TUJUH HARI

"Kirai tidur di pembaringan kedua orang tuanya, aku yakin dia masih tidak menerima jika kedua orang tuanya telah tiada," jelas Hasna yang membuat Hanan mengangguk dan memalingkan wajahnya. Setiap sudut rumah itu terlihat dan terdengar suara Tan malaka yang selalu senang menyambut kedatangan dirinya.

"Aku merasa bersalah dengan kedua adikku, dia pulang dari rumahku dalam keadaan berkecil hati karena ucapanku ynag sudah kelewatan, Maafkan aku ibu aku tidak bisa menjaga si bungsumu," ujar Hanan sembari menangis dan memukul pelan kepalanya seolah sedang menyesali perbuatannya yang sangat ia sesali.

"Semuanya sudah di atur oleh sang maha pencipta, kita hanya perlu menjalaninya saja, aku harap Uda bisa menahannya tangisan ini di depan Kirai, dia sangat terpukul dengan perginya kedua orang tuanya, seperti anak ayam yang kehilangan induk, tidak tau arah, kemana ia harus singgah, kita sebagai Ibu dan Ayah seterusnya harus membuatnya bahagia ketika dia bersama ayah dan ibunya," jelas Hasna menatap Kirai yang masih tertidur dan beralih menatap sang suami yang mengelap air mata dengan kasar.

"Aku akan berjanji pada diriku sendiri, gadis itu akan bahagia dalam hidupnya, aku tidak akan membuatnya merasa kekurangan," ucap Hanan yang membuat Hasna sedikit mengangguk dan menatap ke arah Kirai yang masih tertidur dan sesekali tersedu-sedu.

***

Malam hari, tepat setelah ba'da isya. Suasana di rumah kayu itu masih berduka dengan beberapa orang yang berada di dalam rumah lengkap dengan seorang ustadz yang sedang memberi ceramah takziah. Kirai gadis itu hanya diam di sudut rumah mendengar seorang ustadz yang sedang berceramah. Sudut pandangnya menangkap seorang pria muda yang sedari tadi melihatnya, pria itu terlihat sangat khawatir dengan keadaan Kirai yang sedikit pucat mata sembab. Dia adalah Fatih.

Seketika bibir gadis itu melengkung di saat Fatih juga ikut melempar senyum tipis ke arah Kirai seolah memberi semangat pada gadis malang itu.

Tidak berlangsung lama, acara itu perlahan selesai para warga juga mulai kembali ke rumah masing-masing. Berbeda dengan Fatih yang berdiri di depan anak tangga sedang berbicara dengan kirai menatap langit hitam di malam hari itu.

"Aku turut berduka cita atas kepergian orang tuamu Rai," sahut Fatih yang membuat Kirai tersenyum tipis.

"Semuanya seperti mimpi Da, aku tidak tau harus berbuat apa lagi, mamak dan etek Hasna mengajak ku tinggal bersama mereka, di satu sisi aku juga tidak bisa meninggalkan rumah peninggalan orang tuaku, rumah dimana aku mulai berjalan dan sampai merasakan pahit seperti sekarang ini," ucap sendu Kirai yang membuat Fatih terdiam dan menatap lekat Kirai.

"Takdir sudah di tetapkan oleh sang pencipta kita hanya perlu menantinya, seperti waktu kita sekolah dulu, apa kau ingat ketika ada ujian guru akan mengatakan ada ujian harap tenang, dan siapa yang sudah selesai boleh pulang, setelah aku dewasa aku mengerti kenapa guru itu mengatakannya," jelas Fatih yang berhasil membuat Kirai tertegun.

Bagaimana tidak ia baru sadari jika itu seharusnya ia pahami juga, disaat ada ujian kita harus sabar dan setelah ujian itu selesai kita juga akan kembali kepada sang pencipta sesingkat itu tapi sulit untuk gadis berdarah Minang itu menerima kenyataan pahitnya.

"Aku seperti kehilangan arah," tutur Kirai yang membuat Fatih mengangguk pelan.

"Setiap orang yang kehilangan orang tua pasti seperti pendaki yang kehilangan petunjuk arahnya, kehilangan arah untuk sekarang itu hal yang wajar tapi kau juga harus mencari arah untuk hidupmu selanjutnya, aku yakin kau sudah dewasa Rai, pasti mengerti dengan apa yang aku katakan, ikutlah bersama mamak dan Etekmu, aku rasa Orang tuamu juga akan senang dengan keputusan, melihat gadi kesayangan mereka berada di tempat yang aman," sahut Fatih yang membuat Kirai mengangguk.

"Aku harus pulang, jangan terlalu memikirkan apa yang telah terjadi, mengikhlaskan kepergian mereka sangat sulit tapi kau harus belajar untuk mengikhlaskannya," pungkas Fatih yang membuat Kirai mengangguk. "Sampaikan kepada mamak Hanan dan Etek Hasna, aku pulang dulu," sahut Fatih tersenyum mengusap pelan puncak rambut gadis yang tersenyum tipis menatap kepergiannya.

# satu Minggu

Ini sudah lebih dari satu Minggu, keputusan Kirai untuk tinggal bersama Mamak Hanan dan Etek Hasna membuat gadis itu sedikit lebih baik dari sebelumnya, setiap jam dua sore akan datang seorang pria paruh baya yang mengunakan delman untuk menjemput gadis itu mengantar ke rumah kayu yang setiap hari ia kunjungi tak lupa dengan bunga untuk kedua orang tuanya.

Suasana pagi di rumah Sederhana Mamak Hanan membuat Kirai perlahan mengikhlaskan kepergian orang tuanya, walaupun sesekali gadis itu akan menangis teringat kedua orang tuanya, Etek Hasna sangat membantu Kirai untuk tidak selalu mengingat kejadian pahit itu.

"Nak, ayo sarapan," sahut Hasna membuat Kirai yang tengah menyapu halaman rumah itu langsung mengangguk mencuci tangannya dan berjalan ke teras rumah menatap Mamak Hanan dan Etek Hasna yang tersenyum ke arahnya.

"Ayo makan, bisa-bisa kau pingsan karena tidak makan pagi karena terlalu sibuk membersihkan rumah kecilku ini," kekehan Hanan yang membuat Hasna dan Kirai juga ikut tersenyum.

Perlahan mereka memakan nasi goreng yang di buat oleh Tek Hasna yang membuat Kirai tersenyum dan menatap Ke arah piring yang berisi nasi goreng itu, rasanya sangat sama dengan buatan mendiang ibunya.

"siang ini, apa kau akan pergi ke rumah Ibumu nak?" Tanya Hanan yang telah siap memakan habis sarapannya.

"..." Tidak ada jawaban Kirai hanya mengangguk dan tersenyum.

"Pagi ini akan kedatangan tamu, apa kau bisa membuat kue untuk mereka?" Sambung Hasna yang langsung diangguki oleh Kirai.

"Aku sangat suka memasak kue," sahut Kirai dengan antusias membuat Hasna dan Hanan saling melirik dan tersenyum.

"Setelah ini kita akan membeli bahan-bahannya, kau ikutlah bersama ku ke pasar," tukas Hasna yang langsung diangguki oleh Kirai.

***

Kedatangan sebuah mobil hitam yang berhenti tepat di depan rumah Hanan membuat Hanan yang sedang membaca buku langsung berdiri dan memasang kacamatanya. Bibir melengkung ke atas menandakan ia sudah menunggu kehadiran pria itu.

Seorang pria yang mengunakan kemeja berwarna navy dengan tangan yang di sisingkan hingga lengan di padukan dengan celana dasar hitam membuat pria muda itu sangat terlihat tampan dan berkharisma, perawakan seperti campuran antara indo dan Belanda membuat siapa pun yang melihatnya ikut terkesima dengan ketampanan pria itu.

"Selamat siang," sahut seorang pria yang langsung diangguki oleh Hanan .

"Siang," jawab Hanan sambil tersenyum menatap pria muda yang mulai tersenyum ke arahnya.

"Apa ini Rumah Tuan Hanan dan Nyonya Hasna?" Tanya seorang pria paruh baya yang tak lain adalah supirnya.

"Sudah pak, ini adalah paman ku, kau boleh menunggu di dalam mobil atau duduk bersama kami di sini," ujar pria itu yang membuat sang supir langsung tersenyum.

"Aku duduk di luar saja Tuan, suasananya sangat indah berbeda sama yang di kota," kekehan Supir itu membuat Hanan dan pria muda itu tersenyum.

Episodes
1 KIRAI CHANIA ARIFIN
2 RUMAH MAMAK
3 PERTENGKARAN
4 MARAWI
5 LONGSOR
6 KAIN HITAM
7 RUMAH KAYU BERDUKA
8 KEINGINAN HANAN DAN HASNA
9 TUJUH HARI
10 TAMU ISTIMEWA
11 BERTEMU FATIH
12 UNGKAPAN PERASAAN
13 KUNJUNGAN CHARLES
14 MAKAN SIANG BERSAMA
15 KAU MENYUKAINYA?
16 AKU MENYUKAIMU RAI ...
17 JAWABAN KIRAI
18 URANG MINANG
19 LAMARAN?
20 DIJODOHKAN!
21 SAYA MINTA MAAF...
22 BASUNTIANG DINAGARI URANG
23 MEMINANG KIRAI
24 LUPAKAN KIRAI!!
25 PINGIT
26 MALAM BAINAI
27 IJAB KABUL
28 ARAK BAKO
29 KELELAHAN
30 BARALEK GADANG
31 NAMA PANGGILAN
32 PERSIAPAN KE KOTA
33 KE RUMAH KAYU
34 NURBAYA ATAU HAYATI?
35 AKAN KU BUAT KAU MENCINTAI KU
36 FITTING BAJU PENGANTIN
37 ABANG CANTIK?
38 RESEPSI PERNIKAHAN
39 KE RUMAH KAKEK
40 MARALIS
41 LIONTIN
42 TEMAN CHARLES
43 RUANG GYM
44 PELAN-PELAN ABANG
45 LINGERIE
46 ABANG JANJI?
47 PEMBALUT
48 KAMPUS
49 MULAI CEMBURU
50 LUPA DENGAN STATUS?
51 ANU.... ABANGGG
52 INI PERINTAH TUAN
53 CEMBURU
54 KEMARAHAN CHARLES
55 MARI SALING MENGENAL
56 KESEPAKATAN
57 INI CINTA
58 KEHEBOHAN KAMPUS
59 SIMBOL CINTA
60 MALU
61 TAMU TAK DIUNDANG
62 BERHENTI MEMASAK
63 MULAI POSESIF
64 KEDATANGAN MARALIS
65 DUNIAKU ADALAH KIRAI
66 GARA-GARA MARTABAK
67 SULIT DI TEBAK
68 FATIH?
69 AKU IKHLAS...
70 KEKECEWAAN CHARLES
71 CHARLES MENGHILANG
72 MELEPASKAN ATAU MERELAKAN
73 DEMAM
74 CINTA YANG SUDAH ADA PEMILIKNYA
75 MALL
76 DIRAMPOK
77 APA AKU CANTIK?
78 DUA KABAR BAIK
79 JANTUNGKU BERDEBAR
80 PESTA TENDER
81 PENGUNTIT
82 PRIA YANG TIDAK DIKENAL
83 NYONYA MENGHILANG
84 PETUNJUK
85 DALANG PENCULIKAN
86 PUTRA ANGKAT
87 PERMAINAN BELUM USAI
88 TERTEMBAK
89 TUAN SUDAH TIADA...
90 AKU MENCINTAIMU...
Episodes

Updated 90 Episodes

1
KIRAI CHANIA ARIFIN
2
RUMAH MAMAK
3
PERTENGKARAN
4
MARAWI
5
LONGSOR
6
KAIN HITAM
7
RUMAH KAYU BERDUKA
8
KEINGINAN HANAN DAN HASNA
9
TUJUH HARI
10
TAMU ISTIMEWA
11
BERTEMU FATIH
12
UNGKAPAN PERASAAN
13
KUNJUNGAN CHARLES
14
MAKAN SIANG BERSAMA
15
KAU MENYUKAINYA?
16
AKU MENYUKAIMU RAI ...
17
JAWABAN KIRAI
18
URANG MINANG
19
LAMARAN?
20
DIJODOHKAN!
21
SAYA MINTA MAAF...
22
BASUNTIANG DINAGARI URANG
23
MEMINANG KIRAI
24
LUPAKAN KIRAI!!
25
PINGIT
26
MALAM BAINAI
27
IJAB KABUL
28
ARAK BAKO
29
KELELAHAN
30
BARALEK GADANG
31
NAMA PANGGILAN
32
PERSIAPAN KE KOTA
33
KE RUMAH KAYU
34
NURBAYA ATAU HAYATI?
35
AKAN KU BUAT KAU MENCINTAI KU
36
FITTING BAJU PENGANTIN
37
ABANG CANTIK?
38
RESEPSI PERNIKAHAN
39
KE RUMAH KAKEK
40
MARALIS
41
LIONTIN
42
TEMAN CHARLES
43
RUANG GYM
44
PELAN-PELAN ABANG
45
LINGERIE
46
ABANG JANJI?
47
PEMBALUT
48
KAMPUS
49
MULAI CEMBURU
50
LUPA DENGAN STATUS?
51
ANU.... ABANGGG
52
INI PERINTAH TUAN
53
CEMBURU
54
KEMARAHAN CHARLES
55
MARI SALING MENGENAL
56
KESEPAKATAN
57
INI CINTA
58
KEHEBOHAN KAMPUS
59
SIMBOL CINTA
60
MALU
61
TAMU TAK DIUNDANG
62
BERHENTI MEMASAK
63
MULAI POSESIF
64
KEDATANGAN MARALIS
65
DUNIAKU ADALAH KIRAI
66
GARA-GARA MARTABAK
67
SULIT DI TEBAK
68
FATIH?
69
AKU IKHLAS...
70
KEKECEWAAN CHARLES
71
CHARLES MENGHILANG
72
MELEPASKAN ATAU MERELAKAN
73
DEMAM
74
CINTA YANG SUDAH ADA PEMILIKNYA
75
MALL
76
DIRAMPOK
77
APA AKU CANTIK?
78
DUA KABAR BAIK
79
JANTUNGKU BERDEBAR
80
PESTA TENDER
81
PENGUNTIT
82
PRIA YANG TIDAK DIKENAL
83
NYONYA MENGHILANG
84
PETUNJUK
85
DALANG PENCULIKAN
86
PUTRA ANGKAT
87
PERMAINAN BELUM USAI
88
TERTEMBAK
89
TUAN SUDAH TIADA...
90
AKU MENCINTAIMU...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!