Hampir 20 tahun telah berlalu.
- Kerajaan Tiaret -
Sosok Ratu yang dahulu sering menemani Sang Putra Mahkota masih sama. Namun, yang berbeda adalah jika dulu Sang Ratu selalu tersenyum, kini Ratu tampak murung dan bermuram durja. Penyebabnya tak lain karena kini Putra Mahkota tengah terbaring tak sadarkan diri dalam kondisi koma selama sekitar 2 tahun di atas ranjang.
Kini Putra Mahkota tidak lagi bisa menyahuti perkataan Sang Ratu seperti dahulu hingga membuat Ratu terpuruk dalam kesedihan. Namun, Ratu tidak pernah menyerah untuk mengajak bicara Putra Mahkota meski pun tidak ada sahutan. Ratu meyakini jika Putra Mahkota masih bisa mendengar suaranya dan berharap suatu saat Putra Mahkota akan terbangun untuk mengomentari ocehannya yang tak kunjung berhenti itu. Selain itu, Ratu juga tidak punya pilihan lain karena saat ini Raja sedang berjuang dalam perang untuk mengakhirinya.
Ratu terduduk di atas ranjang tepat di samping posisi Putra Mahkota yang sedang terbaring dengan sangat lelap dalam kondisi koma. Usai membasuh sebagian tubuh Putra Mahkota dengan kain air hangat, seperti biasa Ratu akan berbincang sambil memegangi tangan atau mengusap wajah tampan anak semata wayang kesayangannya itu.
"Aiden, Ibu datang lagi, Nak. Ayo, kita mengobrol seperti biasa. Sebenarnya Ibu jadi sering merasa sedih karena ayahmu sedang berjuang untuk mengakhiri perang. Namun, selain merindukan ayahmu, Ibu juga merindukanmu, Putraku. Karena itu cepatlah bangun dan buka matamu agar Ibu tidak sendirian dan kesepian lagi," ucap Ratu yang bermonolog ria di samping Putra Mahkota yang terus memejamkan kedua matanya.
"Ibu memang merasa sedih, tapi itu akan hilang kalau Ibu membaca dongeng kesukaan Ibu. Ibu tahu kalau kau tidak suka membaca atau mendengar dongeng saat sudah dewasa seperti ini, tapi tolong izinkan Ibu membacanya kali ini saja. Kalau kau memang sangat tidak suka, maka bangunlah untuk melarang dan menghentikan Ibu. Ibu harap keajaiban itu benar-benar terjadi," sambung Ratu yang terus mengoceh bahkan mulai membaca dongeng dari sebuah buku.
Sudah sekitar 2 tahun lamanya Putra Mahkota terus terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang dalam keadaan koma dengan penyebab yang tak kunjung diketahui. Raja dan Ratu sekaligus pihak kerajaan telah berusaha yang terbaik mulai dari mendatangkan dokter terhebat bahkan sampai ahli alternatif, tapi tidak ada yang mampu mengobati atau membuat Putra Mahkota terbangun dari tidur panjangnya.
Itu dimulai dari perjamuan kecil di Istana Kerajaan. Pada hari acara berlangsung, Putra Mahkota masih baik-baik saja. Namun, setelah seminggu kemudian, Putra Mahkota tidak terbangun di pagi hari. Penyelidikan pun telah dilakukan. Mulai dari melakukan interogasi pada seluruh pekerja Istana Kerajaan, bahkan Raja dan Ratu sampai memecat beberapa pekerja yang diduga lalai. Lalu, juga melakukan penyelidikan ke luar Istana Kerajaan.
Mulai dari penyelidikan secara diam-diam dan tertutup hingga dengan cara terbuka. Pada tamu yang hadir saat perjamuan sederhana sampai kemungkinan musuh kerajaan. Namun, semua itu sama sekali tidak membuahkan hasil. Tidak ada yang mengaku atau terungkap. Hingga akhirnya Raja dan Ratu serta pihak kerajaan mulai pasrah.
Meski begitu, Putra Mahkota tetap dirawat dengan baik dengan harapan akan segera siuman dan kembali pulih seperti semula. Karena bagaimana pun juga Putra Mahkota masih bernafas meski pun terus tertidur. Raganya memang tampak seperti mati, tapi masih bernyawa. Hanya saja kondisinya dalam keadaan statis atau disebut juga koma.
Ratu pun menutup buku setelah selesai membaca cerita dongeng di dalamnya. Saat itu tiba-tiba saja seorang pelayan datang dengan tergesa-gesa.
"Salam hormat pada Yang Mulia Ratu dan Yang Mulia Putra Mahkota. Maafkan dan ampuni kelancangan saya yang sudah masuk sambil terburu-buru. Saya hanya ingin menyampaikan kabar bahwa pasukan perang telah kembali, begitu juga dengan Baginda Raja." Pelayan merasa tetap harus memberi salam hormat pada Putra Mahkota meski pun sedang terbaring koma.
"Kau dengar itu, Aiden? Ayahmu berhasil mengakhiri perang dan kembali. Pada surat terakhir yang Ibu terima, ayahmu mengatakan kalau perang akan segera berakhir, tapi setelah tidak ada kiriman surat lainnya lagi yang mengatakan perang benar-benar usai. Ternyata, ayahmu ingin memberi kejutan pada kita. Maaf, Aiden. Ibu harus langsung menemui ayahmu dan kau bisa menemuinya nanti. Ibu tinggal pergi dulu sebentar," ujar Ratu sambil tersenyum meski pun tanpa sahutan dari Putra Mahkota.
Ratu pun langsung menaruh buku dongeng di atas ranjang tepat di samping posisi Putra Mahkota yang terlelap dalam tidur panjang dan beranjak dengan cepat ke luar dari kamar tidur pribadi Putra Mahkota. Namun, karena gerakan di atas ranjang, buku dongeng jadi bergeser sampai menyentuh bagjan tubuh Putra Mahkota. Setelah Ratu ke luar, pelayan yang tadi datang tampak mengusap sudut matanya seolah menghapus jejak air mata, lalu ia bergegas mengikuti Ratu ke luar dari sana.
Ratu melangkah dengan cepat sambil tersenyum diikuti oleh pelayan yang berjalan di belakangnya. Namun, rupanya pasukan perang sudah lebih dulu masuk ke dalam Istana Kerajaan yang megah itu.
"Selamat datang kembali semuanya. Serta selamat dan terima kasih atas usaha dan perjuangan kalian semua dalam mengakhiri peperangan kali ini. Saya harap kalian semua tidak menderita luka dan kerugian yang terlalu parah," ucap Ratu sambil tersenyum bijak.
"Namun, di mana Baginda Raja berada? Apa Beliau kembali dengan rombongan yang berbeda dan terpisah dari kalian? Kenapa kalian semua hanya diam? Lalu, kenapa pedang milik Baginda Raja ada padamu? Apa Beliau yang menitipkannya padamu?" tanya Ratu melanjutkan saat tidak dapat melihat sang suami, yaitu Baginda Raja.
Ratu tidak mungkin tidak dapat mengenali pasangan tercintanya, apa lagi Raja pasti memiliki penampilan yang berbeda dari pasukan perang. Namun, entah berapa kali pandangan kedua mata Ratu diedarkan, ia tetap tidak bisa menemukan Raja di sana.
Pasukan yang terus terdiam akhirnya berlutut memberi hormat di hadapan Ratu.
"Salam hormat kami pada Yang Mulia Ratu!" seru seluruh pasukan.
Ratu pun mengedarkan pandangannya sekali lagi dan karena seluruh pasukan sedang berlutut, Ratu baru menyadari bahwa ada peti mati yang ikut dibawa masuk. Ratu langsung terdiam seribu bahasa.
Seorang dari anggota pasukan yang membawa pedang milik Raja pun mengangkat dan memberikan pedang tersebut ke hadapan Ratu masih dalam posisi berlutut.
"Menjawab pertanyaan Yang Mulia Ratu sebelumnya. Memang benar, Baginda Raja memitipkan pedang milik Beliau pada saya. Baginda Raja pun ikut dalam rombongan dan tidak pernah terpisah dari kami semua. Namun, mohon maaf dan ampuni kami semua yang tidak bisa melindungi Baginda Raja dengan baik. Kami semua siap menerima hukuman sekarang juga."
Tidak ada yang melihat karena seluruh pasukan sedang berlutut dan pelayan hanya berdiri di belakang Ratu. Begitu mendengar jawaban yang diberikan oleh seorang dari pasukan, tubuh Ratu langsung bergetar dengan mata yang berlinang.
Saat kedua kaki Ratu mulai melangkah, seorang dari pasukan memberi isyarat perintah agar beberapa orang dari pasukan mengangkat peti mati ke hadapan Ratu. Begitu peti mati telah diangkat ke hadapan Ratu, Ratu bersimpuh untuk menyentuh peti mati dengan tangannya yang bergetar hebat. Saat orang-orang dari pasukan membuka peti mati, Ratu pun mulai meneteskan air mata bahkan menangis dengan histeris diselingi dengan suara isak tangis yang terdengar memilukan.
"Apa kau benar-benar sudah tidak bisa membuka kedua matamu? Kenapa kau seperti ini? Bangunlah dan hapus air mataku. Jika kau berniat ingin membuatku terkejut, maka kau sudah berhasil. Jadi, sekarang tolong hentikan sandiwara ini. Kau membuatku takut. Katakan sesuatu, aku ingin mendengar suaramu. Kalau kau merasa dingin, aku akan memelukmu sampai kau kembali merasa hangat. Namun, kenapa kau malah meninggalkanku saat kondisi Aiden sedang seperti ini? Sungguh tega," racau Ratu sambil menyentuh wajah Raja yang sudah kaku dan terasa dingin.
"Kau berkata padaku akan pulang dengan membawa obat atau dokter ajaib yang bisa membangunkan Aiden dari tidurnya, tapi kenapa justru kau pulang dalam keadaan tidur seperti ini? Pembohong. Kalau seperti ini, apa yang harus aku katakan pada Aiden saat dia terbangun dan tidak bisa menemukanmu di mana pun? Bangunlah, dasar pria malas. Masih banyak yang membutuhkanmu di sini," sambung Ratu sambil berusaha memeluk tubuh Raja yang berada di dalam peti mati meski pun dengan susah payah.
Setelah sedikit tenang, beberapa pelayan datang untuk membawa Ratu ke dalam kamar agar bisa beristirahat. Sementara pasukan mengurus peti mati yang berisi Baginda Raja. Namun, ternyata pihak kerajaan tidak akan hanya memakamkan satu orang penguasa Kerajaan Tiaret saja. Karena mereka menemukan Ratu juga ikut wafat selagi istirahat karena terlalu syok dengan kabar duka yang sangat mendadak. Hingga akhirnya Raja dan Ratu dimakamkan bersamaan.
Seluruh penjuru Negeri Kerajaan Tiaret pun berduka dengan hal ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Zhu Yun💫
Baru awalan sudah ada kabar duka aja. Turut berdukacita 😭😭😭
2024-01-11
1
R.F
bagus awal ceritanya
2024-01-06
1
💞Amie🍂🍃
Berasa balik ke zaman dulu deh kak🤭🤭
2024-01-02
2