“Bagaimana hasil wisudamu Rai?” tanya Fatih yang berjalan di bawah tenda biru itu.
“Sangat memuaskan Da, aku tidak menyangka menjadi mahasiswa terbaik tahun ini, aku dengar kau juga menjadi lulusan terbaik di universitas ternama di Jakarta,” sahut Kirai berjalan sambil melirik Fatih yang berjalan di sampingnya.
“Alhamdulillah, aku juga bersyukur menjadi mahasiswa terbaik di sana, ayo aku akan mengantarmu pulang, tidak baik jika anak gadis berjalan sendiri di malam hari, ayah dan ibu aku rasa sudah khawatir karena tidak melihat putri kesayangannya di rumah,” kekehan Fatih yang membuat Kirai tersenyum tipis dan menatap ke arah langit hitam yang sesekali bercahaya karena hujan sudah mulai turun.
“Hujan akan semakin deras, aku akan mengambil payung tidak baik terlalu malam takut timbul fitnah,” sahut Fatih yang langsung membuat Kirai mengangguk.
"Ayo,” sahut Fatih yang berjalan mendekat ke arah Kirai yang berdiri di bawah tenda biru itu. “Ada apa dengan wajahmu?” Tanya Fatih yang membuat Kirai langsung memegang wajahnnya dan mengerutkan dahinya.
“Ada apa da?” Tanya Kirai menatap Fatih dengan wajah yang sangat serius.
“Aku melihat wajah yang cemburu dari kejauhan tadi, kau melihat tenda biru ini dengan sangat teliti, apa kau cemburu dan ingin seperti Rara,” sahut Fatih sambil terkekeh membuat Kirai memutar mata dengan malas dan menatap ke arah Fatih.
“Haiss… kau ini da, aku kira terjadi sesuatu pada wajahku,” ujar Kirai diiringi kekehan ringan. “Untuk apa iri aku masih kecil,” sahut Kirai yang seketika mengingat kejadian tadi siang antara ayah dan ibunya.
"Haik.. dua puluh tiga tahun masih kecil?” tanya Fatih menatap gemas ke arah gadis yang masih menyebut dirinya kecil. “Kapan kau akan seperti ini Rai?” tanya Fatih yang membuat Kirai tersenyum tipis.
“Sebentar lagi,” sahut Kirai tersenyum kecil.
“Hmm…” deheman Fatih menatap hujan yang mulai turun cukup deras.
“Kau kapan da?” Tanya Kirai tanpa menatap ke arah Fatih.
“Aku sedang menunggu seorang gadis,” sahut Fatih yang langsung membuat Kirai menatap lekat ke arah pemuda yang berada di sampingnya.
“Gadis?” tukas Kirai langsung membuat Fatih mengangguk. “Kau mencintainya?” Tanya Kirai seolah penasaran dengan gadis yang ditunggu oleh Fatih
“Aku sangat mencintainya, tapi aku selalu berdoa agar dia tidak di pinang oleh pemuda manapun,” jawab Fatih sambil tersenyum menatap Kirai yang tersenyum kecil.
“…” tidak ada jawaban Kirai hanya diam dan mengangguk menatap gelapnya malam dan tangan yang mulai memainkan rintik hujan yang membasahi tangannya.
Ucapan Fatih membuat rasa yang ia miliki untuk Fatih harus dilupakan, mencintai orang yang tidak mencintai kita rasa sangat sakit, tidak terlihat tapi terasa begitu sesak, Fatih adalah pemuda yang sangat ia cintai sejak duduk di bangku smp, bahkan satu kampung pun tau tentang kedekatan mereka. Kirai gadis itu mengira jika yang ia rasakan juga dirasakan Fatih, tapi setelah mendengar ucapan Fatih membuat Kirai membuat rasa itu harus hilang.
“Sekarang aku percaya kalimat yang mengatakan musibah terbesar itu adalah di saat kau mencintai seseorang yang tidak mencintaimu,” gumam Kirai dengan sangat pelan tapi tangannya menampung derasnya hujan di malam ini.
“Ada apa Rai?” Tanya Fatih yang tersenyum ke arah Kirai yang masih memainkan air hujan yang berada di tangannya.
“Tidak apa- apa da, apa yang kau tunggu, pinang gadis yang kau cintai sebelum dipinang oleh pemuda lain,” sahut Kirai tanpa menatap Fatih yang sedari tadi menatapnya.
“Aku sedang menunggu panggilan pekerjaanku, ada sesuatu yang masih ku tunggu, aku tidak ingin dia merasa kekurangan denganku nanti, dia gadis yang sangat cantik, sopan, ramah dan berasal dari keluarga terpandang juga, aku takut jika keluarganya tidak menerima kehadiranku bahkan sebaliknya dia yg tidak akan menerimaku, ketika aku datang dengan tangan kosong,” jelas Fatih yang ikut memainkan air hujan yang turun melalui sela sela tenda biru itu.
“Bagi kami perempuan minang, hanya takut jika pemuda yang kami cintai tidak kunjung datang meminang, apalagi di daerah kita Da, sistem perjodohan jalur mamak ataupun tetangga masih begitu kental,” sahut Kirai yang diangguki oleh Fatih.
“Itu yang sangat aku takutkan, dia berasal dari keluarga terpandang banyak yang mengintai gadis itu,” sahut Fatih yang semakin membuat sesak dada gadis yagn berada di samping nya.
Seketika Kirai terdiam ia kembali mengingat pertengarkanya. Pikirannya kini dipenuhi dengan pertanyaan siapa putera Pak Samsul yang akan di jodohkan dengan dirinya. Kirai memang tidak mengetahui jika Fatih adalah putra dari Pak Samsul karena Pak Samsull sangat jarang datang ke kampung itu karena ia bekerja di kota Jakarta sedangkan yang ia tau Fatih tinggal bersama neneknya.
“Kau tau, apa yang sangat berat bagi perempuan,” sahut Kirai melirik Fatih yang berada di sampingnya. “Menunggu atau mengiyakan ucapan dari orang tuanya dalam artian menunggu pinangan pria yang ia cintai atau memilih pria yang meminangnya langsung kepada orang tuanya, menunggu atau di cap tidak patuh dengan orang tua karena menolak ucapan mereka,” sahut Kirai yang diangguki oleh Fatih.
“Hmm… kau benar,” sahut Fatih yang mengangguk dan menatap Kirai yang memainkan air hujan di tangannya.
“jangan lupa undangannya Da, aku akan datang ke pernikahan kalian,” sahut Kirai sambil tersenyum tipis.
“Tentu, aku akan mengundangmu dan aku pastikan kau akan hadir di sana sebagai anak daronya,” sahut Fatih yang membuat Kirai mengerutkan dahinya dan menatap ke arah pemuda yang membuat dada nya menjadi sesak.
“Aku?” Tanya Kirai yang menunjuk dirinya dan menatap Fatih yang tersenyum manis.
“Kirai…” teriak seorang pemuda yang berada di ujung kegelapan yang masih tidak terlihat oleh Kirai.
Sontak suara itu membuat Kirai dan Fatih langsung menatap pemuda yang berlahan menampakan dirinya. Seorang pria yang berlari dan basah kuyup karena dia tidak mengenakan payung. Kedatangan pria itu membuat semua orang yang berada di sana keluar karena ia memanggil nama Kirai cukup keras.
“Ada apa?” Tanya Kirai langsung menatap pemuda itu yang menatapnya dengan nafas yang tidak teratur.
“Ayo ke rumah, pulang Rai,” sahut pemuda itu yang membuat Fatih langsung mengembangkan payung.
“Aku akan mengantarmu,” sahut Fatih yang langsung diangguki oleh Kirai.
Tidak hanya Kirai dan Fatih beberapa orang yang berada di sana langsung mengikuti berlari ke rumah kayu yang sangat disegani oleh masyarakat di daerah itu.
Sementara Fatih dan Kirai berjalan dengan langkah besar menuju rumah Kirai, perasaan gadis itu mulai tidak tenang ayah dan ibu nya pasti sedang tidur lalu mengapa pria itu datang dengan tergesa- gesa seperti telah terjadi sesuatu pada orang tuanya. Sebuah mobil ambulance baru saja lewat membuat Kirai semakin mempercepat langkah kakinya, tak tahan dengan perasaan yang sudah mulai tidak dapat di artikan gadis itu berlari menuju rumahnya meninggalkan Fatih yang terkejut dengan ulahnya yang secara tiba-tiba berlari.
“Kain hitam?” gumam Kirai yang terhenti ketika melihat kain hitam yang basah akibat air hujan terletak di depan rumahnya.
Note:
Anak Daro adalah pengantin wanita di daerah Minang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments