Setelah mandi Nadia segera turun untuk memasak. Meski lelah karena tak tidur semalaman, ia masih harus mendapat simpati dari Neneknya. Untung Nadia memasuki novel lebih awal sehingga ia berencana memupuk hubungan baik dengan nenek dan ayahnya. Nadia tak akan membiarkan mereka jatuh ke tangan dua rubah itu.
Pagi itu Nadia mengenakan jeans dan kaos putih longgar. Rambut panjangnya diikat ekor kuda memberikan kesan santai dan segar. Ia tak mengenakan makeup apapun sehingga kecantikannya terpancar dengan natural. Dua wanita di bawah tangga terkesiap.
"Cucuku, kamu cantik sekali hari ini. Mirip sekali dengan ibumu."Nenek menghampirinya. "Nenek lebih menyukai tampilanmu yang seperti ini. Buang semua makeupmu itu. Sebelumnya kamu seperti tante tua!"
Nadia tersenyum tulus. Membuat matanya melengkung membentuk bulan sabit. Sangat menawan.
Keduanya menuju dapur dan meninggalkan Ibu tirinya yang masih terguncang di depannya. Sejak pagi ia mendapati tempramen anak itu berbeda. Tidak hanya lebih pintar. Ia juga bisa membalikan perkataannya dan bahkan menjebaknya. Dimasa lalu, anak itu akan meledak marah saat Rini baru melontarkan sebuah kata. Menghinanya dengan kata pelakor, wanita miskin, hingga membuat mertua dan suaminya marah. Tapi kenapa hari ini gadis itu tampak tenang dan dewasa? Seolah ia berubah hanya dalam waktu semalam saja?
Wanita itu menyimpan fikirannya dan buru-buru masuk ke dapur.
"Cucuku, apakah benar kau dapat memasak?" Suara nenek tua terdengar. Ia sedang memperhatikan Nadia mengeluarkan barang-barang dari kulkas.
"Nenek tenanglah. Masakanku sekelas koki restaurant."
Nadia mulai mencuci daging dan mengiris bawang. Gerakannya begitu terampil dan cepat. Tak seperti amatir yang belum pernah memegang pisau.
Nenek dan ibu tirinya tampak terpukau. Tapi Rini segera merenggut. "Kau belum pernah memasak sebelumnya. Aku takut masakanmu akan menjadi racun dan membunuh kami semua."
"Ibu, kau begitu kejam, aku memakai semua bahan yang ada di kulkas rumah ini dan belum pernah ke dapur sebelumnya. Kalaupun ada racun yang kugunakan itu haruslah sudah disiapkan oleh orang yang suka memasak sebelumnya. Bukankah begitu?" Nadia melemparkan senyum. Orang yang memasak di rumah ini biasanya Ibu tirinya, Jadi Nadia membuat tuduhan itu.
Rini tercekat. Lagi-lagi gadis licik itu memutar balikan perkataannya. Ia segera bergegas pergi. Berada di samping gadis itu membuatnya sakit kepala.
"Nenek, pergilah dan beristirahat. Aku akan memanggilmu saat masakanku selesai."
Nenek mengangguk dan pergi. Nadia segera disibukan dengan memasak. Karena bahan di kulkas melimpah dan ia kelaparan, ia ingin memasak besar.
Hidangan mulai tercium harum. Aneka jenis masakan mulai tersaji di meja makan. Tumis daging kecap, ayam bakar jahe, sup daging jamur, tumis bawang brokoli, udang pedas manis, satu persatu masakan selesai Nadia buat.
Terdengar keributan di ruang tamu. Namun karena Nadia terlalu fokus memasak ia tak memperhatikannya. Nadia membolak-balik tahu di wajan sebelum bayangan gelap menutupinya dan nafas hangat berhembus di telinganya.
"Aaakhhh" Nadia terkejut dan menjatuhkan wajan di tangannya.
"Hati-hati!" Sebuah tangan menahan pundaknya dan tangan lain terulur menangkap wajan yang jatuh. Masakan hampir tumpah di kakinya.
Nadia segera mematung dan memalingkan wajahnya. Ketika pandangannya bertemu dengan mata hangat Liam, ia segera merutuk.
"Tuan, kau mengagetkanku."
Liam menyeringai. "Salahku."
Ia mendorong Nadia ke kursi dan mengambil alih memasak tahu.
Nadia tak menolak. Ia sudah lelah dan lapar. Mulai mencicipi masakannya dengan puas.
"Apakah kalian datang untuk memutuskan pertunangan?" Tanyanya di sela-sela makan.
Liam sedang serius mengaduk wajan. "Ya. Ayahmu sudah datang. Makanlah dulu sebelum bertemu mereka."
Setelah dirasa cukup, Liam mematikan kompor dan menuang tahu ke atas piring. Menghidangkannya di depan Nadia.
Nadia mencibir." Ini masih pagi dan dia begitu terburu-buru datang. Ckck... Apakah ia sangat ingin bersama selingkuhannya?"
"Aku yang terburu-buru." Liam mencubit pipi Nadia ringan sebelum dengan santai duduk di sampingnya dan mulai mengambil piring.
Sebentar. Nadia terdiam.
Bukankah ini makanannya dan rumahnya? Mengapa pria tak sopan ini bertindak santai dan seolah bertingkah di rumahnya sendiri?
Nadia memandang lelaki tak tahu malu di sampingnya yang sedang lahap menyantap masakannya.
Nadia tak tau kalau pemeran pembantu dalam novel ini bisa bertindak begitu tak tahu malu. Apa karena ia karaker tak penting sehingga penulis lupa memberikannya rasa malu? Nadia mulai memikirkannya dengan serius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Yuni
nadia emg cocok sama liam sama2 pintar ... klo bs sih nadia bisa beladiri thor pasti nanti kan musuh nya liam pada rese alias keluargamya liam yg serakah harta
2023-11-29
3