Sontak ucapan Hanan membuat kirai langsung membulatkan matanya menatap lekat manik hitam Hanan, gadis itu seolah menunggu Hanan mengatakan jika ini hanya sebuah candaan.
Sementara Hasna yang berada di sana langsung terkejut dengan ucapan sang suami, manik hitamnya langsung menatap kirai yang terkejut dengan ucapan Hanan.
“Tapi Da kita belum membicarakan ini,” sahut Hasna yang langsung duduk di samping kirai.
“Aku tau yang terbaik untuk anak keponakan ku, ingat perjanjian ini juga sudah kita putuskan sebelum Tan Malaka dan Arifin meninggal. Aku sudah menyetujui perjodohan ini begitupun ayah dan ibumu, tidak ada kata untuk menolak, sekali ini kau harus mengikuti ucapanku, karna baik atau buruknya aku mengetahui semuanya, asal usul pria itu dan kau juga sudah mengenalnya dari pada harus pergi ke kota, tanah yang kau pijak belum tentu bisa menjagamu jika kau pergi sendirian, keputusan sudah bulat tidak ada yang bisa mengubahnya.” Hanan mengatakan semuanya dengan tegas dan tanpa ragu menatap lekat manik hitam kirai yang juga menatapnya.
“Maaf sebelumnya Mak, tapi ini pernikahan bukan sebuah permainan yang bisa di kendalikan dengan orang lain, pernikahan akan terjadi jika aku sendiri yang menginginkannya, bagaimana mamak bisa memaksaku untuk menikah dengan pria yang tidak aku kenali, aku hanya mengenal da Fatih di sini. Apa aku…”
“Aku sudah mendengarkan segalanya tentang kau dah Fatih, aku tidak menginginkan anak keponakanku menjadi bahan gunjingan orang kampung, pria yang akan menjadi suamimu harus tau asal usulnya, bibit bobotnya, dan aku tidak ingin kau menjadi sengsara setelah menikah, aku ingin kau hidup berkecukupan tidak seperti aku bahkan seperti kehidupan ayah dan ibumu, hanya bisa mencari uang dari pagi ke pagi,” tukas Hanan membuat Hasna langsung menatap sang suami.
“Sudah Da, jangan memaksa kirai seperti ini,” ucap Hasna memeluk kirai yang mulai berkaca- kaca.
“Tapi mak, aku ingin melanjutkan pendidikanku aku ingin bekerja, aku tidak ingin menikah di usia muda dan jika itu benar-benar akan terjadi aku akan menikah dengan da Fatih orang yang aku kenal, aku mengenalnya dengan baik bahkan kami tumbuh bersama.”
“Aku sudah mendengarkan semuanya, kau dan Fatih sering bertemu di rumah ibumu, aku bahkan tidak menginginkan hal buruk terjadi bahkan kabar- kabar buruk yang dibawa burung padaku, kau tinggal di desa bahkan setiap langkah dan tingkah lakumu menjadi sorotan, kau keponakanku anak dari adikku Tan Malaka dan Arifin.” Hanan mulai menaikkan suaranya pertanda pria paruh baya itu mulai terpancing emosi.
“Sudah Da, kita akan bicarakan ini nanti saja,” sahut Hasna mencoba menenangkan situasi yang mulai panas.
“Tapi kami tidak melanggar sopan dan santun Mak,” ucap kirai dengan suara yang mulai bergetar.
“Jangan kau bandingkan keadaan kampung kita dengan cerita- cerita yang sudah kau baca, cinta hanya lah khayalan dongeng dalam cerita saja, kau limpapeh rumah Nan gadang (kamu sebuah kebanggaan) , Fatih bukanlah orang yang berasal dari Minang dia pendatang yang tiba- tiba menjadi bagian dari kita, itu sama saja menjatuhkan harga diriku bahkan mencemarkan nama baikku, jan lupo, gunuang marapi masih Koko tagak badiri, adaik masih badiri kuaik, Indak lapuak dek hujan indak langkang dek paneh ( jangan lupa gunung merapi masih koko berdiri, adat masih berdiri kuat, tidak bisa di rubah oleh siapa pun),” sarkas Hanan yang tak ingin di patahkan oleh kirai.
“Tapi Da Fatih berniat padaku Mak, dia ingin meminang ku, menjadikan aku sebagai istrinya.” Suara Kirai bergetar bersaman dengan air mata yang membasahi pipinya.
“Tidak bisa!!! Orang sepertinya tidak bisa di jadikan sandaran hidup, zaman sekarang mencari calon suami harus tau asal usul keluarganya, jelas mata pencahariannya bisa di jadikan sandaran hidup, jika kau menikah dengan Fatih, hidupmu akan sama seperti Ibumu. Malaraik, (miskin), ” ujar Hanan dengan suara lantangnya. “Sakali kini kau harus Manuruik jo kato mamak, Alek akan tatap bajalan dengan kau sebagai anak Daro nyo, kini kau manangih tapi Isuak kau akan batarimo kasih ka mamak (sekali ini kamu harus mengikuti mamak, pernikahan akan tetap berlangsung kamu menjadi pengantin nya),” sahut Hanan menatap kirai yang menangis tersedu- sedu.
“Tapi kirai tidak ingin menikah Mak,” ucap kirai dengan nada suara yang meninggi air matanya mulai mengalir dengan deras.
Sontak itu membuat Hasna langsung menatap sang suami yang terlihat marah.
“Tidak ada penolakan, aku tau yang terbaik untuk mu.”
“Bagaimana mamak bisa mengambil keputusan seperti ini sedangkan aku tidak menerima pernikahan ini.”
“kana gunonyo baju kalo Indak Ado sarawanyo, Kana Gunonyo ilmu kalo indak Ado adabnyo, bakcando mamanggang aia, Minyak abih api tak nampak (maknanya tidak ada gunanya ilmu jika tidak ada adabnya),” Ucap Hanan seraya membakar rokok yang berada di atas meja.
“Tapi…”
“Sudah nak, masuklah ke kamarmu. Aku akan bicara pada mamakmu,” cegah Hasna seraya menyeka air mata kirai.
Tidak ada jawaban kirai langsung berdiri berjalan cepat masuk ke dalam kamarnya dengan air mata yang mengalir deras di pipinya.
Sementara Hasna ia menatap Hanan yang tengah menghisap rokok, asap rokok mengelilingi wajahnya membuat Hasna mengurungkan niat untuk berbicara pada suaminya.
Kirai gadis itu kini duduk di tepi ranjang menangis tersedu- sedu memukul pelan dadanya yang terasa begitu sesak.
“ayahhh……” gumam kirai sembari menatap langit gelap dari jendela kaca di kamarnya. “Ibuuuuuu…. Aku sangat merindukan kalian. Aku tidak bisa hidup seperti ini, rasanya seperti terkurung dalam sangkar emas, sampai hati urang mengubuah cito- cito kirai Yah,( sampai hati orang mengubur cita- kita kirai ayah),” Isak tangis gadis itu menatap langit hitam yang mulai menurunkan rintikan hujan. “Ibu sakali sajo jampuik anak ibu kamari, Latiah Sagalo pasandian, hiduik anak ayah Jo ibu alah di tangan urang bak Jawi diirik kalawan Manuruik sajo kato urang, Batua kato urang, Indak kasado urang nio mancaliak awak gagal tapi ampiang kasado urang Indak nio awak balabiah darinyo, Iyo kironyo Bu, tinggi langik taraso kalau awak Indak pandai manga- manga ko, kalo tingga Jo amak, berang na Amak nasi masih bisa tasuok tapi kok jo urang tingga indk ka tasuok nasi tu do. (sakali saja jemput aku, hidupku sudah di atur oleh orang lain, seperti sapi yang di tarik dengan talinya, hanya bisa mengikuti sang pengembala, betul kata mu Bu, tidak semua orang bisa melihat kita bahagia, tinggal bersama kedua orang tua jauh berbeda dengan tinggal bersama orang lain,)" Kirai menangis tersedu- sedu meringkuk di tepi ranjang merindukan sosok kedua orang tuanya, kepergian ayah dan ibu membuat jalan hidup gadis itu berubah jalan takdir seolah berbalik arah. Hidup mempermainkan perasaannya. “saumpamo nyalo sakam alah hanguih Denai di dalamnya, rinaikanlah oh tuhan nak-nyo padam nyalo di badan. (maknanya keputus asaan seseorang terhadap hidupnya, hancur namun tak bisa berbuat apa-apa.)
Tok.. tok… tok…
Suara ketuka pintu membuat kirai langsung menyeka air matanya dengan cepat duduk di tepi ranjang dengan mata yang tertuju pada rintikan hujan yang turun di malam ini.
“Kau belum tidur nak?” Suara itu berasal dari Hasna yang baru saja masuk ke dalam kamar.
“...” Tidak ada jawaban kirai hanya menggelengkan kepalanya.
Wanita paruh baya itu tersenyum tipis seraya mengambil kursi dan duduk di depan kirai.
“Setiap malam sekarang turun hujan, aku boleh menutup jendelanya?” Tanya Hasna menatap kirai. Jangankan menjawab gadis itu hanya menganggukkan kepala. Hasna mengerti dengan situasi hati sang keponakan.
“Bukannyo itu rancak Tek? Satidaknyo aia hujan bisa mambuek Denai karam, Talitak badan ko jiko tabayang ayah Jo ibu, satiok melangkah kaki tasangkuik, tangan nan tak sampai manjangkau kandak di hati samakin batahan samakin sansai Juo, Ba'a ndak ibu Jo ayah manjapuik kirai bia nak hilang seso badan… (setidaknya hujan bisa membuatku tenggelam, aku lelah merindukan kedua orang tua, setiap melangkah aku tersandung, tidak bisa mewujudkan keinginan ku sendiri, ayah ibu tolong jemput aku agar tidak lagi merasakan penderitaan ini ..)”
“Nakk…” potong Hasna langsung menutup mulut gadis berdarah Minang itu, air matanya mulai berkumpul di pelupuk mata yang mulai keriput.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
martina melati
permisi thor... berhubung msh 20 episode jd masih awal y... tp koq gk ada hubunganny dg sinopsi shanum y... apa salah ketik gt...
sempat terbaca sblm masuk episode1
2024-12-29
1