Di lobi hotel Nadia melihat pantulan wajahnya yang mengerikan dengan makeup yang begitu tebal dan mencolok. Ia berhenti sejenak dan segera berbelok menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
Setelah makeup terurai, di cermin Nadia terkejut pada pantulan wajah tanpa makeupnya. Kulit seputih susu yang lembut dengan mata cerah dan besar. Hidup tinggi dan bibir merah membuat kecantikan di cermin tampak menawan. Tajam dan halus. Nadia memandang tampilan itu dengan takjub.
Betapa cantiknya!
Nadia ingin menangis. Bagaimana bisa pemilik tubuh aslinya menutupi wajah cantik ini dengan makeup tebal seperti tante-tante berusia empat puluh! Andai saja pemilik sebelumnya bisa memanfaatkan kecantikan ini, pasti ia tak akan dibenci dan mengalami nasib tragis.
Nadia menghembuskan nafasnya. Ia memandang tajam pada sosok di dalam cermin.
Entah bagaimana ia tiba-tiba merasuki tubuh ini. Entah kemana jiwa dalam tubuh ini pergi. Nadia masih memiliki banyak tanya. Meski waktu sudah berjalan beberapa saat ini masihlah terasa mimpi baginya.
Sekali lagi Nadia menatap pantulan bayangannya di dalam cermin. Ke dua pandangan mata bertemu. Seolah ia berhadapan dengan jiwa dari pemilik tubuh ini.
"Aku tak tau apa yang terjadi. Aku tak tau mengapa aku masuk ke dalam tubuh ini. Aku akan mencari tahu nanti. Tapi satu hal yang pasti, takdir akhir dari tubuh ini tidaklah baik. Maka selama aku mengambil alih, biarkan aku memperbaiki semuanya." Nadia bergumam.
Sosok di balik cermin masih memandangnya. Sesaat, Nadia merasakan jiwanya bergetar. Lalu rasa hangat yang melegakan muncul. Seolah-olah ia baru saja mendapat persetujuan dari pemilik tubuh ini.
Nadia menghembuskan nafas penuh tekad. Ia masih tak mengerti. Tapi ia tak hanya akan berdiam diri. Sebagai pribadi yang cepat mudah beradaptasi, ia harus segera membiasakan diri.
Nadia melepas ikatan sanggul di kepalanya dan membiarkan rambut kecoklatan panjangnya tergerai. Membuat sosok di cermin tampak lebih halus dan cantik dengan tatapan mata yang sedikit dalam.
Setelah puas menenangkan diri Nadia kembali ke lobi. Membuat teman-teman yang menunggunya melongo melihat penampilan baru gadis itu.
"Nadia, ada apa dengan wajahmu?"
"Kemana makeupmu?"
Mereka dengan linglung menatap perubahan pada wajah Nadia. Gadis itu hanya menghapus makeupnya tapi kecantikannya malah lebih menonjol. Mereka diam-diam mengeluh iri.
"Makeupku rusak. Aku akan memakainya lagi nanti." Jelas Nadia berbohong. Tentu tidak ada kata nanti. Selepas ini, Nadia tidak berencana untuk terus memelihara para benalu itu di sampingnya. Terlalu merepotkan.
"Ya ya. Kalau kau tidak memakai makeupmu bagaimana Kevin akan menyukaimu." Andin tersenyum dan meyakinkan Nadia. Ia lebih senang kecantikan suci di depannya tertutup dempul tebal. Empat lainnya mengangguk setuju.
Nadia mencibir dalam hati dan tak menjawabnya. "Ayo teman-teman."
Nadia memimpin jalan dan masuk ke dalam lift. Dalam novel hari ini Kevin dan adik tirinya pertama kali memasuki kamar hotel. Mereka tidak melakukan apapun kecuali hanya berciuman. Tapi Nadia tidak akan mentolerirnya dan akan mencari alasan untuk memutuskan hubungan pertunangannya. Lebih cepat lebih baik.
Keluar dari lift karena terburu-buru Nadia tidak memperhatikan dan hanya berjalan ke depan. Hidungnya menabrak sesuatu yang keras dan ia terhuyung ke belakang hampir terjatuh. Teman-temannya segera mendukungnya.
"Ughh!" Nadia hendak memaki tapi hidungnya terlalu sakit hingga ia tak dapat bicara. Gadis itu hanya memelototi sosok tinggi di depannya.
Orang yang ditabraknya adalah lelaki tinggi dengan setelan hitam formal. Ia tampak tak terpengaruh meski Nadia menabraknya keras. Wajah dinginnya menatap Nadia tajam. Mata elangnya menyipit.
Nadia dan teman-temannya tercekat. Aura orang ini terlalu mendominasi. Membuat mereka gugup tanpa alasan. Melirik wajahnya Nadia sedikit linglung. Bagaimana di dunia ini ada orang setampan itu! Ah ah... Apakah sosok ini merupakan karakter penting dalam novel??!
Nadia berusaha menggali ingatan pemilik sebelumnya. Memikirkan apakah ia mengenalnya. Ah! Pemilik tubuh ini sepertinya mengenalinya.
Ia adalah Liam Steward paman dari pemeran utama lelaki!
Dalam novel digambarkan Liam adalah anak haram di keluarganya dengan karakter yanh dingin dan gila kerja. Ia mengelola perusahaan keluarga Steward Group dan ketika sudah mencapai puncak, ia akan mewariskannya kepada keponakannya Kevin. Seumur hidupnya Liam tak pernah menikah. Setelah menyerahkan kepemilikan perusahaan, lelaki ini akan pergi berkeliling dunia. Lalu tak pernah lagi disebutkan dalam novel.
Begitu! Sosok ini hanya disebutkan dalam satu paragraf saja! Ia hanya karakter lewat tak penting yang hanya diciptakan penulis untuk menghantarkan pemeran utama pria menuju puncak saja!
Haha, betapa tragisnya.
Bagaimana sosok tampan bak dewa di depannya dibuat penulis hanya selewat pandang saja. Tiba-tiba Nadia memiliki keinginan kuat untuk mendatangi penulis novel untuk berduel dengannya.
Sejak Nadia tenggelam dalam lamunannya Liam tengah memperhatikan gadis itu. Karena tertabrak ujung hidungnya berubah merah dan sedikit air mata menggantung di bulu matanya yang panjang. Bibir gadis itu mengkerut tampak tak senang. mantel kebesaran berwarna hitam tampak canggung membungkus sosoknya. Menyisakan kaki putih yang mengintip malu-malu. Liam mendapati sosok ini tampak menarik...
"Tuan Liam..." Nadia tiba-tiba menyapanya. Ia mendapatkan ide untuk memanfaatkan tokoh itu untuk ikut serta dalam rencananya.
Liam terkejut. "Kau mengenalku?"
"Ya. Kita pernah bertemu saat pertunanganku dengan Kevin."
"Pertunanganku? Kamu..Nadia?" Liam mengukur sosok polos di depannya. Mencari kesamaan pada gadis ini dan wanita glamour yang sombong di pesta pertunangan saat itu.
Nadia tampak malu. "Yah... Saat ini aku tak mengenakan makeup. Oh ya, aku akan menemui Kevin. Apa kau mau ikut denganku?" Nadia mengalihkan ucapannya. Menatap lelaki itu.
Alis Liam terangkat. "Kevin ada di hotel ini?"
"Ya. Aku akan menemuinya. Ayo teman-teman." Nadia mulai berjalan diikuti teman-temannya menuju sebuah kamar.
Liam terdiam dan merasa ada yang salah ketika melihat rombongan itu berjalan dengan kamera yamg siap di tangan mereka. Ia mendapat firasat tak bagus akan hal yang akan terjadi nanti.
"Bos...." Suara asisten di sampingnya.
"Ikuti mereka. Mari lihat apa yang akan terjadi." Ucap Liam.
Nadia sampai di pintu kamar nomor 907 sesuai cerita di dalam novel. Ia mengatur ekpresinya. Bersiap tenggelam dalam sebuah drama.
Tok tok
Nadia mengetuk pintu. Ketika tidak ada jawaban, ia mengetuk dengan semakin keras.
"Siapa itu begitu berisik...."Pintu terbuka. Sosok pemuda yang tampak kesal dengan penampilan sedikit acak-acakan muncul di pintu.
"Sayang... Aku sangat merindukanmu!" Nadia melemparkan tubuhnya pada sosok itu. Memeluk lehernya erat-erat dan bertindak penuh kasih.
"Bagaimana kau bisa ada di sini?" Kevin kaget dan tak sempat bereaksi. Ia tergagap di hadapan semua orang.
"Tentu saja karena aku kekasihmu.... Aku...." Nadia mencari dan akhirnya menangkap gumpalan besar di atas kasur. Matanya bersinar licik.
"Siapa... Siapa gadis di kasur itu??! Kevin... Kevin apakah kamu menghianatiku... Apakah kau berselingkuh?!" Nadia segera mundur dan menutupi mulutnya. Matanya memerah dan air mata segera jatuh. Ia tampak hancur dan teraniaya.
Kevin merasa ada yang berbeda dengan tunangannya namun tak memiliki waktu untuk memikirkannya. Melihat gerombolan orang di depannya yang memergokinya, Ia tampak marah dan malu. Seumur hidupnya ia selalu bermartabat dan tak pernah dipermalukan. Saat ini entah dimana ia harus menyimpan wajahnya.
Kevin mendesah. "Nadia. Kau tau aku tak pernah menyukaimu. Aku hanya bertunangan denganmu karena jebakanmu. Cepat atau lambat... Pertunangan kita akan segera dibatalkan."
Air mata kian bergulir. Nadia menatap Kevin dengan tidak percaya. "Kau... Kau ingin memutuskan pertunangan? Bagaimana mungkin.... Aku sangat mencintaimu... "lirihnya.
"Aku tidak peduli. Karena kau sudah tau. Mari kita akhiri saja pertunangan kita." Kevin ingin mengatakan kalimat yang lebih kasar. Tapi melihat wajah Nadia yang teraniaya entah kenapa ia tampak ragu.
"Jadi... Kau memilih wanita itu daripada aku?" Nadia menunjuk gumpalan yang tampak menggigil di kasur.
"Ya. Besok aku akan mendatangi keluargamu untuk memutuskan pertunangan kita."
"Kamu berani!" Nadia melompat dan menampar kevin. Suaranya tamparannya terdengar nyaring dan renyah. Nadia baru saja menggunakan semua tenaganya. Setelah itu ia bergegas ke kasur dan menginjak tubuh di dalam buntelan dengan sepatu tumit runcing 9 sentinya.
Terdengar suara jeritan. Kevin yang telinganya masih berdengung akibat tamparan tadi segera menuju kasur untuk melindungi wanitanya. Nadia segera melompat dan melemparkan dua sepatunya pada wajah lelaki itu membuat benjolan ungu dan buruk di wajahnya. Nadia melesat keluar kamar dan berlari ke luar lift dengan penuh air mata.
"Kejar dia." Ucap Liam yang sejak awal hanya diam menonton pertunjukan. Asistennya mengangguk dan segera berbalik.
Ia menghadapi kelima teman Nadia.
"Apa yang akan kalian lakukan dengan rekamannya?"
Mereka berlima saling berpandangan. Masih shock dengan pemandangan garang saat Nadia membuat babak belur dua sejoli itu.
"Nadia meminta kami merekam dan akan membayarnya."
"Kirimkan saja rekaman itu kepada asistenku dan hapus dari handphone kalian setelahnya. Aku akan membayar kalian dua kali lipat. Jangan membocorkan berita ini."
Kelimanya mengangguk patuh dan segera pergi.
Liam memasuki kamar hotel dan mendapati keponakannya yang tampak menyedihkan dengan banyak lebam di sana sini memeluk seorang gadis yang tampak berantakan dan terisak. Liam merenggut. Keduanya tampak seperti jalang.
"Paman..." Kevin menyadari kemunculan pamannya.
"Apa kau benar-benar serius dengan ucapanmu?"
"Ya paman. Aku tak menyukai gadis bengis itu."
"Bagus. Aku akan membantu pemutusan pertunangan kalian. Wanita itu...." Liam menyembunyikan ekspresi jijik dimatanya.
Kevin yang tampak senang dengan janji pamannya tampak bersemangat. "Dia orang yang kucintai. Ini Clara."
Liam diam-diam mengamati gadis layu di pelukan keponakannya. Ketika mata mereka beradu, jejak kepuasan muncul di mata Liam.
Yah... Gadis ini tak semenarik gadis harimau yang baru saja mengamuk sebelumnya.
Liam menyeringai. "Paman akan pergi. Kalian... Lanjutkan apa yang akan kalian lakukan." Liam segera berbalik dan menutup pintu.
Entah kenapa ia memiliki keinginan kuat untuk membuat gadis rubah itu putus dari keponakannya yang tidak berguna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Sulati Cus
singa betina lbh menantang di mata sang paman😅rupanya selera pmn bagus jg g suka sm cewek yg menye2🤣
2024-01-17
1
Shinta Dewiana
wanita harimau...wk..wk..wk..
2023-12-31
0