Acara makan Nadia dan Liam yang tenang terganggu oleh kemunculan Clara ke dapur. Ia menatap takjub pada makanan di meja sebelum mengalihkan pandangannya pada Nadia.
"Kakak. Kevin datang dan sedang bersama ayah. Mereka mencarimu." Clara berbicara pada Nadia. Tapi matanya terpaku pada lelaki tampan di sebelahnya yang tampak acuh tak acuh.
Siapa orang itu?
Nadia menggigit paha ayam yang berminyak dan terpejam puas akan rasanya. Ia melirik Clara acuh.
"Aku masih lapar. Kau pergi dulu aku akan menyusul nanti."
Sikap tak peduli Nadia membuat Clara heran. Di hari-hari biasanya setiap kemunculan Kevin, Nadia akan berlari pada lelaki itu dan menempel padanya. Membuat Kevin muak dan semakin membencinya. Tapi sekarang...
"Ah... Kalau begitu kami akan menunggumu." Clara berbalik dan kembali ke ruang tamu. Sebelum sampai ia mendengar suara penuh amarah ayahnya.
"Apa? Kamu ingin memutuskan pertunangan dengan putriku?" Darmawan tampak emosi.
Istrinya di sampingnya segera menenangkannya dan menyuruhnya mendengarkan Kevin hingga selesai.
"Paman, aku minta maaf. Aku tak mencintai Nadia. Sebaliknya aku ingin meminta restumu untuk mengijinkanku bersama Clara."
"Maksudmu kau ingin memutuskan pertunangan dengan putriku dan menjalin hubungan dengan putriku yang lain? Apa kau bercanda?" Sebagai lelaki, Darmawan merasa pemuda dihadapannya tak memiliki integritas. Bagaimana ia dengan santai mencampakan yang satu dan mengambil yang lainnya dengan begitu santai?
"Suamiku, tenanglah. Siapapun itu Kevin tetaplah calon menantumu. Tak masalah putri mana yang menjadi kekasihnya. Kita tetap bisa berkerabat dekat dengan dengan keluarga Kevin." Rini meyakinkan suaminya.
"Paman. Aku janji kau tak akan kehilangan apapun. Perusahaan kami akan tetap mendukung agensimu. Kita tetap akan menjalin kerjasama di masa depan" Kevin kembali bersuara.
Clara dengan berlinang air mata merengkuh lengan Darmawan. "Ayah... Aku benar-benar mencintai Kevin..." ia terisak dan menggigit bibir untuk menahan tangisnya. Membuat lelaki paruh baya itu melembut dan mengelus bahunya agar berhenti menggigit dan melukai bibirnya.
Bagaimana pun Clara juga tetaplah anaknya. Lagipula sejak awal Kevin tak menyukai Nadia dan Clara meskipun lebih muda ia cantik dan berbakat. Ikan besar seperti Kevin memang lebih layak untuknya.
Darmawan adalah seorang pebisnis yang menilai sesuatu berdasarkan keuntungan yang dihasilkan. Dibandingkan adiknya, putri pertamanya tidak berguna dan tak berbakat hingga akan sia-sia bila ia berinvestasi padanya. Darmawan melirik Clara yang cantik dan halus. Dengan kecantikan dan kepribadiannya, Clara memiliki masa depan yang cerah di industri hiburan. Darmawan menimbang dan memutuskan untuk mendukungnya.
"Baiklah aku akan mengijinkan hubungan kalian. Hanya jangan beritahu dulu kakakmu. Ia pasti akan terpukul." Darmawan mengusap rambut Clara lembut.
Semua orang di ruang tamu tersenyum puas. Clara melemparkan diri ke pelukan ayahnya. "Ayah terima kasih... Ayah baik sekali." Dalam pelukan ayahnya Clara memandang Kevin dengan senyum terukir di bibirnya. Wajah cantiknya tampak lembut.
Mereka berpandangan penuh cinta.
Darmawan menangkap pandangan penuh kasih keduanya dan semakin yakin akan keputusannya. Di awal pertunangan Kevin dengan putri pertamanya, mereka hanya memperlakukan sebagai ikatan bisnis untuk kepentingan keduanya. Darmawan ingin melebarkan sayap usahanya di luar industri hiburan sehingga membutuhkan koneksi, Kevin mencari pijakan stabil untuk mendukungnya mengambil alih perusahaan. Tapi dengan perubahan kondisi saat ini, Darmawan optimis masa depan perusahaannya akan semakin cerah.
"Ayah, apa yang ingin kalian bicarakan?" Nadia muncul di pintu ruang tamu. Dengan santai ia berjalan dan menemukan kursi untuk duduk dan bersandar. Kaki rampingnya disilangkan. Tampak malas seolah tak peduli pada orang-orang di sekitarnya. Liam muncul dan ikut duduk di sampingnya.
Darmawan sejenak terkejut dengan penampilan polos putrinya. Wajah itu mengingatkannya pada mendiang istrinya yang telah tiada. Persis. Sama persis. Bahkan dua kali lebih cantik. Fitur wajahnya halus dan tajam. Meksipun begitu aura sombong masih melingkupinya. Membuatnya kian menarik. Tapi ia lebih tertarik pada sosok lelaki tinggi yang muncul di belakang Nadia. Ya ampun! Itu... Itu Tuan Liam!
Darmawan tak segan menghormatinya. Siapa di negaranya yang tak segan pada pemuda potensial itu! Di kalangan pengusaha, Liam berada di jajaran kelas atas dan tak bisa dijumpai sembarang orang. Darmawan yang sudah berkecimpung di dunia usaha lebih dari 30 tahun bahkan tak pernah memiliki kesempatan untuk bertemu dan menjalin relasi dengannya! Hari ini dewa bisnis yang tak tersentuh itu muncul di rumahnya.
"Tuan... Tuan Liam." Darmawan tampak gugup dan bersemangat. Hendak berdiri dan menghampiri Liam.
Liam segera melambaikan tangannya. "Paman, aku sekarang datang hanya sebagai wali dari tunangan putrimu. Tinggalkan formalitas."
"Ah... Baik." Darmawan patuh dan kembali duduk di kursinya.
"Kakak...hari ini kamu tampak cantik. Aku sampai hampir tak mengenalimu" Clara mengeluarkan suaranya. Semua orang memandang Nadia dan diam-diam mengangguk. Bahkan Kevin tak sadar ikut mengangguk.
"Aku tau... Bahkan aku lebih cantik darimu." Nadia menyeringai.
Wajah Clara memucat. Bila harus dibandingkan, Tampilan Nadia saat ini memang tampak lebih menonjol dan mendominasi. Bila Clara hanya cantik, halus dan polos, Nadia memiliki gabungan antara kecantikan, kecerdasan, keanggunan, kesombongan, pada ekspresi wajah dan auranya. Level kecantikannya berada di tingkat atas. Bila masuk ke dunia hiburan, dengan kecantikan dan auranya, tak diragukan lagi Nadia akan menjadi ratu film yang dihormati.
Untuk pertama kalinya Clara merasa terancam pada sosok kakaknya. Ia segera mengalihkan pandangan pada ayahnya.
"Nadia... Jaga bicaramu. Hari ini ada yang harus kami katakan padamu." Darmawan berdehem untuk menyelamatkan wajah putri keduanya.
"Apakah kalian akan membicarakan pemutusan hubungan pertunanganku dengan dia?" Nadia menunjuk Kevin ringan seolah menunjuk orang acak di jalanan. Tampak tak penting.
"Kamu sudah tau bahwa ia akan memutuskanmu?" Darmawan terkejut.
"Ya. Karena itulah aku mengubah penampilanku. Aku ingin merayakannya. Tapi ayah..."Nadia menggelang. "Ingat bahwa bukan aku yang diputuskan, tapi akulah yang akan memutuskan pertunanganku dengan dia."
Nadia menatap Kevin dengan sombong. "Kevin, ayo kita bubarkan pertunangan kita. Aku merasa aku layak untuk mendapatkan yang lebih baik." Suara Nadia tampak tegas.
Kevin linglung dan tak bisa menjawabnya. Sejak awal ia terus menerus dibuat terkejut dengan kepribadian Nadia.
"Kakak, kalau kakak memang marah katakan saja. Tak usah menghina Kevin dengan kata-kata kasar!" Clara menegurnya.
"Darimana ucapanku yang menurutmu kasar?" Nadia mengangkat sebelah alisnya dan menatap Clara.
"Kakak mengatakan bahwa kevin tak layak untuk kakak."
"Bukankah ia memang tak layak? Aku memergokinya tidur dengan wanita jalang di hotel saat masih bertunangan denganku. Katakan padaku apakah ia masih layak untukku?" Nadia menembak ulu hatinya.
"Kamu!" Clara si jalang merasa penuh amarah. Ia begitu tersinggung oleh ucapannya.
"Nadia cukup. Gadis itu orang baik-baik. Kamu tak berhak menghinanya." Kevin bersuara.
"Oh, siapakah itu? Siapa gadis baik-baik yang rela menjadi selingkuhan dan tidur dengan tunangan orang lain?" Nadia tampak tertarik. Kata-katanya penuh racun dan sarkastik.
Wajah Clara memucat atas hinaan itu.
"Nadia, aku fikir kau telah berubah. Ternyata kau sama kasarnya seperti sebelumnya. Aku kecewa padamu." Kevin menggelang.
"Dengar, wanita kemarin yang kau temui bersamaku adalah orang yang aku cintai. Clara. Adik perempuanmu. Kamu mungkin terkejut tapi kau tau aku tak pernah mencintaimu. Kita sudah memutuskan pertunangan dan aku akan menjadi kekasihnya." Kevin memandang Nadia tak senang.
"Apa?" Nadia menunjukan ekspresi shock. Menatap bolak-balik antara Kevin dan Clara.
Clara bersorak senang dalam hati. "Kakak... Ijinkan aku bersama Kevin. Kami sudah saling mencintai sejak lama..Tolong restui kami." Mata Clara berkaca-kaca menatap Nadia.
"Nadia, berhenti menyulitkan adikmu. Bagaimanapun ia adalah keluargamu. Kebahagiaannya adalah kebahagiaanmu juga. Bukankah begitu?" Ibu tirinya mengangkat suara.
"Nadia... Menurutlah. Ayah akan mencarikanmu lelaki lain yang lebih baik." Darmawan berusaha menghibur putrinya yang tampak salah.
Di sisi lain Clara dan Ibu tirinya tampak senang. Mereka begitu puas melihat ekspresi terpukul di wajah Nadia. Clara menatapnya dengan sombong. Bagaimanapun juga aku akan selalu merebut apa yang menjadi milikmu dan selalu akan diatasmu, Nadia menyerahlah... Clara menyeringai dalam hati.
"Ayah..." Nadia memandang ayahnya dengan kecewa. Tak menyangka bahwa ia akan membela anaknya yang seorang selingkuhan. Nadia menunduk dan menyembunyikan air matanya.
Darmawan tertohok. Ia merasa bersalah pada putrinya. Bagaimanapun ia adalah gadis kecilnya hasil cinta antara ia dan mendiang istri pertamanya. Melihat Nadia yang terluka, hatinya menjadi gelisah seolah ia telah melukai istrinya. Wanita yang dicintainya.
Nadia mengangkat wajah dan tatapan ayah anak itu beradu. Darmawan dapat melihat air mata yang menggantung di mata merah gadis itu.
"Ayah, aku ingin kompensasi." Ucap Nadia jujur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Loli
Y minta kompensasi yg bnyk
lumyn buat nmbh model usaha..😁😁
2024-02-24
0
Sulati Cus
bomat masalah itung ae lah untung rugi pk logika hati minggir sono🤣
2024-01-17
0