cemilan ke ruang tamu. Sementara Hasna kembali keluar dari kamar mandi sembari tersenyum menatap Kirai yang berjalan dengan sangat pelan dan terlihat sangat anggun.
Berbeda dengan situasi di luar tepatnya di ruang tamu, suara Hanan dan suara pria berjas hitam saling bersautan suara tawa. Hanan terlihat sangat senang bertemu dengan pria yang berada di depannya.
“Jadi bagaimana proyek yang sedang kau lakukan nak?” Tanya Hanan menatap pria yang berada di depannya.
“Sejauh ini sangat lancar mak, tapi ada sedikit kesulitan dari beberapa warga yang tidak mengerti dengan prosedur proyek, di tambah anak-anak yang selalu mendekati mesin proyek, aku juga sulit untuk menghubungi karyawanku karena sinyal di desa sangat sulit,” jelas pria berjas itu yang membuat Hanan mengangguk paham.
“di desa susa sinyal nak untuk nak kecil dan warga aku akan membantu mu untuk bicara,” tukas Hanan menatap pria itu.
“tapi mak… ‘’ ucapan pria itu berhenti ketika melihat sosok gadis ber selendang sutera berjalan membawa nampan berisi dua gelas teh dan cemilan. Tatapan kagum dari pria muda itu membuat Hanan tersenyum tipis menatap Kirai yang berjalan sangat anggun menunduk sembari menyajikan the dan cemilan itu di atas meja yang berada di ruang tamu.
“airnya mak, da,” sahut Kirai tersenyum menatap Hanan dan beralih meletakan segelas teh di depan pria berjas itu.
Tidak ada jawaban Hanan hanya mengangguk dan tersenyum menatap Kirai sedangkan pria berjas itu hanya diam dan menatap lekat ke arah Kirai yang kembali bejalan masuk kedalam rumah itu.
“nak kau akan pergi ke rumah ayah dan ibumu??” Tanya Hanan yang membuat Kirai berhenti dan menatap Hanan.
Gadis itu hanya diam dan sedikit mengangguk.
“baiklah, hati- hati. Jangan terlalu lama di sana, pulang sebelum magrib,” sahut Hanan yang diangguki oleh Kirai.
“baik mak,” ujar lembut Kirai menatap Hanan dan beralih menatap pria berjas yang tak henti menatap ke arahnya.
“masuklah,” perintah Hanan yang kembali diangguki oleh Kirai.
Berbeda dengan pria berjas itu, mani hitamnya tak lepas dari sosok gadis yang perlahan menghilang dai pandangannya. Hanan hanya diam dan menatap pria itu dengan senyum tipis di bibirnya.
“itu kemenakan ku, namanya Kirai chania arifin, orang tuanya barru saja meninggal, sekarang ia tinggal bersamaku, dia gadis yang cantik, sopan dan anggun, dia tidak pernah meninggikan suaranya kepadaku,” Hanan yang membuat pria itu tersenyum dan mengangguk.
“aku pernah bertemu dengannya sebelum ke sini, aku dan supir tidak tau jalan ke masjid tua itu, di perjalanan aku bertemu dengan, dia cantik,” jelas prai itu yang membuat Hanan tersenyum.
***
cukup lama mereka berbicara di ruang tamu itu sekarang di ruang tammu telah duduk Hasna dan Hanan tak lupa dengan pria berjas itu yang tak henti hentinya untuk tertawa setiap mendengar ucapan dari Hanan. Sementara Kirai tengah bersiap untuk pergi ke rumah kayu peninggalan kedua orang tuanya. Gadis itu mengenakan rok selutut dipadukan dengan baju kaos terlihat sangat anggun.
“rai…” panggil Hasna yang membuat Kirai berjalan ke sumber suara. Ia berjalan keluar sembari mengambil sekantong plastic bunga mawar yang telah ia siapkan untuk kedua makam kedua orang tuanya.
“apa da ferdi sudah sampai tek?” Tanya Kirai sembari memasang selendang sutra di kepalanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Amanda
Mantap banget ceritanya!
2023-12-30
1