LANGKAH PERTAMA

Nadia berjalan ke lobi rumah sakit dan bertemu dengan sopirnya. Setelah memastikan kondisi Silvi tak mengalami patah tulang dan hanya luka luar, Nadia meminta sopirnya untuk membelikannya sepatu. Tak nyaman baginya berjalan tanpa alas kaki.

Nadia berjalan menuju tempat Silvi dirawat. Ia harus menjalin hubungan dekat dengan sosok itu. Nadia tau kehadiran Silvi di dekat Kevin bukanlah untuk menggodanya, melainkan mengajak lelaki itu bergabung ke perusahaan game yang baru Silvi dan rekan kampusnya kembangkan.

Silvi dan rekannya jenius. Hanya mereka terlalu miskin untuk membuat sebuah game. Mereka mengajukan proposal investasi kesana kemari namun karena mereka tak memiliki latar belakang dan tak terlihat menjanjikan tak ada yang tertarik pada mereka.

Siapa yang tahu game pertama yang mereka kembangkan dari kontrakan kecil akan populer dan diunduh jutaan orang. Meledak di negerinya hingga membuat perusahaan hiburan asal Amerika menawarkan untuk membuat live action dari gamenya. Filmnya populer di dunia dan dalam waktu empat tahun saja, perusahaan game mereka akan menjadi perusahaan game no satu di negerinya, memproduksi banyak game populer, dan disegani perusahaan game di seluruh dunia.

Semua pendiri game menjadi orang kaya baru yang dihormati. Tapi yang paling diuntungkan tentu saja investor yang menyuntikan dana dan memiliki saham terbesar di perusahaan. Tiba-tiba mendapat keuntungan besar dan saham senilai ratusan miliar. Membuatnya menjadi investor dengan pengembalian keuntungan terbesar dalam 20 tahun terakhir.

Nadia tau betul investor itu adalah tunangannya, Kevin.

Berkat kesukesannya itu Kevin akan tampil semakin kuat untuk mewarisi perusahaan keluarganya. Investasi yang disuntikannya dimana-mana akan berbuah hasil. Dan jalannya menuju kesuksesan tingkat dunia kian mulus.

Tapi Nadia kali ini tak akan membuat itu terjadi. Ia akan merampas semua keberuntungan dari pemeran utama dan menyulitkan mereka. Karena ia sudah mengetahui isi novel, Nadia tak ragu bahwa ia dapat mewujudkannya.

Dan hal pertama yang harus ia lakukan adalah berteman dengan Silvi. Gadis itu kelak akan menjadi kaya dan disegani. Terlebih lagi ia akan berdiri di samping pemeran utama dan berinvestasi pada kelancaran karirnya. Membuat Clara cepat melesat di dunia hiburan dan menjadi aktris internasional.

Saat Nadia sampai di pintu ruangan, ia mendengar keributan di dalam. Nadia segera membuka pintu.

"Ada apa ini?"

Di dalam Silvi dan perawat tampak seperti sedang saling mendorong.

"Nona, temanmu bersikeras ingin pergi padahal ia masih harus menjalani perawatan." ucap perawat itu.

"Aku ingin pergi." Balas Silvi.

"Biarkan aku yang mengurusnya." pinta Nadia pada perawat. Setelah mereka berdua ditinggalkan di dalam ruangan. Nadia memperhatikan beberapa perban yang menempel di kulit gadis itu.

"Aku salah dan ingin meminta maaf. Kau bisa memukulku kalau kau mau."

Silvi yang sedang berdiri mengawasinya terhenyak. "Apa?"

Nadia membungkuk dengan serius. Dengan bersungguh-sungguh membuat pose meminta maaf.

"Maafkan aku."

Silvi terdiam. Ia ketakutan pada perubahan gadis di dihadapannya itu. Seolah ia orang yang berbeda dari Nadia yang dikenalnya. Baik itu penampilan, maupun sikapnya begitu berubah. Nadia yang dikenalnya, akankah ia membungkuk dan meminta maaf? Bahkan bila ia salah, yang ia lakukan hanyalah mengangkat wajahnya dengan sombong dan tak peduli pada rasa sakit orang lain.

Apakah orang ini serius.

Nadia selesai membungkuk. Matanya menatap Silvi berkaca-kaca hingga membuat gadis dengan perban itu terkesiap.

"Aku minta maaf telah melukaimu. Aku sangat menyesal. Aku tau kau tak menggoda tunanganku. Tapi ia telah berselingkuh dengan wanita lain." Nadia tersenyum tulus.

Sosoknya tampak halus dan seolah terluka. Silvi tau betapa Nadia mencintainya. Perilaku abnormalnya hari ini, mungkin karena shock mengetahui perselingkuhan tunangannya.

"Dimasa depan aku akan berubah dan tidak akan mengganggumu lagi. Aku ingin berteman denganmu."

"Berteman?"

Nadia mengangguk. "Ya. Kudengar kau mahasiswa yang jenius di jurusan IT. Aku ingin berteman denganmu. Kau tau nilaiku selalu jelek. Aku harus berteman dengan orang pintar agar aku bisa pintar."

Logika macam apa itu?

Nadia menghembuskan nafas dan mulai mengeluh. "Aku sudah kuliah selama 5 tahun dan masih belum lulus. Orang tuaku mengancamku apabila aku tak lulus bulan ini mereka tak akan memberiku uang jajan. Jadi aku harus berhenti bermain-main dan mulai serius menyelesaikan studiku." Ia sudah 23 tahun sekarang. Di dunia sebelumnya, di usia ini ia sudah menjadi supervisor di perusahaan. Nadia mengeluh... ia harus mengejar ketertinggalannya.

Melihat keseriusan Nadia, Kewaspadaan Silvi mengendur dan luluh. Pada dasarnya gadis itu hanyalah gadis berusia 21 yang sederhana dan lembut. Sedikit cerita sedih dapat membawa simpati dan kasih sayangnya. Nadia memang bertindak menyedihkan agar dapat diterima wanita itu.

"Baiklah aku memaafkanmu." ucap Silvi pelan.

Mata Nadia berbinar. "Sungguh? Terima kasih!" Ia menyambar lengan Silvi sungguh-sungguh dan menatapnya. Membuat gadis itu memerah malu.

"Baiklah... Kemana kamu ingin pergi? Aku akan mengantarmu."

Silvi teringat bahwa ia harus berkumpul dengan rekannya untuk membicarakan pengembangan game. Ia menatap Nadia dengan ragu. Nadia tersenyum.

"Aku akan ke kontrakan temanku dekat kampus."

Nadia tampak tertarik. "Oh, apakah itu teman-teman yang mengembangkan game bersamamu? Biarkan aku melihatnya. Siapa tau aku tertarik untuk berinvestasi."

Silvi menatapnya heran. "Bagaimana kau tau kami sedang mengembangkan game?"

"Yah... Sepertinya aku mendengarnya di suatu tempat saat di kampus?" Nadia menjawab acak.

"Kau tau, aku memiliki banyak uang. Kalau game mu tampak menjanjikan aku akan berinvestasi pada temanku." Nadia berkata dengan santai. Hanya tuhan yang tau bahwa ia sedang menahan gemetar di tangannya.

Silvi tertawa. Ia tampak tak menanggapi Nadia dengan serius. Ia sudah terlalu putus asa mencari investor hingga seolah tak memiliki harapan lagi. Tapi ia tak keberatan dengan celoteh Nadia. Itu cukup menghibur. Terlebih pembawaan Nadia yang ceria dan ramah membuat suasana hati Silvi membaik.

Tak lama Budi datang dan menyerahkan sepatu untuk Nadia. Nadia meminta lelaki itu untuk pulang naik taxi dan mengabari keluarganya bahwa ia akan pulang terlambat.

"Aku ada urusan dengan teman kuliahku. Bilang mereka besok pagi aku akan pulang ke rumah."

"Tapi Nona..."

Nadia melambaikan tangannya. "Tidak usah khawatir. Aku tidak akan membuat keributan. Aku hanya akan bertemu dengan beberapa teman kuliah untuk membicarakan studiku. Aku ingin lulus tahun ini."

Setelah yakin Budi pun mengangguk. Nadia tau Budi adalah orang kepercayaan ibu tirinya untuk mengikutinya dan melaporkan semua tindak-tanduknya di luar rumah. Dalam pengusirannya dari rumah, lelaki itu juga berperan dalam menjebaknya. Nadia memiliki banyak orang untuk ia balaskan dendam.

Terpopuler

Comments

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

nadia....semangat....

2023-12-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!