Tubuh di balik selimut itu menggeliat. Mengungkapkan lengan kurus putih yang dibalut piyama lembut berwarna cream. Bulu mata panjang itu bergerak-gerak dan mulai terbuka. Memperlihatkan sepasang mata hitam yang tak fokus. Nadia terbangun dan sejenak linglung.
Tempat ini tampak asing.
Ah, ini rumah baruku.
Nadia memandang kamar luasnya yang tampak sepi. Perlahan turun dan bertelanjang kaki membuka pintu balkon.
Angin pagi yang segar menyambutnya. Menerbangkan rambut sepundaknya hingga berantakan. Matahari telah terbit dan sedikit kabut masih menutupi kota. Mobil sudah berlalu lalang di bawah sana. Suasana sudah mulai hidup.
Sinar matahari yang menyentuh kulitnya tampak hangat. Nadia mulai tersenyum dan memejamkan matanya dengan santai.
Mengumpulkan energi.
Saat ia membuka matanya kembali, semangat telah membanjiri tubuhnya. Persetan dengan kematian. Bagaimanapun Nadia akan melakukan yang terbaik dan tak memikirkan hasil akhirnya. Kalaupun ia mati, yasudah lah. Setidaknya ia sudah merasakan kekayaan dan mungkin ia bisa kembali ke dunianya.
Kalau ia bisa tetap hidup... Itu bagus. Ia cantik dan kaya. Ia juga bisa mencari lelaki tampan meski tak lagi bisa kembali ke dunianya dan bertemu orangtuanya.
Pilihan apapun itu, semua ada sisi plus minusnya.
Sekarang yang harus dia lakukan adalah...
KRUYUK
Suara perutnya yang nyaring terdengar di ruangan. Nadia merasa malu dan segera turun ke bawah. Karena ia tak memiliki stok makanan apapun, ia memutuskan untuk memesan makanan untuk sarapan.
Nadia memesan bubur ayam. Tak lama ia mendapat telpon untuk turun ke lobi. Pengantar makanan memang tak bisa naik ke atas karena akses keamanan jadi Nadia harus turun ke bawah untuk mengambilnya.
"Nona apakah apartemenmu di lantai G?" tanya pengantar makanan itu.
Nadia menatapnya. "Kenapa?"
Pengantar makanan itu tampak senang. "Nona syukurlah. Penghuni apartemen G22 tidak kunjung mengangkat telponku. Aku tak bisa menunggu lagi karena masih harus mengantar pesanan. Bisakah aku menitipkan pesanannya padamu?" ia tampak memohon.
Karena tak merepotkan Nadia menyanggupinya. Setelah naik ia menekan bel apartemen no G22 yang terletak persis di sampingnya.
Ding dong
Pintu terbuka. Wajah wanita yang baru bangun muncul di pintu.
"Apa?"
Wanita itu tampak malas dengan mata yang setengah terbuka. Tubuhnya sangat tinggi hingga Nadia harus menengadah.
"Ini buburmu." Nadia menyerahkan kantong kresek di tangannya.
Wanita itu tampak senang. "Oh? Kau pengantar makanan. Ini tip untukmu!" ia menyelipkan selembar seratus ribu ke tangan Nadia dan membanting pintunya.
"Aku bukan..."Nadia ingin menolaknya tapi wanita itu sudah menghilang. Sejenak Nadia terdiam dan menatap uang di tangannya. Sudahlah. Nanti ia akan mengembalikan uang itu. Nadia pun kembali ke apartemennya.
Tak berselang lama pintu apartemen tempat Nadia mengantar bubur itu terbuka. Wanita mengantuk berpiyama sudah berganti menjadi wanita tinggi yang cantik. Mata panjang di wajah ovalnya begitu menarik. Lipstik merahnya senada dengan highheels yang dikenakannya. Celana jeans membungkus kaki panjangnya mengungkapkan sosoknya yang tinggi semampai. Langkahnya anggun seperti model.
"Serena, aku sudah di lobi. Turunlah kita harus berangkat ke lokasi syuting." suara managernya di balik telpon.
Serena mengiyakan dan menaiki lift. Tak lupa ia memakai masker dan kecamata hitam menutupi wajahnya.
Di lobi ia segera menaiki alphard yang sudah terparkir menunggunya.
"Hari ini syuting pertama kita. Dengan popularitasmu, akan ada banyak wartawan dan fans yang datang. Tetap perhatikan sikapmu." Manager yang sedang membawa mobil mengingatkannya. Serena tak membalas dan hanya menatap ke luar jendela tak peduli.
Serena merupakan artis papan atas yang sudah memulai karir aktingnya di usia dini. Mencoba berakting dalam berbagai karakter dan genre. Di usianya yang ke 26 ini, ia sudah menjadi artis no 1 di negara ini. Semua film yang dibintanginya meledak di box office. Setiap drama yang dimainkannya diminati hingga sering diremake berbagai negara. Ia sering menyabet berbagai penghargaan setiap tahun. Di tahun ini, ia sedang melebarkan sayap aktingnya di hollywood dan kabarnya telah menandatangani kontrak untuk menjadi salah satu karakter dalam film yang digarap Marvel.
Dalam drama yang akan dibintanginya kali ini Serena hanya akan muncul di delapan episode pertama saja untuk mendongkrak popularitas dikarenakan pemeran utama wanita kali ini merupakan pendatang baru tak terkenal sehingga sutradara menyiasatinya dengan menyisipkan artis kelas atas untuk menarik minat masyarakat.
Drama cinta kali ini berkisah tentang anak dari keluarga kaya yang jatuh cinta pada putri dari pembantunya. Latar belakang yang berbeda itu membuat pemeran utama wanita sering mendapatkan perlakuan tak baik dari keluarga dan teman-teman pemeran utama pria. Serena akan menjadi pacar dari pemeran utama pria dan memimpin bullying pada pemeran utama wanita.
Sebenarnya Serena tak terlalu tertarik pada drama cinta biasa seperti itu. Hanya saja drama itu juga dibintangi oleh laki-laki yang disukainya. Hans. Laki-laki itu berperan sebagai second male lead yang akan berperan sebagai pelindung bagi pemeran utama wanita saat ia mengalami kesulitan.
Sampai di lokasi syuting puluhan fans dan wartawan sudah menunggu. Serena segera keluar mobil dan teriakan fans mulai terdengar. Mereka menyebut nama Serena dengan semangat. Kilatan cahaya dari kamera wartawan terus bermunculan. Serena melambaikan tangan dengan ramah ke kerumunan itu.
Untungnya ada pembatas antara mereka dengan crew di lokasi syuting sehingga acara syuting tak akan terganggu.
"Serena... Untung kau sudah datang. Ayo segera ganti pakaianmu dan berdandan. Kita akan mulai syuting 30 menit lagi." ujar sutradara.
Serena segera digiring menuju ruangan makeup. Saat ia masuk di dalam sedang terjadi keributan.
"Apa yang terjadi di sini?" tanya Serena. Ia melihat tukang riasnya sedang beradu pendapat dengan seorang gadis bergaun putih yang membelakanginya.
Gadis itu berbalik dan Serena bisa melihat wajah cantik bagaikan dewi yang tampak polos. Wajah itu terlihat cemas.
"Halo Nona Serena... Aku.. Aku Clara."
Serena mengangguk. Rupanya dia si pendatang baru itu. Cukup cantik.
"Apa yang terjadi di sini?" Serena memandang tukang riasnya.
Gadis itu berkata. "Nona Serena, Nona Clara bersikeras meminta aku meriasnya karena tukang rias yang disediakan sutradara sakit perut dan sedang di kamar mandi. Aku menolaknya karena aku tukang riasmu."
Clara bersuara. "Nona... Aku harus syuting 30 menit lagi. Tak ada tukang rias lain di sini melainkan milikmu. Tolonglah aku tak akan lama."
Serena mengeryit. "Kami akan syuting bersama. Maaf aku tidak bisa membantumu. Tunggulah sampai aku selesai." Serena menolaknya.
Clara segera menyambar tangannya. "Nona, aku hanya sebentar dan tak akan menyita waktumu."
Terdengar suara di belakang Clara. "Nona Serena tolong mengertilah. Nona Clara itu pemeran utama hingga tak bisa ditunda lagi." itu suara manager Clara.
Serena terdiam. Tukang rias ini adalah tukang rias pribadinya, tapi mengapa orang-orang tak tahu malu ini begitu ngotot?.
"Aku akan mengijinkannya. Tapi tunggu setelah aku selesai atau carilah tukang rias lain." Serena segera duduk dan meninggalkan mereka. Tukang riasnya dengan sigap segera memberi riasan di wajahnya.
Dua puluh menit berlalu dan ia selesai. Ia lalu ke ruang ganti untuk mengubah pakaiannya.
Ketika ia selesai tukang riasnya sedang mendandani Clara. Serena segera meninggalkan ruangan dan mencari tempat duduk untuk membaca skripnya.
Pada akhirnya syuting tertunda selama lebih dari tiga puluh menit karena kelalaian crew makeup dalam mengatur pemeran utama wanita. Clara segera meminta maaf kepada semua orang.
Syuting akhirnya berlangsung. Adegan ini adalah pertemuan pertama para pemeran utama. Serena yang berperan sebagai Claudia akan marah pada pacarnya Bram, dan mengusirnya dari mobil. Menurunkan pemeran utama pria itu di dekat mini market tempat Clara bekerja. Di sanalah pertemuan pertama para pemeran utama terjadi.
Akhirnya adegan demi adegan di ambil. Menjelang siang istirahat berlangsung dan Serena langsung mencari tempat teduh untuk istirahat.
Di kejauhan sana Clara dengan sigap tampak membagikan minuman demi minuman ke seluruh crew dan dan artis yang bermain. Ia memesan minuman itu dan secara pribadi membagikannya dan meminta maaf atas keterlambatannya yang menunda syuting tadi pagi.
"Dia tampak rendah hati." ujar Raditya, yang memerankan Bram sebagai pemeran utama.
Serena yang sedang beristirahat membuka matanya dan menatap gadis yang tengah menyebarkan senyum itu.
"Ya, kau benar." Hans yang duduk di samping Serena mengangguk. Membuat Serena mengeryitkan keningnya.
Tak lama Clara muncul di hadapan mereka dan membagikan minumannya.
"Ini minuman dingin untuk kalian. Aku minta maaf atas perbuatanku tadi pagi." ujarnya lembut. Membagikan minuman kepada mereka bertiga.
"Itu tak masalah." Raditya dan Hans tersenyum. Menerima minuman mereka.
Tangan Clara terulur menyerahkan minuman kepada Serena. Serena menyambutnya dan hendak mengambil gelas itu. Tapi pegangan di tangan Clara melonggar dan...
"Ahhhh...."Kopi yang dingin tumpah. Membasahi gaun putih Clara.
Keributan itu mengundang perhatian semua orang. Pandangan mereka tertuju pada gelas yang dipegang Serena dan pada gaun Clara yang ternoda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
juendidi
karya yang brilliant dan alur yang santaii.. segelas kopi untuk thor/Angry//Angry/
2024-01-21
0