Setelah ke luar dan meninggalkan daerah hutan, Zoya yang berada di atas punggung kuda yang sama dan duduk di depan Putra Mahkota Aiden terus menoleh ke arah belakang untuk memandangi hutan tempat tinggalnya selama ini. Namun, usahanya terus sia-sia karena di belakangnya terdapat banyak pasukan yang menunggang kuda yang menghalangi pemandangan hutan yang ingin ia lihat untuk dikenang. Zoya pun hanya bisa menghela nafas pelan setelah dengan berat hati ia memutuskan untuk pergi.
"Sudah kuduga harusnya kami menetap beberapa hari lebih lama lagi. Kau pasti tidak rela meninggalkan lingkungan tempat tinggalmu dengan sangat mendadak seperti ini," ucap Aiden
"Tidak masalah, Anda tidak perlu khawatirkan soal itu. Seluruh penghuni hutan sudah merelakan aku untuk pergi agar aku bisa bebas mencari kebahagiaanku yang sesungguhnya. Meski pun dengan berat hati aku harus menghargai niat baik mereka yang memikirkan tentang kepentingan diriku. Demi mereka semua yang sudah memikirkan diri sampai sebegitunya, maka aku pun berjanji akan selalu bahagia sambil terus mengingat mereka semua," ujar Zoya
"Kau akan bisa kembali untuk mengunjungi mereka di hutan nanti. Sebelum itu aku pun berjanji akan membuatmu merasakan kebahagiaan dengan hidup bersama sesama manusia lainnya dan melihat keindahan yang belum pernah kau lihat sebelumnya," kata Aiden
"Anda tidak perlu berjanji seperti itu. Aku sudah merasa sangat bersyukur saat Anda dengan rela hati membawaku pergi untuk melihat peradaban luar dan kehidupan manusia lainnya. Terima kasih banyak untuk itu," ucap Zoya
"Tidak perlu merasa sungkan atau segan seperti itu, justru aku merasa sangat senang saat kau bersedia ikut pergi denganku. Aku sudah sangat menantikan saat ini," sahut Aiden
"Nona, kalau boleh tahu, selain karena kedua orangtuamu sudah tiada, kenapa kau hanya tinggal seorang diri di dalam hutan?"
"Ini pertama kali aku mengatakannya dan aku hanya memberi tahu pada kalian. Dulu sekali ada suku yang tinggal di pedalaman hutan. Suku itu musnah karena perang dan tersisa ibu dan ayahku saja. Kini hanya tinggal aku yang tersisa dari suku itu. Kami disebut sebagai suku penyihir hutan," ungkap Zoya
"Aku percaya dan kami semua akan merahasiakan hal ini dari orang lain," kata Aiden
"Siap, laksanakan. Kami akan senantiasa menjaga rahasia ini dengan sangat rapat sebaik mungkin."
Usai mendengarnya dan mendapati Putra Mahkota percaya dengan hal itu, seluruh pasukan baru dapat menyadari sesuatu. Pantas saja Zoya terus bisa melakukan banyak hal secara ajaib seolah di luar nalar, rupanya gadis itu memiliki kemampuan sihir sebagai suku penyihir hutan terakhir yang tersisa. Mereka mengira hal seperti itu hanya ada dalam dongeng atau legenda, ternyata kenyataannya masih ada.
Setelah terus menempuh perjalanan selama 2 hari, akhirnya Putra Mahkota Aiden yang membawa Zoya bersama pasukannya akhirnya tiba kembali di Istana Kerajaan Tiaret. Saat pasukan sibuk membawa kuda mereka untuk kembali masuk ke kandang, Putra Mahkota Aiden menyuruh seseorang untuk mengurus kuda miliknya.
Zoya yang sudah lebih dulu turun dari atas punggung kuda terus menunggu Putra Mahkota yang membawanya ke sana karena gadis itu tidak mengenali tempat yang terbilang baru dan asing baginya itu. Namun, Zoya sampai merasa kagum di dalam hati saat melihat bagunan besar yang megah dan mewah di sekelilingnya.
Di depannya Zoya melihat banyak anak tangga untuk pertama kalinya. Selama tinggal di hutan Zoya hanya sering melihat tanjakan terjal, jurang curam, tebing tinggi, atau bukit pegunungan. Bahkan setelah ia menaiki anak tangga itu bersama Putra Mahkota Aiden, Zoya melihat banyak pelayan yang berbaris sambil membungkuk untuk menyambut kedatangan Putra Mahkota yang baru saja kembali.
Ini pengalaman baru yang terasa luar biasa bagi Zoya. Pasalnya selama hidup di hutan, gadis itu hanya sering melihat barisan pohon atau sekumpulan hewan. Hal itu membuat Zoya merasa canggung dan gugup. Meski begitu, Zoya tetap berusaha untuk bersikap baik.
"Tenanglah, Nona. Semua orang yang ada di sini akan memperlakukanmu dengan baik dan menyambut kedatanganmu seperti menyambutku. Kali ini izinkan aku untuk menjadi tuan rumah yang baik untukmu karena kau adalah tamu istimewaku," ucap Aiden
"Selamat datang kembali dan salam hormat kami kepada Yang Mulia Putra Mahkota."
"Tempat ini sungguh menakjubkan. Sepertinya gadis yang hanya mengenakan pakaian lusuh sepertiku sangat tidak pantas berada di sini," kata Zoya
"Kau tidak perlu merasa khawatir tentang hal itu, Nona. Tidak akan ada yang berani menilai penampilanmu dan bagiku kau adalah gadis cantik," ujar Aiden
"Nona ini adalah tamu istimewa di Istana ini, namanya adalah Zoya. Perlakukanlah Nona Zoya dengan sangat baik dan jangan bersikap kurang ajar padanya. Ingatlah itu," sambung Aiden yang beralih bicara pada para pelayan yang ada di sana.
"Selamat datang dan salam kenal dari kami, Nona Zoya."
"Tolong antarkan Nona Zoya ke kamar tamu di Istanaku. Biarkan Nona Zoya tinggal di kamar yang paling dekat denganku. Bantu dia untuk bersih-bersih sebelum istirahat," pinta Aiden
"Baiklah, Yang Mulia Putra Mahkota."
"Nona, mereka akan mengantarmu ke kamar untuk istirahat. Kau ikutlah dengan mereka dan kau tidak perlu merasa khawatir," ujar Aiden
"Baiklah. Terima kasih, Yang Mulia Putra Mahkota," ucap Zoya sambil merendahkan tubuhnya untuk memberi salam sebelum berpisah pada Putra Mahkota Aiden.
Putra Mahkota pun membalas salam dari Zoya dengan cara membungkukkan badan.
"Mari, Nona. Ikuti kami ke sebelah sini."
Zoya pun mengangguk sambil tersenyum kecil. Lalu, gadis itu beranjak pergi mengikuti beberapa pelayan yang mengantarkannya ke suatu kamar. Selama berjalan, Zoya tidak pernah berhenti merasa kagum di dalam hatinya. Pemandangan yang baru pertama kali dilihatnya sungguh indah dan sangat berbeda.
Namun, tidak hanya mengantar Zoya ke dalam suatu kamar, beberapa pelayan itu juga membantu gadis itu melakukan membersihkan tubuh dan melayani Zoya saat berada di dalam kamar mandi. Zoya sudah sempat menolak, namun tidak bisa mencegah tindakan beberapa pelayan itu karena mereka berkata akan diberi hukuman jika tidak melakukannya. Pada akhirnya Zoya hanya bisa menerima setiap perlakuan dengan perasaan pasrah dan sangat canggung.
Tak cukup sampai di sana, beberapa pelayan itu juga membantu Zoya memilih dan memakai sebuah gaun bahkan sampai merias wajah dan menata rambutnya. Sungguh perlakuan yang sangat istimewa hingga membuat Zoya merasa tak enak hati. Zoya terus berkedip beberapa kali saat melihat pantulan dirinya di dalam cermin setelah semuanya selesai seolah tidak percaya. Penampilannya tidak pernah sebaik ini sebelumnya.
"Bagaimana menurut Nona saat ini?"
"Sudah cukup seperti ini. Terima kasih sudah mau membantuku," jawab Zoya
"Sudah menjadi tugas kami untuk melayani tamu Yang Mulia Putra Mahkota. Saat ini apa Nona mau langsung istirahat saja atau Nona ingin kami siapkan makanan? Apa Nona merasa lapar? Apa yang Nona inginkan untuk dimakan?"
"Dari pada itu, kira-kira apa yang sedang dilakukan oleh Yang Mulia Putra Mahkota saat ini? Apa aku bisa bertemu dengannya?" tanya balik Zoya
"Soal itu kami juga tidak tahu. Kalau Nona memang ingin bertemu dengan Yang Mulia Putra Mahkota, bisakah Nona menunggu di sini sebentar? Kami akan mencoba untuk bertanya, apakah Yang Mulia Putra Mahkota memiliki waktu luang saat ini."
"Baiklah. Mohon bantuannya," kata Zoya
Selagi pelayan beranjak pergi untuk melihat dan bertanya soal kegiatan Putra Mahkota Aiden, Zoya beralih mendekati jendela kamar tersebut. Gadis itu tersenyum saat melihat pemandangan indah di luar dari balik jendela. Saat Zoya merasa senang karena hal sederhana yang menakjubkan, gadis itu seketika teringat dengan kawan penghuni hutan tempatnya tinggal dan merasa rindu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
R.F
dari dulu kaka bisa banget buat cerita tentang sihir
2024-01-10
1
Elisabeth Ratna Susanti
like 👍
2024-01-10
1
💞Amie🍂🍃
iklan dulu kakak
2024-01-03
1