Terperangah, terpaku, terkejut. Jika diartikan, seperti itulah ekspresi dan reaksi wajah Zoya saat ini begitu memegang dan melihat langsung buku cerita dongeng yang diberikan untuk dipinjamkan padanya oleh Putra Mahkota Aiden. Pasalnya Zoya sangat yakin itu adalah buku yang ia kenal dan gadis itu juga memiliki buku yang sama persis dengan yang dimiliki oleh Putra Mahkota Aiden itu. Ia ingat betul kalau buku itu tersimpan dengan sangat baik di rumahnya yang berada di pedalaman hutan.
"Ini tidak mungkin. Apa ada kebetulan yang sangat mirip seperti ini? Aku yakin ini adalah buku cerita dongeng karangan ibu dan semua ini pun tulisan tangan ibu sendiri," batin Zoya
"Kau sudah melihat buku verita dongengnya. Bagaimana menurutmu, Nona?" tanya Aiden yang ikut duduk tepat di samping Zoya.
"Saya sungguh tidak percaya. Buku cerita dongeng ini sama persis dengan yang saya punya dan disimpan di rumah pedalaman hutan. Yang saya tahu, cerita di dalam buku dongeng ini adalah karangan ibu saya sendiri. Saya sangat yakin," jawab Zoya
"Tidak mungkin. Apa kau benar-benar yakin, Nona? Apa mungkin ibumu mengedarkan buku cerita dongeng karangannya untuk diperjual-belikan? Atau mungkin, maaf ... ibumu mengakui karya orang lain sebagai karangan buatannya sendiri?" tanya Aiden
"Mungkinkah seperti itu? Tidak, tapi saya sangat yakin kalau ayah tidak mungkin berbohong pada saya. Saya ingat sekali saat ayah bilang bahwa buku itu karya pribadi ibu dan ceritanya karangan buatan ibu sendiri berdasarkan kemampuan sihir yang ibu miliki," jawab Zoya
"Apa maksudmu, Nona? Memangnya kemampuan sihir apa yang dimiliki oleh ibumu?" tanya Aiden
"Kata ayah, ibu memiliki kemampuan sihir untuk meramalkan kejadian yang akan terjadi atau masa depan. Jadi, berdasarkan ramalan dari kemampuan sihir miliknya, ibu membuat buku cerita dongeng itu sebagai karya pribadinya. Kalau boleh saya tahu, dari mana mendiang Yang Mulia Ratu mendapatkan buku cerita dongeng ini, Yang Mulia Putra Mahkota?" tanya balik Zoya usai menjawab.
"Ibunda hanya pernah bilang kalau buku cerita dongeng ini berasal dari daerah kampung halamannya dan tidak pernah mengatakan apa pun lagi selain selalu menceritakan kisah pada buku dongeng itu padaku," jawab Aiden
"Mungkinkah mendiang Yang Mulia Ratu juga merupakan suku penyihir hutan? Ini hanya dugaanku, tapi itu terdengar mustahil," batin Zoya
"Benarkah buku cerita dongeng ini adalah karya asli ibumu, Nona? Meski pun mirip, mungkin ada sedikit perbedaan yang tak kau sadari. Bisakah kau teliti sekali lagi buku cerita dongengnya?" tanya Aiden
"Jadi, apa maksudnya Anda meragukan bahwa saya mengatakan hal yang jujur, Yang Mulia? Atau Anda berpendapat bahwa ada yang meniru hasil karya ibu atau justru ibuku yang meniru hasil karya orang lain? Seperti itukah menurut Anda?" tanya balik Zoya
"Entahlah, aku pun tidak yakin. Namun, maafkan aku jika perkataanku telah menyinggung perasaanmu," jawab Aiden
Zoya pun memeriksa buku cerita dongeng itu sekali lagi seolah menuruti perkataan Putra Mahkota Aiden, lalu gadis itu menutup buku dengan tenang dan pasti sambil tersenyum setelah memeriksanya lagi.
"Sebenarnya memang ada sedikit, beberapa perbedaan. Bolehkah saya mengungkapkannya pada Anda, Yang Mulia?" tanya Zoya menawarkan.
"Aku juga ingin tahu, tolong beri tahu padaku ... " jawab Aiden
"Bisa Anda lihat, semua ini adalah tulisan dan lukisan yang dibuat ibu. Saya yakin itu, semua ini berbeda dari yang ada di buku yang saya simpan. Namun, hal itu karena buku milik saya adalah berisi tulisan dan lukisan buatan ayah. Lalu, di sudut sampul buku sebelah bawah kiri terdapat gambar bulan sabit. Ini bulan sabit yang digambar oleh ibu, karena bulan sabit ini mencerminkan nama ibu, yaitu Luna yang artinya bulan," jelas Zoya
"Pada buku milik saya, gambar di sisi bawah kiri sampul belakang justru bergambar bulan sabit yang berada di tengah perisai. Itu karena perisai itu mencerminkan nama panggilan ayah, yaitu Liam dari William. Liam yang artinya pelindung. Perisai bulan sabit itu seolah menggambarkan kedua orang tua saya yang menjadi satu atau dapat diartikan kisah dari karya buatan ibu yang dituliskan oleh ayah," sambung Zoya
"Saya juga mengingat satu hal yang dikatakan oleh ayah dulu. Katanya, ibu meminta ayah membuat ulang sebuah buku dongeng yang sebelumnya telah ibu buat agar buku yang dibuat oleh ayah bisa diberikan dan diwariskan padaku, sedangkan buku karya asli buatan ibu diberikan pada sahabat dekat ibu sebagai hadiah perpisahan. Kali ini pun saya berkata jujur terhadap Anda," lanjut Zoya lagi.
"Begitu, rupanya. Baiklah, sekarang aku mengerti ... " kata Aiden
"Namun, apa Anda tidak merasa ada yang aneh atau janggal? Ibu memberikan buku cerita dongeng itu pada sahabat dekatnya, tapi buku itu telah menjadi milik mendiang Yang Mulia Ratu. Apakah mendiang Yang Mulia Ratu adalah sahabat baik ibu yang merupakan suku penyihir hutan? Atau, apa ibu atau sahabat dekatnya itu menghilangkan buku cerita dongeng itu hingga berakhir didapatkan oleh mendiang Yang Mulia Ratu? Apa Anda tidak merasa penasaran dengan hal ini, Yang Mulia Putra Mahkota?" tanya Zoya
"Aku memang merasa penasaran. Namun, kita baru saja memecahkan satu hal yang sebelumnya tidak kita ketahui. Tidakkah kau merasa baru seperti ini saja sudah membuat pusing kepala? Aku pikir kita bisa mengungkap hal lain di lain waktu," jawab Aiden
Zoya dan Putra Mahkota Aiden sama-sama terdiam sejenak. Keduanya sibuk memikirkan hal yang berbeda.
"Apa saya bisa menggunakan kemampuan sihir untuk membawa buku cerita dongeng yang sama milik saya ke hadapan Anda sekarang juga? Saya belum pernah mencoba hal seperti ini, tapi jika saya bisa melakukannya mungkin itu bisa membuat Anda semakin merasa yakin dan percaya," ujar Zoya
"Kau tidak perlu melakukan yang seperti itu. Aku percaya dengan semua perkataanmu. Sungguh," kata Aiden
Zoya pun tersenyum mendengar perkataan Putra Mahkota Aiden barusan.
"Yang Mulia, bisakah Anda pinjamkan tangan Anda sebentar? Cobalah Anda taruh salah satu tangan Anda di atas halaman buku cerita dongeng ini," ujar Zoya meminta.
"Baiklah, itu hal yang sangat mudah. Tidak ada alasan bagiku untuk menolak," kata Aiden yang langsung meletakkan salah satu tangannya di atas halaman buku cerita dongeng tersebut.
"Apa Anda bisa merasakan sesuatu setelah Anda meletakkan tangan di atas halaman buku cerita dongeng ini?" tanya Zoya
"Ini terasa seperti menyentuh lembaran kertas biasa. Tidak terasa apa pun lagi," jawab Aiden
"Semua ini memang tulisan tangan ibu, tapi semua lukisannya dibuat menggunakan kemampuan sihir, aku bisa merasakannya. Jika mendiang Yang Mulia Ratu menyembunyikan identitasnya sebagai suku penyihir hutan, harusnya sebagai anaknya yang masih merupakan bagian dari suku penyihir hutan, Yang Mulia Putra Mahkota setidaknya bisa merasakan jejak sihir pada suatu benda. Namun, ini tidak. Berarti dugaanku sebelumnya memang tidak benar," batin Zoya
"Mungkin ini adalah kesempatan yang bagus. Apakah aku harus menyatakan perasaanku saat ini juga? Bukankah aku tidak boleh melewatkan kesempatan bagus yang ada di depan mata seperti sebelumnya lagi? Ayolah, jangan gugup. Jadilah berani," batin Aiden
"Namun, ada sesuatu yang kusadari tentang buku cerita dongeng ini," kata Aiden
"Benarkah? Apakah itu, Yang Mulia?" tanya Zoya
"Mungkinkah kali ini aku tidak keliru bahwa mendiang Yang Mulia Ratu dan Yang Mulia Putra Mahkota benar-benar bagian dari suku penyihir hutan? Apa mungkin mendiang Yang Mulia Ratu adalah salah satu suku penyihir hutan yang memutuskan untuk pergi ke dunia luar dan akhirnya menikah dengan manusia biasa dan memiliki anak, yaitu Yang Mulia Putra Mahkota yang menjadikannya sebagai darah campuran?" sambung Zoya yang mulai bertanya-tanya atas asumsinya sambil bergumam di dalam hati.
Putra Mahkota Aiden tampak sedang berusaha menyembunyikan dan menghilangkan rasa gugupnya. Ia berusaha mengatakan sesuatu pada Zoya meski pun terasa sangat sulit baginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
like 👍
2024-01-24
1
CherryLips
ceritanya bagus bngd woy😔
2023-12-20
1
Terra Chi
Next eps sudah up, ya
Yuk, baca~
2023-12-04
0