PING
Sebuah pesan masuk ke handphonenya. Kevin yang baru turun dari mobil segera melihat pengirimnya. Itu Rido.
'Sobat, lihatlah tunanganmu. Dia lebih cantik sekarang'.
Kevin segera membuka tautan yang dikirimkan Rido. Itu adalah link postingan anonim yang dikirim di grup kampus.
Kevin memeriksa kolom komentar. Banyak komentar yang menghina Nadia. Meragukan kemampuan wanita itu bahwa ia sedang merubah strateginya dalam mendekati Kevin. Bertindak sebagai mahasiswa rajin dan merubah penampilannya. Beberapa mulai membuat taruhan. Ada juga yang menyebutnya cantik dan memintanya untuk tetap menjaga penampilan itu.
Kevin kembali dan dengan serius menatap foto-foto itu. Foto buramnya menangkap siluet acuh tak acuh Nadia. Tampak dingin dan tidak terjangkau.
Kevin memikirkan kembali wajah polos tanpa makeup Nadia yang ditemuinya tadi pagi. Mata gadis itu bersinar dan tak bisa membuatnya berpaling. Bibir tipis kemerahannya yang alami tampak cantik saat gadis itu berbicara. Penampilannya tampak tenang dan dewasa.
Kevin lingkung. Ia merasa bahwa tak hanya penampilan, tapi sikap gadis itu juga berubah. Anehnya Kevin tak merasa jijik seperti sebelumnya.
Apakah benar Nadia merubah penampilan untuk menarik hatinya? Diam-diam Kevin senang. Wanita itu memang masih mencintainya. Ia hanya sedang bermain cuek.
Dengan terkekeh Kevin masuk ke mansionnya.
Mansion keluarganya terletak di atas bukit dengan usia bangunan nyaris 1 abad. Begitu megah dengan arsitektur gaya eropa yang klasik. Sekeliling bangunan berwarna putih itu diisi dengan hamparan taman berbunga dan air mancur. Di belakang mansion terdapat danau buatan yang mengarah ke hutan pribadi. Kesuluruhan bangunan ini begitu megah dan mewah.
Kevin berjalan masuk. Semua pelayan yang melihatnya membungkuk hormat. Ada lebih dari 40 pelayan dan pengurus rumah tangga di mansion ini yang bekerja sesuai shift. Semua memiliki spesialis masing-masing. Mulai dari tukang kebun, tukang kuda, juru masak, tukang cuci, dan lain-lain. Kevin tak dapat mengingatnya.
"Anakku, kamu kembali." di ruang tamu Kevin melihat ayah dan kakeknya sedang bermain catur.
Kakeknya adalah seorang legenda bisnis berusia 80 tahun lebih yang kini sudah pensiun. Pada masanya ia bisa membawa perusahaan Steward Group berada di puncak kejayaannya dan menjadi gurita bisnis yang merajai berbagai sektor usaha di negara ini. Infrastruktur, real estate, hotel, mall dan pusat hiburan. Saat itu Steward Group bisa masuk ke jajaran 10 bisnis besar di negara ini.
Namun ayahnya tak memiliki bakat yang sama. Di masa mudanya lelaki itu hanya tau bersenang-senang dan bermain dengan banyak wanita. Ketika kakeknya menurunkan tanggung jawabnya pada lelaki paruh baya itu, kerusakan mulai muncul di mana-mana. Lelaki itu tak bisa mengelola perusahaan yang demikian besar. 5 tahun berlalu Steward Group terus mengalami kemunduran hingga beberapa anak perusahaannya gulung tikar. Kakeknya marah besar dan menarik lelaki itu keluar dari posisi president dan mengusirnya dari perusahaan.
Untuk mengukuhkan posisi perusahaan yang kian mengkhawatirkan Kakeknya menikahkan ayahnya dengan ibunya yang seorang putri konglomerat. Berkat pernikahan bisnis itu kondisi Steward Group mulai membaik. Sanak saudara dari pihak ibunya yang kompeten ikut mengelola perusahaan. Kakeknya juga menunda pensiunnya dan kembali ke perusahaan.
Saat itu usia Kevin 10 tahun. Kakeknya tiba-tiba muncul dan membawa seorang pemuda asing berusia 17 yang ia akui sebagai anaknya. Anak yang dihasilkan tanpa pernikahan. Pemuda itu tampak dewasa di usianya. Kakek kembali ke perusahaan dan mulai menempa pemuda itu. Karena bakatnya yang luar biasa, di usia 25 ia resmi menjabat sebagai president di perusahaan pusat. Mengelola puluhan anak cabang perusahaan di berbagai sektor. Anak itu adalah Liam. Lelaki yang kini dipanggilnya paman.
Lelaki asing yang merenggut posisi ayahnya. Lelaki yang merebut haknya. Diam-diam Kevin bertekad untuk segera mengambil alih posisinya. Posisi teratas hanya layak untuk putra sah!
"Bagaimana perusahaanmu?" suara kakenya menyadarkan lamunannya.
Untuk menguji bakatnya, sejak 1 tahun lalu kakeknya mendirikan perusahaan cabang infrastruktur untuk Kevin kelola. Bila tahun ini ia bisa menghasilkan keuntungan bersih sebesar 200 miliar, kakeknya berjanji akan menempatkannya di posisi direktur di perusahaan pusat. Posisi yang dekat dengan posisi president yang sedang dijabat Liam saat ini. Kevin yakin dengan status anak sahnya, dan dukungan para direksi, dari pihak ibunya dengan kegigihannya suatu saat ia bisa menggeser posisi Liam sebagai president.
"Itu baik kakek. Perusahaan kami sedang mempertimbangkan untuk mengambil beberapa proyek." jawab Kevin.
"Itu bagus. Ingatlah untuk selalu teliti agar kau tidak mengalami kerugian dan salah mengambil keputusan." ujar kakeknya puas.
"Ya kakek."
"Bagus. Sekarang panggil pamanmu untuk makan. Kita sudah lama tak makan sekeluarga." tambah kakeknya. Karena sibuk Liam memang jarang pulang ke mansion. Lokasi Mansion yang terletak di atas bukit membuat perjalanan pulang pergi memakan waktu sekitar 3 jam. Tidak efisien sehingga lelaki itu hanya kembali sekitar seminggu sekali saja.
Kevin berjalan menuju tangga. Kamar Liam setengah terbuka dan ia bisa mendengar lelaki itu sedang bercakap-cakap di telpon.
"Ya. Kita harus memenangkan tender atas proyek yang dilelang perusahaan kereta api itu."
Terdengar samar suara Liam. Kevin berhenti dan mulai mendengarkannya.
"Ya. Rencana nilai investasinya 80 Triliun. Kalau kita bisa memenangkan proyek ini, keuntungan yang dihasilkan sekitar 300 Miliar"
300 miliar? Untuk proyek itu? Kevin gugup. Angka itu lebih dari target yang diberikan kakeknya. Proyek itu sangat besar... Bila ia mengambilnya...
Perlahan Kevin mundur. Bergegas turun setengah berlari keluar mansion.
"Kevin kemana kamu?" tanya ayahnya heran.
"Ada sesuatu yang harus aku lakukan!" sosok Kevin sudah jauh hingga jawabannya terdengar samar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
kevin licik jg ya...cocoklah dg scarla
2024-01-01
0
Silvia
next thor..
2023-12-02
0