APAKAH KAMU BISA

Di selatan kota terdapat tanah tak terpakai seluar 2500 hektar. Karena tanahnya tandus dan berada di pinggiran kota, tak ada orang yang akan membelinya meski tanah itu telah dijual sejak lama. Siapa yang tau pemerintah tiba-tiba mengumumkan akan membuat bandara internasional di sana dan harga tanah itu melonjak puluhan kali lipat.

Dalam novel Kevin mendapatkan informasi pembangunan itu lebih awal hingga ia cepat membeli tanahnya seharga 4 miliar saja lalu menjualnya kepada pemerintah sebesar 50 miliar. Saat itu ia dipuji oleh seluruh negeri karena bisa mendapatkan jackpot dan keuntungan berlipat dari tanah terbengkalai.

Berdasarkan cerita, Nadia yakin saat ini masih empat bulan lagi sebelum informasi itu bocor Dan rencana pembangunan diberitakan.

Nadia bertekad untuk membeli tanah itu!!!

Selain ingin menghambat para pemeran utama, ia juga tergiur akan keuntungannya.

Nadia tak mempedulikan barangnya lagi dan segera menyeret kedua kopernya turun. Ia harus segera menyelesaikan proses pindahnya hari ini agar bisa segera memeriksa tanah itu. Sayangnya kenyataan kadang tak sesuai keinginan. Di lantai bawah ia bertemu ibu tirinya yang menatapnya dengan sinis.

Saat tak ada siapapun di sekitarnya, ibu tirinya memang selalu menampakan wajah aslinya. Menatap Nadia penuh kebencian.

"Begitu terburu-buru. Apakah kau sangat ingin menghabiskan uang yang diberikan ayahmu? Apakah kau lintah? Benar-benar tak tahu malu!" dengus ibu tirinya. Masih kesal karena Nadia bisa mendapatkan uang dalam jumlah besar dari suaminya.

Nadia memutar matanya. "Berkacalah sebelum berbicara! Siapa yang lebih memalukan di sini? Kau menaiki ranjang ayahku dan mendaki dari orang desa untuk jadi istri ayahku yang kaya. Cih!" Setiap mengingatnya Nadia benar-benar muak.

"Apa yang kamu katakan?" Rini tergagap. Ia paling tak suka latar belakang sederhananya diungkap. Ia selalu berusaha menyembunyikannya selama ini. Menghabiskan ratusan juta untuk mempelajari etika dan tatakrama wanita kelas atas, menghilangkan gaya kampungnya.

Nadia memandangnya. "Apakah tak ada yang mengatakannya padamu bahwa sikap kampunganmu masih jelas terlihat? Nyonya, meski kau berpura-pura menjadi nyonya kelas atas tapi itu terlihat tidak alami. Darah kampungmu itu tak bisa kau tutupi. pikirkanlah... Apa teman-temanmu diam-diam menertawakanmu di belakang?" Nadia menyerang lukanya yang paling sakit.

"Kamu... Kamu berani!" Rini bergegas datang melayangkan tamparan. Tapi Nadia sigap dan menangkap tangannya. Meremasnya dengan keras. Mata tajamnya berkilat hingga membuat Rini sesaat gemetar.

"Dengar nyonya. Aku bukan Nadia yang dulu lagi. Kau tak akan bisa mengalahkanku atau menyakitiku. Aku janji aku akan membalas setiap perbuatan yang telah kau lakukan. Tunggu saja dan duduk manis sana!" Nadia melemparkan tangannya hingga Rini terhuyung. Nadia segera menyeret kopernya menuju parkiran.

Amarah itu. Dendam itu... Rasa sesak yang muncul di hatinya itu... Nadia yakin adalah perasaan dari pemilik tubuh sebelumnya. Karena ia sudah meninggali tubuh ini, maka Nadia akan berusaha membalaskan dendamnya agar jiwa dari pemilik tubuh ini menjadi tenang.

"Jangan beri dia mobil!" terdengar suara di belakangnya. Itu ibu tirinya yang berteriak.

Nadia mendengus. Sungguh kekanakan.

"Jangan beri dia mobil. Jangan antar dia. Siapapun yang tak mematuhiku akan dipecat!." Rini muncul dan memelototi para supir. Mereka langsung membungkuk ketakutan dan mundur. Meninggalkan anak dan ibu itu sendirian.

Rini tertawa sinis. "Kau akan membalasku? aku ragu apakah kamu bisa." Ia menggelang.

"Akulah nyonya rumah ini. Mereka lebih menghormatiku. Tak ada siapapun di rumah ini yang membelamu. Membalasku katamu?" Rini tampak geli. "Apakah dengan kemampuanmu kamu bisa? Apa kau lupa ayahmu akan lebih mempercayai kami? Saat aku mau aku bisa membuatnya mengusirmu. Sadar diri dan enyahlah sebelum aku menyingkirkanmu!" Rini tertawa dan masuk ke dalam rumah. Menutup pintu dengan keras dan meninggalkan Nadia seorang diri di luar. Seolah ia bukan bagian dari kediaman ini.

Nadia berbalik dan segera menyeret kedua koper besarnya. Suara gelinding roda terdengar di komplek perumahan yang sepi.

Letak rumahnya jauh dari gerbang komunitas sehingga ia harus berjalan lebih dari dua puluh menit untuk sampai ke jalan raya dan mendapat taksi. Peluh bercucuran di keningnya. Tangannya sedikit sakit. Meski begitu wajah gadis itu tampak teguh. Matanya tertuju ke depan dan tak ada ekpresi apapun di sana.

Sampai di apartemen ia melemparkan kopernya dan menuju kamar mandi. Ketika air dingin dari shower membasahi tubuhnya, setetes air mata turun di wajahnya.

Nadia mulai mempertanyakan rasa percaya dirinya. Bagaimanapun ia adalah karyawan biasa dari keluarga biasa dan memiliki karakter biasa. Tak ada apapun yang istimewa dalam hidupnya. Kini ia masuk ke dalam novel dan harus menghadapi banyak skema dari orang-orang kuat yang akan menyakitinya.

Nadia ragu. Apakah ia bisa?

Gadis itu menatap tampilannya di cermin. Sosok itu tampak kurus dan wajahnya pucat. Tampak menyedihkan di bawah guyuran air. Tampak kesepian. Air mata kembali mengalir.

Bohong kalau Nadia tak takut. Bohong kalau ia tak cemas. Bagaimanapun ia adalah pemeran pembantu yang tak memiliki kekuatan. Di sisi lain para pemeran utama dengan posisinya akan mendapatkan banyak dukungan dan kemudahan dari dunia ini.

Nadia hanya berpegang pada seutas tali bernama harapan. Mungkin itu bisa saja terputus dan ia benar-benar mati.

Nadia mulai bertanya-tanya. Kalau ia mati di dunia ini, akankah ia kembali ke tubuh aslinya?

Terpopuler

Comments

Yuni

Yuni

buat kuat thor nadia nya jangan lemah ... bales ibu tiri dan adiknya apalg kevin jangan biarkan dia jd kaya 🤣🤣🤣

2023-12-03

2

Silvia

Silvia

next thor....

2023-12-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!